Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pengadilan Den Haag menyatakan Belanda bertanggung jawab atas pembantaian di desa Rawagede, sekarang bernama Balongsari.

Hakim ketua D.A. Schreuder secara tegas menyebut tindakan Belanda sebagai ilegal (onrechtmatig). Keputusan ini memandang Belanda bersalah karena dianggap membunuh warga sendiri. Pengadilan mendasari putusannya atas pertimbangan bahwa hukum Belanda dianggap berlaku di Hindia Belanda sampai tahun 1949.

Hakim menolak pleidoi advokat negara Belanda, G.J.H. Houtzagers, yang menyebut kejahatan tersebut sudah kadaluwarsa. Hakim memakai asas lex spesialis. Artinya pengadilan Den Haag melihat kasus pembantaian Rawagede sebagai kasus khusus, sehingga preseden kadaluwarsa tidak berlaku.

Advokat negara diberi waktu tiga bulan untuk mengajukan banding. Jika tidak, maka keputusan ini akan memiliki kekuatan hukum tetap.

Anggota parlemen Belanda dari partai sosialis, SP, terkejut atas pertimbangan hakim.

"Biasanya argumen kadaluwarsa selalu sukses, tapi tidak dalam pengadilan perdata ini. Yang penting ternyata kejahatan perang tidak bisa kadaluwarsa. Saya pikir ini berita besar. Pertama-tama buat mereka yang terkait, terlebih ini pengakuan bagi mereka yang sudah tidak ada lagi, karena sudah meninggal atau belum bergabung dengan komite. Ini keputusan bersejarah."

Walau demikian, hakim tidak mengabulkan seluruh gugatan ganti rugi. Pengadilan Den Haag membatasi pemberian kompensasi pada janda, korban langsung atau anaknya. Berarti tidak termasuk cucu korban.

Pengacara korban Rawagede, Liesbeth Zegveld tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Baru setelah 64 tahun berlalu, akhirnya Belanda secara hukum dinyatakan bersalah atas aksinya di Indonesia. Putusan ini menjadi preseden baru dan bisa saja diterapkan dalam kasus Westerling di Sulawesi.

"Selama mereka masih hidup, dan kasusnya jelas seperti kasus ini, setiap pihak mengakui terjadi kesalahan besar, terjadi kejahatan perang, maka akan dilihat apakah ini sama dengan kasus Rawagede," ujar pengacara yang juga membela korban-korban kejahatan kemanusiaan di Bosnia dan Libia.

Eksekusi

Tragedi berdarah di desa Rawagede, Jawa Barat, terjadi pada 9 Desember 1947, pada masa perang kemerdekaan Indonesia. Tentara Belanda yang mencari pejuang kemerdekaan Lukas Kustario memasuki desa Rawagede dan mengeksekusi penduduk laki-laki karena menolak memberi informasi mengenai Kapten Kustario.

Sebagian besar penduduk laki-laki desa Rawagede dieksekusi. Menurut saksi mata, para lelaki tersebut dijejer dan ditembak mati. Pihak Indonesia menyatakan, 431 laki-laki dibunuh, sedangkan pemerintah Belanda pada 1969 bersikeras jumlahnya “hanya” 150. Pada tahun 1947, Belanda memutuskan untuk tidak menyeret pelaku eksekusi massa ke pengadilan.

Pada tahun 2009 keluarga korban menggugat negara Belanda. Para janda menuntut pengakuan dan ganti rugi atas meninggalnya tulang punggung keluarga mereka. Waktu itu, beberapa janda, dan korban selamat terakhir, Saih bin Sakam, khusus datang ke Belanda untuk proses ini. Sayangnya ia wafat 8 Mei 2011 dalam usia 88 tahun. Bagi Saih, pelaku pembunuhan massal tidak perlu lagi diseret ke pengadilan, permintaan maaf dan ganti rugi sudah cukup.

Penjahat

Selama ini Belanda menganggap dirinya korban kejahatan Nazi Jerman, dan kekejaman tentara Jepang di Hindia Belanda saat Perang Dunia Kedua. Keputusan pengadilan Den Haag membuat Belanda punya status baru: pelaku kejahatan perang yang tak kalah kejamnya.

"Sekarang ternyata bukan Jerman saja si penjahat perang. Belanda pun kini dinyatakan sebagai penjahat," tukas seorang wartawan luar negeri yang asyik membuat cerita kasus Rawagede di pengadilan Den Haag.

KBRI Den Haag belum mau menanggapi keputusan ini. Sebelumnya pemerintah Indonesia terkesan menjaga jarak dengan proses gugatan korban rawagede. Perwakilan resmi KBRI tak terlihat hadir dalam sidang keputusan gugatan korban Rawagede.

Sumber: http://www.rnw.nl
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Baru 42 tahun umurnya, ketika ia meninggal, tapi dalam hidup yang relatif singkat itu dia mampu jadi tokoh kontroversial. Inilah Jan Pieterszoon Coen, pemimpin VOC yang hidup dari 1587 – 1629. Ia dijuluki Ijzeren Jan, Jan Besi, karena kebengisannya. Artikel ini disusun bersama Jean van de Kok.

Bahkan beberapa hari sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia masih menyiksa anak asuhnya Sarah, yang ketahuan main serong dengan seorang pelaut. Sang pelaut dihukum mati.

J.P. Coen lahir di Hoorn, kota pelabuhan cantik di Belanda Utara, dijuluki kota VOC dan juga kota musium. Kota ini juga sarat monumen. Salah satu monumen penting di Hoorn adalah patung Jan Pieterzoon Coen yang berdiri megah di alun-alun pusat kota. Dilihat dari segi artistik, patung itu indah, namun bagi sementara kalangan, patung J.P. Coen sangat mengganggu.

Patung itu melambangkan penghormatan terhadap seorang pembantai terbesar dalam sejarah Belanda. Begitu pendapat Eric van de Beek, pemrakasa Burgerinitiatief atau Prakarsa Warga yang ingin patung itu dipindahkan dari alun-alun Hoorn ke musium.

“Bukankah Mahkamah Internasional ada di Den Haag. Jadi Belanda seharusnya menjadi negeri teladan dalam hal ini”, demikian ucap Eric van de Beek. Bukan untuk menulis kembali atau mengingkari sejarah.

Binasakan Penduduk Banda

Di masa itu, jauh sebelum ada istilah genosida J.P. Coen dipandang sebagai tokoh bertangan besi dan tidak ragu mengorbankan nyawa. Inilah yang menjelaskan nama julukannya: Ijzeren Jan, Jan Besi. Kekejamannya yang paling besar adalah membinasakan penduduk Banda, karena mereka melawan monopoli pala VOC. Mereka tidak mau hanya menjual pala pada VOC dengan harga murah.

J.P. Coen si peletak dasar Batavia dijuluki Mur Jangkung, kalau melihat patung yang dibuat menurut ukuran sebenarnya, dia tidak jangkung. Ia coba membuat Batavia seperti Hoorn, kota kelahirannya. “JP Coen dibangga-banggakan oleh pemerintah kolonial. Mulai dari jaman VOC sampai dengan masa kolonial Hindia Belanda. Bahkan gambar J.P. Coen ada di uang gulden ketika itu”, demikian jelas Dr. Liliek Suratminto, pakar VOC pada Radio Nederland.

Dia pernah lihat uang itu di Musium Bank Indonesia. Itu mencerminkan penghormatan pemerintah kolonial terhadap JP Coen. “Patung J.P. Coen di Waterlooplein, sekarang Lapangan Banteng, digusur, ketika Jepang masuk”, lanjut Dr. L. Suratminto.

Protes Patung J.P.Coen

Di Belanda patung J.P. Coen di kota kelahirannya sudah diprotes sejak lama. Protes terhadap monumen atau nama adalah gejala segala zaman, dan terjadi di berbagai tempat. Ambil contoh, tempat yang diberi nama diktator Stallin di bekas Uni Sovyet. Stallinlaan, di Amsterdam diubah menjadi Vrijheidslaan, jalan raya kebebasan.

Contoh kontroversi lain adalah monumen Van Heutsz yang terletak di bilangan perumahan mewah di Amsterdam. Berulang kali diprotes. Gubernur jendral J.B. Van Heutsz ini bertanggungjawab atas kekejaman di Aceh. Di tahun 60-an monumen ini beberapa kali dirusak.

Walaupun sudah lama diprotes baru sekarang Pemda Kotapraja Hoorn bersedia mencari kompromi. Pemda menolak memindahkan patung yang diresmikan pada 1893 itu. Tapi pada Radio Nederland J.P. Westenberg, Pejabat Pemda Bidang Seni Budaya, menjelaskan: “Mempelajari kembali siapa J.P. Coen dan apa saja ulahnya di Nusantara kala itu”.

Patung itu akan dilengkapi dengan naskah yang menjelaskan segi-segi positif dan negatif JP Coen.

Sumber: http://www.rnw.nl
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pendudukan Jepang di Hindia Belanda masih meninggalkan goresan luka bagi banyak warga Belanda yang dulu tinggal di sana. Sampai sekarang masih banyak yang mengalami trauma.

“Pertama memang para bekas tawanan Jepang ini menderita sekali. Baik fisik maupun psikis. Kedua orang Belanda belum siap untuk kalah, tentara Belanda kalah terhadap tentara Jepang. Orang yang kalah perang akan trauma,” kata Ibrahim Isa dari Kelompok Dialog Belanda-Indonesia-Jepang, perkumpulan orang-orang yang mengalami masa suram di Hindia Belanda karena penjajahan Jepang.

Dialog

Inisiatif dialog ini berawal dari buku harian seorang Belanda yang masuk kamp tahanan Jepang dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Hans Lindijer, putra penulis buku, memprakarsai pendirian Kelompok Dialog Belanda-Indonesia-Jepang.

“Setiap tahun kami menyelenggarakan konferensi, menyorot masa silam dan masa depan mereka yang merasa menjadi korban perang. Masa silam acap kali sudah tidak menjadi ganjalan, dan mereka ingin menjumpai orang Jepang atau Indonesia untuk berbagi pendapat,” jelas Lindijer.

Menurut Lindijer, orang yang mengalami masa perang tidak bisa melupakan pengalaman pahit mereka. “Mereka secara konkrit butuh berdialog tentang perdamaian, dan hal ini bisa mereka lakukan dalam konferensi yang kami selenggarakan.”

Jadi, tujuan dialog bukanlah untuk meratapi masa lalu melainkan untuk melihat ke masa depan guna menciptakan perdamaian antara semua pihak yang terlibat, baik dari Belanda, Jepang maupun Indonesia.

Romusa

Tahun ini topik konferensi adalah romusa yang dipaksa Jepang membangun jalur kereta api di Birma. “Perubahan dalam hidup mereka dan juga pengalaman getir selama jaman Jepang perlu dikumpulkan dan bisa menjadi senjata ampuh untuk mencapai perdamaian,” kata Lindijer.

Menurut Lindijer, cerita para korban kekejaman Jepang bisa digunakan untuk ‘meluruskan’ informasi yang diberikan pada pelajaran sejarah di Jepang. “Sebelumnya pendidikan sejarah di Jepang kaku sekali dalam membahas peran Jepang selama perang dunia kedua,” kata Lindijer.

Sejarah keluarga

Hans Lindijer tidak mengalami pendudukan Jepang di Hindia Belanda. “Saya lahir di Belanda, orang tua saya mengalami jaman Jepang, setelah perang dunia kedua berakhir mereka ke Belanda. Orang tua saya bersama 4 anak mereka, saya adalah anak mereka yang lahir di Belanda.”

Namun demikian , sejarah masa silam keluarganya di Indonesia semasa pendudukan Jepang masih menjadi bagian dari kehidupan Hans Lindijer. “Saya dulu sering makan masakan Indonesia dan juga kata-kata Indonesia sering digunakan oleh orang tua saya,” kenang Lindijer.

Ia juga sadar kakak-kakaknya yang dulu ikut ditahan di kamp tawanan Jepang masih trauma, mereka bisa sangat emosional kalau bertengkar.

Sumber: http://www.rnw.nl/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Menurut Rustam Kastor dalam bukunya, Konspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Islam di Ambon-Maluku (Wihdah Press: 2000 M), sejatinya sejarah konflik antara kaum salibis dengan umat Islam adalah sebuah sejarah perlawanan yang cukup panjang. Sejarah ini sudah berjalan ratusan tahun dengan melibatkan banyak energi dan pengkajian. Jauh sebelum Bangsa Eropa tiba di Maluku, para saudagar Nusantara telah berdagang penuh kedamaian dengan masyarakat atau kerajaan-kerajaan Islam di Maluku.

Jemaat Kristen Protestan Kota Ambon usai beribadah minggu di Gereja Protestan pada tahun 1923. Lokasi gerejanya saat itu di kawasan Pecinaan (China Town). Sekarang daerah ini adalah kawasan perdagangan A.Y. Patty. Lokasi gerejanya tepatnya adalah Gedung Puskud Ambon saat ini (depan eks Toko Lily)(foto dok)
Penyebaran agama Islam pun dilakukan dengan penuh perdamaian, sehingga relatif segenap masyarakat Maluku telah memeluk agama Islam. Namun, pada tahun 1512 mulailah bangsa Portugis menemukan Maluku (Banda) dengan maksud mendapatkan rempah-rempah langsung di bumi penghasilnya, hingga kemudian datanglah penjajah Belanda pada tahun 1605.

Perlawanan Fisik Bersenjata

Perdagangan yang semula damai, berkembang menjadi bentrokan fisik karena sikap monopoli yang disertai penyebaran agama Kristen oleh pihak Belanda dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Dari situ mulailah terjadi sejumlah peperangaan yang bukan saja semata-mata demi mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, tetapi juga berjuang mempertahankan aqidah agama Islam.

Perlawanan dari Kerajaan-kerajaan Islam seperti Perang Hitu (1502-1605), Perang Banda(1609-1621), Perang Hoamual (1625-1656), Perang Wawane (1633-1643), Perang Kapaha (1636-1646), Perang Alaka (1625-1637), Perang Iha (1632-1651), dan sejumlah perang yang dilancarkan oleh beberapa kesultanan di Maluku Utara, dan terakhir Perang Tidore (1780-1805) yang dipimpin oleh Nuku yang sempat menunjukkan kekuatan dan kebesarannya.

Sejumlah pahlawan perang Ummat Islam seperti Pattiwane, Kakiali, Gimelaka Laliato, Gimelaka Lulu, Tulukabessy, Kiayi Lessy, Rijali, Khairubia, Kapitan Ulupaha, Sudardi Monia Latuwirinnyai, Sultan Babullah, Sultan Khairun dan terakhir Sultan Nuku adalah para pemimpin perang yang gagah berani mampu mengalahkan penjajah di banyak medan pertempuran.

Namun pada gilirannya, Kerajaan-kerajaan Islam, secara bertahap dapat dikalahkan oleh VOC yang kemudian menjadi Kompeni menggantikan kedudukan Portugis, dengan memiliki armada dan kekuatan perang yang tangguh. Kala itu pula, kegiatan perdagangan diwarnai dengan missi penginjilan secara paksa yang dimulai dengan perkumpulan dagang VOC. Maka saat itu jua, perlawanan masyarakat dan kerajaan Islam di Maluku berkembang menjadi sebuah medan jihad mempertahankan aqidah.

VOC dan Kompeni Penjajah

VOC sebagai organisasi dagang, selanjutnya digantikan oleh Kompeni dengan kekuatan bersenjata yang cukup besar. Hal ini kemudian menjadikan ekskalasi penindasan terhadap Ummat Islam di Maluku mengalami peningkatan. Kekejaman yang mereka lakukan pun memiliki kekejaman tiada tara. Sampai-sampai umat muslim tidak kuasa lagi untuk menerimanya. Namum meski hidup dalam penindadsan, perlawanan umat muslim terus berlanjut, ya walau mereka tidak mampu lagi untuk mengangkat senjata.

Perlawanan Non Fisik/Tak Bersenjata

Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku telah berhasil dihancurkan satu demi satu, tetapi tidak demikian dengan jiwa jihad umat muslim. Semangat kebencian mereka terhadap penjajah yang telah merenggut kemerdekaan sekaligus memaksakan keyakinan yang bertentangan dengan paham ke-Tauhidan Islam terus berjalan seiring waktu.

Selanjutknya, bersamaan dengan kekalahan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, maka terjadilah peperangan oleh kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan melawan kolonial Belanda. Kerajaan-kerajaan inipun mengalami nasib yang sama: mereka berhasil dikalahkan dan akhirnya dapat ditaklukkan oleh pihak kafir Belanda.

Para pejuang yang tertangkap pun akhinya dibuang ke berbagai daerah di luar Jawa diantaranya Maluku. Sebagai pejuang, mereka tidak pernah mau berhenti memerangi kaum kafir Belanda. Dengan modal semangat perlawanan (pejuang) dan keahlian ilmu agama Islam (Kiyai), mereka masuk ke dalam Ummat Islam di Maluku dengan alasan kegiatan keagamaan, tetapi sesungguhnya mereka memimpin dan menggerakkan perlawanan terhadap Belanda secara non fisik/tanpa bersenjata.

Terakhir yang bisa kita catat dari fakta ini adalah kedatangan Pangeran Diponegoro dengan rombongan dalam status buangan Belanda. Bersama para pengikutnya, Pangeran Diponegoro pun berdiam di kampung yang sekarang bernama Kampung Diponegoro.

Para pejuang ini pun kemudian memimpin Ummat Islam di Maluku untuk melakukan aksi pembangkangan yang memberikan pukulan berat bagi pihak penjajah. Perlawanan non kooperatif/pembangkangan, adalah sebuah bentuk perlawanan yang dilakukan secara diam-diam, yakni menolak bekerjasama dalam bentuk apa pun dengan penjajah serta merongrong pada aspek-aspek tertentu dengan tujuan melemahkan dan menggerogoti wibawa serta kekuatan pemerintah Belanda.

Perlawanan ini efektif pada 20-30 tahun pertama, saat para pemimpinnya aktif memberikan petunjuk, arahan dan dorongan semangat. Namum perlawanan yang memakan waktu seratus tahun lebih tersebut menjadi kurang efektif, sebab kurang memiliki daya tahan. Pasalnya sederhana, tidak ada sebuah pembentukan kader dan pemimpin lapangan yang akan melanjutkan perlawanan tersebut. Kegagalan membentuk pemimpin pelanjut inilah yang mengakibatkan perlawanan menjadi kurang terarah dan tidak punya tujuan yang jelas. Yang terjadi adalah semangat mereka untuk tidak mau bekerja sama dan membangkang saja, tanpa mekanisme perjuangan yang rapih.

Uniknya umat Islam masih bertahan. Pada waktu itu tidak ada Ummat Islam yang bersedia menjadi serdadu Belanda, maupun menjadi guru dan pekerjaan-pekerjaan yang senantiasa berada di bawah kendali Belanda. Ummat Islam lebih memilih pekerjaan non formal seperti nelayan, pedagang kecil (wiraswasta), tukang dan sejenisnya. Bahkan bersekolahpun ditolak, Ummat Islam lebih memilih pengajian dan Madrasah.

Di luar Maluku, orang lebih mengenal orang Ambon adalah Kristen, hal ini disebabkan oleh serdadu Belanda asal Maluku yang bertugas di luar Maluku (Jawa, dsbnya) relatif tidak ada yang beragama Islam, sehingga terjadi opini bahwa Ambon identik dengan nashrani.

Dalam kisah perlawanan tanpa senjata ini, barangkali perlu kita telusuri adanya beberapa marga (Vam) di kota Ambon yang bukan marga asli dari Maluku seperti Betawi, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Padang, Diponegoro, Aceh dan sebagainya. Yang jelas marga tersebut menunjukkan darimana mereka berasal, sebab waktu itu semua orang harus mempunyai vam, mereka yang tidak mempunyai vam memilih daerah asal mereka sebagai Vam.

Siapakah mereka ini, sekurang-kurangnya sebagiannya adalah para pejuang yang dibuang oleh Belanda dulu. Mereka adalah para pejuang yang memimpin Ummat Islam di Maluku untuk melakukan aksi pembangkangan/non kooperatif. Mengenai fakta ini, Rustam Kastor dalam bukunya Konspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Islam di Ambon-Maluku, menulis.

"Tanyalah para tetua kita, bagaimana orang Waihaong, Talake,Silale, Soabali, Batu Gajah (Diponegoro) Batu Merah, Pardeis dsb belajar silat? Mereka belajar tertutup dalam rumah atau di halaman belakang agar tidak diketahui kaum Nasrani. Bila ada Nasrani yang datang, latihan segera dihentikan agar tidak diketahui jurus-jurusnya. Jadi para tetua itu belajar untuk menghadapi Penjajah Belanda (dibenaknya) dan kaum Nasrani. Persis seperti kisah dalam serial film Si Pitung dari Marunda."

Perlawanan terhadap penjajah Belanda yang berlangsung lebih 100 tahun itu, sebagian besar terjadi tanpa koordinasi, bahkan tanpa pemimpin yang jelas sehingga semangat melawan pemerintah kolonial tanpa disadari, berubah arah dan tujuannya.

Banyak kerugian yang diderita Ummat Islam akibat proses perjuangan panjang tanpa koordinasi dan pimpinan ini. Dan pada akhirnya hal ini menghasilkan kondisi yang amat tidak menguntungkan seperti yang kita alami sekarang.

Ummat Islam di Maluku tertinggal hampir di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara secara fisik, baik tampak maupun yang tidak tampak tetapi terasa sebagai suatu kenyataan. Setelah Indonesia merdeka, Ummat Islam di Maluku mencapai banyak kemajuan disemua sektor, tetapi kita harus mengakui bahwa dibandingkan dengan Ummat Kristen, ummat Islam masih terlalu terlambat, ibarat berlomba dengan kaum yang menggunakan kendaraan, sedang kita berjalan kaki.

Dengan demikian jarak ketertinggalan Ummat muslim dari hari ke hari kian jauh, sehingga barangkali kondisi ini dapat memicu kecemburuan sosial. Di sisi lain kemajuan yang diperoleh Ummat Islam, terutama munculnya generasi muda cendekiawan merupakan saingan bagi pihak Kristen yang walaupun dalam skala rendah, mereka melihatnya sebagai ancaman yang membahayakan. Merasa adanya ancaman (yang sesungguhnya tak seberapa besar), maka kerukunan yang selama ini terjalin mulai goyah. Pihak Kristen melakukan aksi penghambatan dengan menutup peluang bagi yang Islam di berbagai sektor strategis.

Ketidak adilan ini semakin terasa, sementara yang Islam hanya dapat merasakan tetapi tidak ada upaya nyata untuk mengatasi persaingan itu. Lebih diperparah lagi, bahwa barisan Ummat Islam masih tercerai berai dan terjadi pendangkalan akidah yang kuat akibat tipu daya dunia. (pz)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Sebuah temuan dari penelitian mengenai serial kartun SpongeBob membeberkan fakta yang mengejutkan. Menurut psikolog, menonton kartun yang berjalan cepat seperti SpongeBob SquarePants dapat merusak konsentrasi dan perilaku anak.

Hasil beberapa pengujian menunjukkan bahwa anak-anak usia empat tahun yang menonton beberapa menit acara televisi populer itu kurang mampu memecahkan masalah. Selain itu, dari penelitian itu juga ditemukan bahwa anak-anak yang menonton acara itu kurang bisa memfokuskan perhatian sesudahnya dibandingkan mereka yang melihat program yang kurang ingar-bingar atau hanya duduk menggambar.

Para peneliti mengatakan ini bisa terjadi karena anak-anak meniru perilaku kacau karakter TV favorit mereka itu, atau karena kartun yang bergerak cepat dan tidak logis membuat mereka lebih bersemangat.

Para ahli menyarankan orang tua mempertimbangkan dengan hati-hati program mana yang mereka izinkan untuk ditonton anak serta mendorong mereka menikmati aktivitas yang lebih tenang dan kreatif.

Angeline Lillard dari University of Virginia, yang melakukan percobaan itu, mengatakan, "Orang tua harus tahu bahwa anak-anak yang baru saja menonton SpongeBob SquarePants, atau acara seperti itu, mungkin harus mengorbankan kemampuan mereka untuk belajar dan berperilaku dengan pengendalian diri."

"Anak mulai belajar bagaimana berperilaku serta bagaimana belajar. Di sekolah, mereka harus berperilaku baik, mereka perlu duduk di meja dan makan dengan benar, mereka harus hormat, dan semua itu membutuhkan fungsi eksekutif."

"Jika seorang anak baru saja menonton acara televisi yang memiliki cacat kemampuan ini, kita tidak bisa mengharapkan anak untuk berperilaku pada tingkat normal dalam situasi sehari-hari."

SpongeBob SquarePants, sebuah serial animasi yang telah ditampilkan pada saluran kabel Nickelodeon sejak 1999, menceritakan kisah dari sebuah spon laut yang bekerja pada sebuah restoran makanan cepat bawah air. Meskipun humor surealisnya populer bagi orang dewasa dan anak-anak, acara itu telah dikritik oleh beberapa orang Kristen evangelis karena diduga mempromosikan homoseksualitas.

Dalam laporan yang baru dipublikasikan dalam jurnal akademik Pediatrics, Prof. Lillard dan rekan membandingkan anak-anak yang menyaksikan acara itu selama sembilan menit dengan mereka yang telah menghabiskan waktu yang sama menggambar atau menonton kartun Kanada yang lebih realistis dan lebih lambat, Caillou.

Mereka menemukan perbedaan kecil dalam perilaku dan kinerja antara kelompok menggambar dan kelompok Caillou.

Tapi anak empat tahun yang telah menyaksikan SpongeBob menunjukkan fungsi eksekutif--kemampuan memusatkan perhatian, memecahkan masalah, dan mengatur perilaku mereka--sungguh membahayakan.

Prof. Lillard mengatakan, "Ini mungkin karena karakter terus bergerak dari satu hal ke fantasi ekstrem berikutnya, dan di mana karakter melakukan hal-hal yang tidak masuk akal di dunia nyata. Hal ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi segera sesudahnya."

"Kemungkinan lain adalah anak-anak mengidentifikasi karakter tanpa fokus dan ingar-bingar itu, kemudian mengadopsi karakteristik mereka." pungkasnya.


Selain itu para netters pun selama ini kerap memberitakan bahwa acara spongebob bagian dri Mind Control terhadap anak-anak. Dalam tayangan ini, tidak sedikit tampilan mata satu mencuat sebagai karakteristik mata Dajjal seperti salah satu tokohnya yang menjadi plankton. Allahua'lam. (pz/dbs)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Sejumlah pengamat intelijen di antaranya AC Manullang dengan tegas menyatakan sinyal elemen keterlibatan asing, khususnya Amerika, dalam konflik Ambon. Kepentingan Amerika menurut Manullang untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia memang sarang teroris. Karena serangan kelompok kristen akan dibalas oleh kelompok Islam. Dan saat itulah, kelompok Islam mendapatkan stigma teroris.

Sinyalemen ini memang cukup kuat. Terlebih momen meletusnya konflik yang bertepatan dengan kampanye anti teroris (atau Islam) Amerika pada 11 September. Tapi pertanyaannya, kenapa Ambon? Tidak Bali, Manado, Papua, atau lainnya yang sama-sama memiliki potensi konflik Islam dan non Islam.

Ada sejumlah kondisi sosio-kultural Ambon yang memang mempunyai potensi konflik Islam Kristen yang lebih besar daripada daerah lain di Indonesia.

Pertama adalah jumlah warga muslim dan kristen protestan bisa dibilang fifty-fifty, atau hampir sama. Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2008 adalah Gereja Protestan 1.188 buah, Mesjid 780 buah, Gereja Katolik 442 buah, Pura 14 buah dan Wihara 8 buah. Dan dari tahun ke tahun, jumlah umat Islam terus bertambah.

Selain itu, persoalan friksi sosial karena agama di Ambon dan Maluku memang bukan hal baru. Jauh sebelum ini, di masa kolonial Belanda yang beragama kristen protestan, kerap memanfaatkan agama untuk ekspansi kolonialisasi ke berbagai daerah di sekitar Maluku. Bahkan, Belanda memanfaatkan kristen protestan Maluku untuk dijadikan tentara resmi kolonial.

Sejarah mencatat, untuk memukul mundur Portugis dari tanah Maluku, Belanda memanfaatkan sentimen konflik Protestan Katolik. Pada tahun 1605, Belanda yang menganut Kristen Protestan merebut benteng Portugis dan mengusirnya. Ketika terjadi perang reformasi di Eropa, orang Belanda yang Protestan memerangi dan membasmi orang-orang Portugis yang Katolik.

Kedua, adanya hubungan dekat antara warga Ambon yang beragama Protestan dengan negara asing, khususnya Belanda. Kedekatan ini bahkan sudah menjadi hubungan darah dengan perkawinan lintas negara yang terjadi sudah sekian lama. Dan kedekatan inilah, sejarah memperlihatkan, bahwa secara emosional, warga Ambon Protestan umumnya lebih dekat dengan Belanda daripada Indonesia.

Hal ini ditandai dengan sambutan proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945. Waktu itu, warga Maluku khususnya Ambon Protestan umumnya tidak menyambut dengan sukacita. Justru, pada tanggal 24 April 1950, Dr. Soumokil memproklamirkan Republik Maluku Selatan (RMS) di wilayah Ambon saat ini.

Boleh jadi, para aktivis RMS belajar dari konflik Timor timur. Dengan terjadinya konflik antar agama yang terus-menerus, mereka bisa mengambil dua keuntungan. Pertama, pengurangan warga muslim yang sudah pasti non RMS dari wilayah mereka, baik status kewargaan dan akses ekonomi. Kedua, menjadi sorotan internasional yang memperlihatkan bahwa orang-orang Protestan yang menjadi warga minoritas, jika dilihat dari cakupan Indonesia, ditekan oleh warga mayoritas Indonesia yang berarti muslim.

Dari sinilah, tuntutan merdeka akan punya nilai jual yang sangat tinggi dari sudut pandang emosi dunia internasional. Dan pada titik ini, posisi tawar pemerintah pusat menjadi begitu lemah jika berhadapan dengan tekanan luar negeri.

Pertanyaannya, seberapa seriuskah pemerintah melakukan pemberantasan terhadap aktivis-aktivis RMS yang terus bergerak di Ambon. Karena RMS-lah yang menjadi pangkal persoalan konflik yang akan terus menjadi bom waktu di negeri kaya rempah-rempah dan objek wisata itu. mnh

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Jeffrey Goldberg menulis di Los Angeles Times, di mana sebagai seorang ahli membuat kritik terhadap reaksi serangan teroris yang berlebihan. Mengingat orang yang mati di tenggelamkan di bak mandi dengan yang mati akibat serangan teroris sama, ujarnya.

Memang serangan teroris memiliki efek mendalam pada masyarakat dan ekonomi. Kematian sepuluh orang dalam kecelakaan tidak akan menyebabkan orang takut meninggalkan rumah mereka. Tetapi bayangkan dampak dari kematian 10 orang dalam pemboman teroris pusat perbelanjaan atau bioskop? Dan bayangkan jika itu terjadi lebih dari sekali. Dampak ekonomi dapat menghancurkan.

Tetapi, Goldberg malah mengkritik dampak terorisme negara yang dilegalkan melalui konstitusi, dan secara kolektif membatasi dan membelenggu terhadap masyarakat yang terbuka dan bebas. Kita tidak dapat hanya melihat peristiwa 9/11, yang kemudian menjadi stres, dan melegalkan segala tindakan keamanan yang sangat membatasi kebebasan, ujarnya.

James Fallows membenarkan pandangan Goldberg, di mana yang membingungkan justru sikap orang yang tidak proporsional dan tidak bijaksana menanggapi serangan teroris, yang menolak untuk meninggalkan rumah mereka, dan menyetujui pembatasan kebebasan sipil. Sekarang harus dapat membujuk dan mengarahkan orang, di mana pun mereka untuk tidak bereaksi berlebihan, tambah Golberg.

Goldberg menghabiskan banyak waktunya di Israel, dan mengakui bahwa kemampuan tetap tenang dalam menghadapi serangan teroris menjadi komponen penting dari keberhasilan. Dengan sikap tenang masyarakat dapat melestarikan sebagian besar kebebasan yang demokratis dan kualitas hidup.

Seperti dalam menghadapi tingkat terorisme jauh lebih tinggi dari apa yang pernah dihadapi Amerika. Misalnya, dua minggu lalu, sekelompok pejuang Islam Palestina dari Gaza menyeberang ke Sinai, dan kemudian menyusup melintasi perbatasan Israel ke selatan Gurun Negev.

Mereka menyergap bus, menewaskan delapan orang Israel, sebelum mereka dibunuh oleh pasukan Israel. Saya akan berspekulasi bahwa jumlah orang Israel yang membatalkan liburan ke Negev atau Eilat sebagai hasil dari serangan ini adalah nol. Saya mengambil sendiri keluarga dengan unta di Negev selatan, tidak pernah ada saran bahwa harus menunda perjalanan, tuturnya.

Goldberg, seorang Yahudi Amerika, yang melihat betapa paniknya saat sekarang ini warga Israel, sesudah revolusi Arab. Peristiwa yang terjadi di Sinai yang menewaskan 8 orang Israel, dan seorang anggota pasukan khusus Israel, membuat mereka panik, dan sebuah mimpi buruk, yang terus menghantui. Merasa negara mereka, Israel sudah tidak aman lagi dari serangan musuh dan teroris.

Dulu, Israel mempunyai "body guard" yang selalu menjaga keamanan perbatasannya, yaitu Presiden Mesir, Hosni Mubarak. Tetapi, sekarang Mubarak sudah tergeletak dan masih harus menghadapi pengadilan. Inilah yang membuat rakyat Israel jauh lebih panik dan ketakutan. Israel dikelilingi negara-negara Arab yang rakyatnya sudah berubah. Termasuk paniknya rakyat Israel, melihat bendera mereka dibakar di kedutaan mereka di Cairo oleh rakyat Mesir yang marah.

Sekutu Israel yang setia, dan selama ini, ikut menjaga keamanan negara Yahudi, memilih berubah sikap, yang diakibatkan tindakan Israel. Turki memutuskan semua hubungan bilateral dengan Israel. Termasuk kerjasama dibidang industri pertahanan, yang sudah berlangsung sejak tahun 1996. Ini sangat penting.

Bukan hanya itu. Turki telah menurunkan tingkat hubungan diplomatiknya hanya setingkat sekretaris dua, dan duta besar Turki sudah pulang, sedangkan Turki telah pula mengusir duta besar Israel pergi dari Turki. Inilah malapetaka yang dihadapi Israel.

Israel hanya mengandalkan satu-satunya "juru selamat" adalah Amerika Serikat. Tetapi, negara yang dipimpin Barack Obama itu, sekarang sudah bangkrut dan jatuh miskin, dan sudah sulit diharapkan peranannya untuk menopang Israel.

Bagaimana kalau seluruh dunia Arab berubah? Muncul penguasa baru yang tidak lagi ramah terhadap Israel? Bagaimana sikap rakyat di dunia Arab, yang sudah "muak" terhadap Israel, yang sangat pongah selama ini? Israel hanya tinggal sendirian. Tak ada lagi sahabatnya di Timur Tengah. Seluruh rakyat Arab bergolak dan menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel. Mulai dari Mesir sampai Jordania.

Masih ditambah situasi politik di dalam negeri Israel, di mana para imigran yang sangat terpecah-pecah, mulai tidak lagi dapat menerima keadaan yang ada, khususnya kondisi ekonomi yang semakin berat, terutama mayoritas golongan Yahudi yang miskin, yang berasal di Rusia, Afrika, dan Timur Tengah. Mereka menuntut pembaharuan dan perbaikan kehidupan mereka, dan ini dapat membuat kondisi Israel bertambah "collapse".

Tak ada lagi penguasa Arab yang berani bermain mata dengan Israel sekarang ini. Inilah benar-benar malapetaka bagi masa depan Israel. (mas)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Seorang psikolog terlihat resah. Ia diberitahu oleh seorang psikolog muslim yang juga rekannya yang baru saja berhasil menasehati orangtua seorang anak. Pasalnya mungkin tidak sepele, psikolog muslim itu menerima aduan “unik” dari orang tua yang memiliki anak berusia tiga tahun.

Rupanya anak ini memiliki kebiasaan tidak lazim. Ia sering terlihat tidak bisa tenang, mudah meledak dan, juga menyimpan kebiasaan aneh: kerap menggaruk-garuk (maaf) anusnya. Lalu sebagai seorang psikolog muslim, pada orangtua si anak, ia mengatakan bahwa tingkah laku anaknya normal. Dengan ilmum psikologinya, ia menganalisa perangai itu disebabkan karena anak sedang menjalani sebuah tahap perkembangan seksual yang normal pada masa anal. “Itu biasa, bu. Tidak usah khawatir,” begitu kira-kira pesan si psikolog muslim itu kepada sang ibu.

Mendengar cerita ini, si psikolog tadi tercngangan. Ia kaget mendapati seorang seorang psikolog muslim memberi nasehat dengan kata-kata seperti itu. Karena bagaimana tidak? Nasihat psikolog muslim tersebut nyata-nyata didasarkan pada teori Freud.

Sigmund Freud menyatakan bahwa kepuasaan insting seksual seorang anak pada usia ini diperoleh dengan cara menahan dan mengeluarkan kotoran. Halitu akan sedikit banyak membuat anak kerap menggaruk bokongnya berkali-kali sebagai sebuah kenikmatan. Freud memang beranggapan sumber kebahagiaan manusia bukanlah agama, namun seksualitas. Agama justru sebaliknya. Ia adalah ilusi. Ilusi yang sengaja diciptakan manusia dari mimpi-mimpinya. Seperti jika kita berdoa, kita tahu Tuhan tidak terlihat, tapi manusia sengaja “dihadirkan” manusia agar yakin doanya makbul.

Ya kisah diatas dibacakan oleh DR. Malik Badri pada tahun 1975 dalam rapat tahunan ke-4 Perkumpulan Ilmuwan Sosial Muslim (AMSS) Amerika dan Kanada.DR. Malik Badri sendiri adalah seorang akademisi muslim asal Sudan yang kini mengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Kebangsaan Malaysia. Saat itu secara lantang ia membawakan makalah berjudul “Psikolog Muslim dalam Liang Biawak”. Tulisan itu sendiri mengguncang denyut nadi tiap ilmuwan muslim yang hadir atas sekularisme ilmu yang melanda mereka.

Kata akademisi yang beberapa bulan lalu sempat mengunjungi Indonesia itu, pemakaian kalimat “dalam lubang biawak” sengaja dipakainya karena bersumber dari hadis terkenal Nabi Muhammad SAW ketika beliau meramalkan bahwa akan tiba saatnya nanti orang-orang Islam secara membabi buta mengikuti cara hidup orang-orang Yahudi dan Kristen. “Hal ini dengan indahnya diungkapkan dalam pernyataan nabi: bahkan jika mereka masuk dalam lubang biawak sekalipun, orang Islam tanpa pikir panjang akan mengikutinya,” tulis DR. Malik Badri pada makalah yang kini telah menjadi buku berjudul “Dilema Psikolog Muslim”.

Rupanya inflitrasi teori dari seorang pengikut mazhab Hasidisme Yahudi bernama Sigmund Freud itu betul-betul menghabisi harga diri perempuan. Tengoklah pengembangan ide yang digariskannya pada teori (maaf) penis envy (kecemburuan penis) miliknya.

Menurut Freud, anak perempuan pada usia tiga tahun memiliki kecemburuan pada anak lelaki. Mereka berkembang menjadi pribadi minder karena merasa iri tidak memiliki penis layaknya anak laki-laki. Mulai detik itu, kata Freud, perempuan mulai membenci dirinya. Ada perasaan tidak adil meliputi hati tiap wanita cilik. Mereka tidak terima nasib ditakdirkan Tuhan berbeda jenis kelamin dengan pria. Selanjutnya, terang psikologi Yahudi itu, jika hal ini tidak teratasi, anak cenderung menjadi pribadi introvert dan rendah diri pada masa dewasanya. Jadi masa lalu sangat mewarnai kehidupan masa depan.

Tidak hanya itu, Freud juga menguliti kepribadian anak-anak wanita dalam titik terendah. Kata Freud, anak wanita berumur tiga tahun memiliki keinginan untuk meniduri ayahnya, ya dalam arti sebenarnya. Kecintaan besarnya terhadap ayah, membuat anak perempuan diwarisi kedengkian terhadap seorang ibu. Inilah yang kemudian menjadi “sabda” dunia psikologi abad 20 atas apa yang disebut dengan Kompleks Oedipus.

Zakaria Ibrahim dalam bukunya ”Psikologi Wanita” membeberkan fakta yang lebih sadis lagi. Ia menemukan bahwa sebagian psikolog mengklaim proses inilah yang menyebabkan kenapa banyak anak perempuan senang menyiram kebun. Sebab dengan memegang selang air atau gagang penyiram, anak perempuan merasakan seolah-seolah sedang memegang penis dan kencing dengan jarak yang jauh. Pernahkah kita mendengar kisah Havlock Ellis tentang seorang pasien wanita yang tersentak begitu mendengar suara pancuran air mancur? Ya kira-kira seperti itu ide sinting Freud.

Setali tiga uang namun beda ruang, seorang feminis, Simone de Beauvoir, berpendapat senada. Ia menilai bahwa pada gilirannya anak perempuan menemukan pengganti penis pada boneka. Padahal penis merupakan mainan alami bagi anak laki-laki karena ia menemukan alternatif dari keinginannya. Karenanya, kata De Beauvoir banyak para pendidik menggunakan media boneka bagi anak perempuan. Feminis Perancis yang menulis buku berjudul “The Second Sex” ini juga mengatakan jika perbedaan antara penis dan boneka adalah bentuk yang pertama memiliki kelebihan berupa aktivitas dan kemandirian ego, sedangkan boneka hanyalah sesuatu yang pasif tanpa memilki kemampuan yang egois, walupun menyerupai tubuh manusia sesungguhnya.

Kita lihat betapa hancurnya teori ini jika kemudian diadopsi para psikolog muslim, orangtua muslim, pendidik muslim, dan lain sebagainya baik secara langsung maupun tidak. Bahwa memang benar jika manusia dipengaruhi oleh masa lalu yang kelam, tapi tentunya tidak berarti manusia tenggelam menjadi korban masa lalu secara berkepanjangan. Allah berfirman,

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab 70-71)

Daniel Goleman, mantan redaktur sains tingkah laku di New York Times mengatakan bahwa gambaran Freud tentang diri manusia merupakan model paling dekat yang dapat diraih peradaban Barat. Di Seville, Spanyol pada tahun 1986 sekelompok ilmuwan bertemu, termasuk ahli-ahli psikologi, ilmuwan syaraf, ahli genetika, antropolog, dan ilmuwan politik, dan menyatakan bahwa tidak ada dasar ilmiah bagi anggapan bahwa manusia seperti yang digambarkan oleh Freud. Freud dinilai mengada-ada dan terlalu memaksakan percepatan kedewasaan psikologis manusia bahwa anak berumur tiga tahun sudah mempunyai birahi tinggi untuk meniduri orangtuanya.

Bahwa manusia pernah memiliki masa lalu, iya. Tapi tidak kemudian masa depan itu sudah ditentukan sejak dini. Karena banyak anak perempuan yang memiliki masa terkelam sekalipun bisa berubah seiring hidayah dan ketakwaan. Karena Islam tidak membunuh fitrah kebaikan. Bahwa manusia memiliki nafsu pasti, tapi Islam menggarisi bahwa nafsu seksual bisa disalurkan ketika wanita halal sudah digenggamnya. Akhirnya, Islam menjadikan pernikahan, bukan sekedar pelampiasan nafsu manusia, tapi lebih daripada itu, Islam menjadikannya sebagai jalan untuk membentuk generasi rabbani. Hasan Al Banna dalam Hadits Tsulasa, berkata..

“Kehidupan rumah tangga adalah ‘hayatul amal’. Ia diwarnai oleh beban-beban dan kewajiban. Landasan kehidupan rumah tangga bukan semata kesenangan dan romantika, melainkan tolong- menolong dalam memikul beban kehidupan dan beban dakwah…”

Jadi jelas hadis Rasulullah, yang menentukan seorang manusia menjadi Majusi, Yahudi, dan Nashrani adalah orangtuanya. Tepatnya transfer pendidikan dari orangtua untuk terus menjaga ketakawaan anaknya, jadi bukan masalah alat kelamin. (pz) 
Bersambung...

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Presiden Obama melakukan kunjungan di berbagai tempat pada hari Minggu, dan ia meminta kepada seluruh rakyat Amerika Serikat untuk mengingat peristiwa 11 September. "Jangan pernah lupa," (never forget) terhadap mereka yang menjadi korban peristiwa 11 September, yang namanya diabadikan di Ground Zero, pintanya.


"Jangan pernah melupakan mereka", tambah Obama. Peristiwa yang berlangsung pada 11 September, meledaknya Gedung WTC, yang terletak di Manhattan, New York, akan menjadi memori yang bersifat abadi. Bangsa Amerika akan terus diingatkan peristiwa yang maha dahsyat, dan menewaskan lebih dari 3.000 warga Amerika Serikat.

Di Shanksville, Pa, David White, sepupu penumpang pesawat dengan nomor penerbangan 93, meminta Obama menandatangani kemejanya dengan kata-kata "Jangan pernah lupa." (Never Forget).

Obama bersama istrinya Michelle, memberikan jabat tangan dan pelukan, meletakkan karangan bunga, serta meletakkan tangannya diatas monumen di Ground Zero. Malam harinya Obama dan Michelle menghadiri acara konser di Kennedy Center, Washington. Momen itu akan digunakan oleh Obama dan Michelle, juga meminta rakyat Amerika Serikat mengingat mereka yang telah pergi. Tapi sambutannya tidak hanya berkaitan dengan 3.000 orang yang telah tewas dalam serangan 11 September. Obama menginginkan bangsa Amerika Serikat tidak pernah berhenti dengan mengingat peristiwa yang sangat dahysat itu, khususnya dalam sejarah Amerika.

"Berpuluh tahun dari sekarang, Amerika akan mengunjungi tugu peringatan bagi mereka yang hilang pada peristiwa 11 September," ucap Obama. "Mereka akan ingat bahwa kita telah berhasil mengatasi perbudakan dan perang saudara, fasisme, resesi dan kerusuhan, komunisme dan terorisme", tambahnya.

Dalam banyak hal, serangan 11 September 2001, yang menyebabkan terjadinya malaise saat ini. Sejak itu, perekonomian, seperti yang dialami oleh sebagian besar kalangan menengah Amerika telah mengalami stagnasi. Negara-negara lain telah melampaui Amerika Serikat pada laju pertumbuhan ekonomi dan kualitas peluang investasi. Tetapi, sebaliknya, saat ini Amerika terus merosot sebagai bangsa yang besar, dan mempunyai peluang kehilangan peluangnya sebagai negara adikuasa.

Kekuatan militer Amerika telah direndahkan oleh dua perang yang berlarut-larut (Irak dan Afghanistan). Abad Amerika yang pernah menjadi sebuah keyakinan sebagai adikuasa, dan sekarang terhempas dalam badai resesi ekonomi, dan menuju bangsa pariah, yang tak lagi mempunyai pengaruh apapun dalam kehidupan. Ini hanya akan menjadi catatan sejarah masa lalu Amerika.

Obama sebagai pemimpin Amerika Serikat, mungkin hanya ingin membuat permusuhan yang abadi antara Dunia Islam dan Barat. Mengingat mereka yang tewas akibat serangan pada 11 September, yang selalu membuat memori yang negatif terhadap dunia Islam, dan itu sangatlah tidak produktif dan bermanfaat.

Jika Obama, para pemimpin Amerika serta bangsa Amerika yang terus mengabadikan perisitwa 11 September, selayaknya pula mereka berpikir tentang bagaimana jutaan rakyat Irak dan Afghanistan yang tewas oleh serangan militer Amerika?

Jutaan lainnya mengalami penderitaan yang tanpa akhir, akibat mengalami cacad seumur hidup, dan sebagian mereka mengalami diaspora, terpisah dengan keluarganya, akibat perang yang sangat dahsyat. Para pemimpin Amerika yang berwatak kolonial, dan terus melakukan kolonisasi (penjajahan) terhadap dunia Islam, seharusnya mereka juga mengenang penderitaan yang sekarang dialami seluruh rakyat di dunia Islam, akibat sikap dan pandangan dan kebijakan pemerintah Amerika.

Mereka terus mengenang peristiwa 11 September, bahkan ingin mengabadikannya, dan ini akan menjadi konflik antara Barat dan dunia Islam menjadi abadi. Selamanya. Tanpa akhir, akibat mereka akan selalu diingatkan oleh memori perisitwa itu.

Padahal, sejatinya adakah kebenaran peristiwa 11 September itu, sebagai bagian perang yang dilakukan oleh mereka yang disebut al-Qaidah? Semua itu tak pernah dibuktikan. Hanya asumsi dan rekaan intelijen,yang kemudian digunakan menyerang dan memerangi rakyat di dunia Islam. (mas).

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Arab Saudi—negara Arab terbesar kedua—dengan kekuatan ekonomi terkaya di bidang minyak, saat ini tengah gemetar. Rakyat Arab Saudi, yang merupakan negara terbesar di kawasan Timur Tengah, tertidur karena takut kepada Sadr. 26 juta warga orang di kerajaan itu, dari timur ke barat, dan dari selatan ke utara, telah bergetar sejak pemimpin gerakan Sadr di Irak, Moqtada al-Sadr, mengancam akan menyerbu dan membakar negara mereka. Kebencian buta dan chauvinistik telah mencapai puncaknya.

Moqtada Al-Sadr tengah menjadi komoditas Syiah Iran sekarang ini. Ketika revolusi Timur Tengah meletus, Bahrain sejenak terlupakan.

Senin awal pekan ini, Al-Sadr mengancam akan menyerang dan membakar Arab Saudi jika Syiah Bahrain diganggu. Media membuat pernyataan-pernyataannya yang keterlaluan, lepas dari unsur penghargaan terhadap bangsa Arab: "Jika satu rambut di kepala Ayatullah Sheikh Ahmed Isa Qasim disentuh, kami akan masuk ke Arab Saudi dan membakar negara itu." Ini dikatakan untuk menanggapi pesan yang ditujukan oleh menteri kehakiman Bahrain yang menuduh Qasim sebagai penghasut sektarianisme dan merusak persatuan nasional di negaranya.

Saudi tentu tidak akan merespon dalam cara provokatif yang sama –yang sengaja digunakan oleh Al-Sadr, dan juga hampir semua penganut Syiah dalam pernyataan-pernyataannya—karena ia selalu mengatakan: "Kami akan mencabut janggut, memotong lidah, menghancurkan gigi, dan merobek hati Anda"—(Betul, seperti Ahmadinejad yang mengatakan hal-hal seperti itu kepada orang-orang Yahudi, entah sejak zaman-tahu-kapan, namun sampai saat ini tak pernah ada bukti).

Namun, rakyat Arab Saudi akan merespon dengan suara bulat (yakni kaum Sunni) dan berkata: “Silakan jika Anda bisa melakukan hal itu, sehingga Anda akan belajar hal baru mengenai fakta bahwa Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya tidak akan sedikitpun menurunkan dinding agar bisa melompat atau menyerang Iran, dan Anda akan menemukan orang-orang yang tidak bisa menoleransi seorang dengan penyakit"sindrom kakaktua" dan merusak kedaulatan sebuah negara.”

Sadr paham betul realitas situasi di Bahrain. Maka tidak heran jika Al-Sadr begitu berani mengecam penangkapan Qasim. Namun, Sadr melebihi batas kesusilaan. Selama ini Sadr selalu bersembunyi dengan kedok Islam-nya, namun jelas identitas Syiah-nya tak bisa diabaikan lewat pernyataan-pernyataannya yang begitu vulgar dalam membunuh orang Sunni Bahrain.

Al-Sadr mungkin berpikir bahwa negara-negara wilayah Teluk tidak tahu jejak rekamnya yang "gelap" dan bahwa ia melakukan pembunuhan massal terhadap kaum Sunni di Baghdad, di Diyala, dan provinsi-provinsi selatan Irak lainnnya, selain juga loyalitas pribadi Sadr kepada Iran daripada Irak—negara di mana ia tinggali.

Sebenarnya mudah untuk menakar Sadr. Cukup dengan satu pertanyaan sederhana: "Jika Anda adalah seorang Arab yang benar-benar peduli terhadap kepentingan Arab, mengapa Anda tidak peduli tentang orang-orang Arab Ahwaz, yang oleh Iran dihinakan? Jika Anda adalah seorang Arab, mengapa Anda tidak mengatakan apa-apa dalam hal status Sunni di Iran setelah mereka dicegah oleh pemerintah Iran untuk melakukan shalat Idul Fitri di beberapa daerah Teheran, dan setelah rumah-rumah mereka dikepung karena melakukan shalat ied bersama—hanya sepekan lalu?"

Jika Al-Sadr terus merugikan orang lain, jelas ia adalah seorang Arab yang "sakit." Ada pepatah Arab yang sangat terkenal: “Siapapun yang bermulut besar, maka dia akan jadi hinda-dina.” Jika selama ini Sadr merasa Syiahnya telah cukup kuat, akan ada waktu baginya sekarang ini bahwa ia tengah menunggu lubang kuburnya sendiri dengan dada dan tangannya. (sa/daralhayat)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Ada sebuah kisah menarik ditulis oleh Hamid Fahmi Zarkasy pada jurnal Islamia INSISTS Volume III no. 5 tahun 2010 yang berjudul “Equality”. Nancy, sebut saja begitu, tiba-tiba minta cerai dari James, suaminya yang seorang professional. Padahal ia sudah 10 tahun menikah. Sebagai itu rumah tangga dengan 2 orang anak, Nancy begitu menikmati kehidupannya. Penghasilan suami, sekolah anak-anak, dan kehidupan rumah tangganya tergolong sejahtera.

Di kepalanya serasa ada yang terus membisikkan tulisan Peter Berger, "The family now appears as an age-old evil. Heterosexual is rape, motherhood is slavery, all relation between the sexes are struggle of power" (Keluarga sekarang Nampak seperti setan tua. Hubungan seks pria wanita adalah perkosaan; peran keibuan adalah perbudakan; semua hubungan antarjenis kelamin adalah perjuangan untuk kekuasaan). Maka, sukses suaminya dirasa menambah rasa superioritas dan penguasaan terhadap dirinya. Meski itu tidak secuilpun terbesit dalam pikiran suaminya.

Setelah cerai ia berharap akan bebas dari suami, bisa berkarir sendiri, dan tidak terikat di dalam rumah tangga. Tapi itu hanya harapan. Setelah cerai ternyata karirnya tidak sejaya mantan suaminya. Rumah tangga dan anak-anak masih diurusnya sendiri dan nyaris kehilangan perhatian. Di dunia kerjanya banyak masalah yang tidak mudah dihadapi. Di dalam benaknya terbetik penyesalan, “ternyata sendiri itu tidak nyaman”. Tanpa suami hidupnya terasa pincang.

Benarlah wisdom dari Nabi: “Sungguh miskin! Wanita tanpa laki-laki. Sungguh miskin! Laki-laki tanpa wanita”. Kalau saja Nancy pernah membaca hadith ini dia tentu akan mengumpat para feminis atau berfikir panjang untuk cerai. Asalkan dia tidak membaca hadith itu dengan hermeneutika. Ya sebuah penafsiran yang awalnya ingin melihat kitab suci lebih dinamik, tetatpi justru membunuh kitab suci itu sendiri. Dan Kristen tahu betul, teologinya rontok karena virus mematikan ini.

Nah, mimpi Nancy sendiri adalah equality. Itu adalah tuntutan zaman postmodernime yang sarat kepentingan sesaat dan selalu berubah-rubah. Jadi mimpi Nancy juga adalah misi postmo, yakni membangun persamaan total. Jargonnya sayup-sayup seperti berbunyi “persamaan adalah keadilan”. Artinya kerja menyetarakan adalah kebaikan, dan membeda-bedakan adalah kejahatan. Sebab teori menyamaka-nyamakan adalah bawaan pluralisme dan relativisme. Dua doktrin penting yang berada pada melting-post postmodern.

Cerita Hamid Fahmi diatas adalah realita tidak terelakkan di akhir zaman seperti saat ini. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah tayangan ramadhan di televisi ketua Pusat Studi Wanita UIN jutsru lebih mempertajam kembali problem itu. Ia mengatakan bahwa jangan menyekat wanita pada jurusan tertentu. Rupanya, menurutnya telah terjadi penggiringan bahwa wanita lebih pas menjadi guru dan beberapa jurusan soft lainnya, ketimbang bekerja pada sektor-sektor yang lebih maskulin.

Kalau ucapan itu dikatakan pejabat UIN memang bisa jadi wajar , sebab mantan rektornya, Professor Azyumardi, ikut membenarkan teori Asghar Ali Engineer (Cendikiawan India) bahwa Al-Qur’an turun di tengah budaya patriarkal, sehingga bias gender dalam Al-Qur’an tak bisa dielakkan.

“Saya kira benar. Secara historis, Al-Qur’an turun di tengah masyarakat Arab yang patriarkal (masyarakat yang didominasi laki-laki). Masyarakat waktu itu bukan hanya tribal oriented (yang berorientasi kabilah), tetapi juga male oriented (yang didominasi laki-laki). Perempuan Arab, yang kita tahu, ‘kan hampir tidak punya kedudukan apa-apa. Perempuan di mata keluarga adalah aib, sehingga hal ini yang menjadi salah satu alasan untuk mengubur hidup-hidup bayi perempuan.” Tukas Azyumardi tahun 2001 saat diwawancara Jaringan Islam Liberal. Realita itu benar, tapi jika kemudian Al Qur’an menjadi bias gender, ini harus diperdebatkan.

Tidak hanya itu, Azyumardi kemudian menyeret problem ketimpangan jender di Al Qur’an dengan membawa-bawa nama Tuhan. Ya, nama Tuhan dalam arti yang sesungguhnya dan bukan metafor. Menurut Azyumardi, kata ganti Tuhan yang dipakai Allah di Al Qur’an adalah bias gender. Al-Quran sendiri (dalam beberapa redaksinya) memang membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu, Al Qur’an bukan berarti ingin memberi kesimpulan bahwa Allah SWT sejatinya laki-laki, dan bukan perempuan. Karena Allah adalah Zat yang tidak memiliki jenis kelamim. Uniknya, Azyumardi ternyata memiliki pendapat lain. Dengarkan petikannya,

“Kalau kita menggunakan analisis semantik memang ada benarnya. Misalnya, seperti yang sering digugat oleh para aktivis gender tentang kata ganti Tuhan yang selalu dipakai adalah (dia laki-laki). Atau mungkin fi’il yang digunakan adalah fi’il mudzakkar (fi’il laki-laki).”

Padahal, kalaulah Azyumardi dan gerombolan feminis lainnya mau membaca sejarah, pemakaian kata perempuan sebagai Tuhan tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan perempuan itu sendiri, bahkan bisa jadi sebaliknya. Di zaman Yunani, salah seorang dewa terkejam justru adalah perempuan, seperti Dewi Ker (nama perempuan zaman Yunani). Dalam mitologi Yunani, ia adalah dewi yang haus darah dan secara kejam merobek jiwa dari tubuh yang sekarat lalu mengirimnya ke dunia bawah. Ribuan Ker berterbangan di atas area pertempuran, dan jika ada manusia yang mati, maka para Ker akan saling berebut seperti burung pemakan bangkai. Para Ker sebenarnya tidak berkuasa atas hidup dan mati manusia, namun sifat haus darah mereka menjadikan para Ker berusaha membuat orang-orang mati.

Tidak hanya Ker, adalagi Eris. Dalam mitologi Yaunani, ia adalah dewi perselisihan. Karena kebiasaannya membuat pertengkaran, Eris akhirnya tidak turut diundang pada pesta pernikahan Peleus dan Thetis. Eris yang marah kemudian melemparkan sebuah apel emas bertuliskan "untuk yang tercantik" ke tengah-tengah pesta. Kejadian inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan Perang Troya. Nah, kalau sudah begini apakah Azyumardi dan Feminis lainnya ingin nama Allah diganti dengan “yang penting” perempuan? Kalau begitu ganti saja nama Tuhan kita dengan Ker.

Maka itu sejatinya, gagasan Feminis di Indonesia yang selama ini memakai klaim agama demi memulusukan misinya, tidak lebih sebagai penggugu tradisi feminis yang terjadi pada domain Kristen. Cross, F.L., dalam "The Oxford Dictionary of The Christian Church"dengan baik menuliskan fakta untuk memperkuat itu. Kata Cross, ide pokok dalam teologi feminis adalah keberatan terhadap tradisi kekristenan tentang hubungan antara perempuan dengan keilahian. Teolog-teolog feminis berpendapat bahwa perempuan dapat menggambarkan Allah, baik secara penuh maupun terbatas, sama seperti Allah yang digambarkan melalui laki-laki. Feminis juga berusaha untuk melihat kekayaan dan keterbatasan dari Alkitab dan literatur Kristen, serta berusaha untuk memberikan perubahan pemikiran, baik di Gereja maupun dalam institusi akademis. Jadi sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Islam.

Celia Deane-Drummond, professor theologi di University of Chester, Inggris juga menyatakan demikian. Dalam bukunya, "Teologi dan Ekologi", Deane-Drummond melihat bahwa tradisi Kristen dimana Alkitab yang ditulis oleh laki-laki telah menekankan dominasi figur pria atas wanita. Hal itu membuat hubungan-hubungan hierarkis yang menekankan bapak sebagai kepala, yang pada perkembangannya membuat ketidakadilan bagi perempuan. Ini wajar, karena Kristen memang bermasalah.

Bagaimana mungkin sebuah kitab suci untuk rujukan umat manusia, justru ditulis oleh manusia itu sendiri. Bandingkan dengan tradisi Islam dimana Allah pernah menantang para penyembah berhala yang masih ragu dan menuduh Al Qur’an hanyalah karangan Nabi Muhammad saw. Allah mendokumentasikan ini di surah Al Baqarah.

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al Baqarah: 23)

Apa yang dialami Kristen tidak pernah terjadi dalam dunia Islam. Para isteri Nabi saw. sendiri adalah para perempuan yang memikul tanggung jawab untuk mendidik kaum muslimin sebagai pengamalan dari perintah Allah swt.

“Sebutlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui.” (Al Ahzab: 34)

Al Qasimi dalam tafsirnya (jilid 13: 4859) mengungkapkan bahwa yang dimaksud ayat-ayat Allah ialah Al Qur’an, sedangkan Al Hikmah adalah sunnah Nabi saw. Oleh karena itu rumah-rumah Rasulullah saw. menjadi pusat pendidikan Islam selain di mesjid. Dan itu ikut membawa istri beliau-beliau sebagai pembangun peradaban.

Aisyah radhiyallahu 'anha sendiri adalah isteri nabi yang mengambil bagian terbanyak dalam periwayatan hadis. Tercatat beliau meriwayatkan hadis hingga mencapai angka 2220 hadis. Maka tak heran, menurut Abdurrahman Al Baghdadi dalam bukunya “Emansipasi Dalam Islam”, pada gilirannya peran Aisyah dalam sejarah umat Islam sangat mewarnai fiqhul Islam, kehidupan berfikir, beragama, termasuk berpolitik bagi kaum muslimin.

Selanjutnya, Ibnu Saad dalam karangannya “Tabaqaad” (jilid 2) dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu menyatakan bahwa manakala sahabat Rasulullah saw. ragu akan suatu masalah, mereka segera menanyakannya kepada Aisyah. Dan menurut riwayat dari Qubaishah bin Dzuaib dinyatakan bahwa Aisyah tergolong perempuan yang paling luas ilmunya diantara manusia, sehingga orang-orang terkemuka dari sahabat nabi saw. menjadikan Aisyah sebagai tempat bertanya

Rupanya, tidak hanya Aisyah, perempuan yang mampu membuat cetak sejarah gemilang dalam sejarah Islam. Beberapa wanita Islam lainnya tercatat menjadi masyhur dalam medan peperangan. Diantara nama-nama itu adalah Asma binti Abu Bakar Ashshidiq, Asma binti Yazid bin Asakan, Ummu Amarah, Nasibah binti Ka’ab dan sejumlah wanita lainnya. Namun apakah para feminis turut mendelegasikan peran perempuan dalam jihad? Tidak, karena standar keberhasilan mereka, justru ketika Islam menjadi mundur.

Keniscayaan sejarah bahwa wanita muslim memiliki peran dalam kehidupan, tidak membuat kemudian mereka besar kepada dan ikut-ikutan latah meminta bahwa mereka lebih tinggi dari pria. Aisyah pun tidak pernah merasa lebih tinggi dari Nabi. Dan sudah fitrahnya memang wanita ingin dilindungi oleh laki-laki. Allah berfirman,

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”

Makanya, kebenaran ayat Qur’an bahwa laki-laki pelindung bagi perempuan menjadi keniscayaan. Bahwa semakin maraknya perempuan menguasai segala sektor tidak mesti membuat negara itu maju. Seperti disitir dari tulisan Hamid Fahmi, prosentase anggota parlemen di AS misalnya hanya 10.3% di Jepang 6.7%, di Singapura hanya 3.7%, sedangkan Indonesia 12.2%. meski begitu Indonesia juga tidak lebih maju dari AS, Singapura dan Jepang dalam semua bidang, khususnya pembangunan ekonomi.

Di Timur seperti Jepang, Taiwan, Indonesia, Pakistan, India, Saudi, Mesir dsb total equality tidak benar-benar dikehendaki wanita. Di negeri-negeri itu profesi ibu rumah tangga masih banyak diminati. Di Jepang para wanita praktis tidak bekerja ketika menjadi istri dan mengurus keluarga. Tapi tidak ada pengaruh ekonomi yang signifikan terhadap Negara. Menarik… (Pz)
Bersambung...

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , , ,

Khalifah Ottoman terakhir, Sultan Hamid II, yang digulingkan oleh sekelompok perwira militer yang dipimpin seorang opsir bernama Kemal Attaturk, dan mengubah Turki menjadi negara Republik sekuler, tahun 1924.

Imperium Ottoman berkuasa selama lebih dari 7 abad. Dengan pengaruhnya yang luas sampai ke jantung Eropa, Balkan, Asia Tengah, dan Asia, serta Timur Tengah. Kemudian dijuluki "Sick man in the Europe".

Sesudah berkuasa di Turki, Kemal Attaturk mengubah negeri itu seluruhnya. Hukum Islam dihapus, Agama Islam direduksi sampai ke titik terendah, nilai-nilai Islam dilarang dalam kehidupan masyarakat, para ulama diasingkan keluar negeri, bahasa Arab dilarang, adzan menggunakan bahasa Turki, simbol-simbol Islam disingkirkan.

Sejak Kemal Attaturk berkuasa terjadi proses sekulerisasi yang hebat dan luar biasa terhadap seluruh kehidupan rakyat Turki. Attaturk yang masih berdarah Yahudi itu, mengganti sistem dan nilai Islam dengan sistem dan nilai sekuler Eropa. Karena itu, sejak runtuhnya Khalifah Ottoman itu, berlangsung proses sekulerisasi yang sangat massif terhadap kehidupan rakyat Turki. Semua yang dilakukan Attaturk itu, bertujuan menghapus nilai-nilai Islam dan sistem Islam dalam kehidupan masyarakat dan rakyat Turki, sampai ke akar-akarnya.

Sekulerisme sudah menjadi sebuah "agama" baru di Turki sejak Kemal Attaturk berkuasa. Tidak boleh dan tidak ada apapun, selain nilai sekuler dalam kehidupan Turki. Sekulerisme menjadi "credo" (aqidah) di dalam kehidupan rakyat Turki, karena secara tegas masuk dalam konstitusi Turki. Hukum, tata nilai, dan segala bentuk aturan yang ada, tidak boleh berlawanan dengan prinsip sekulerisme.

Sekulerisme di Turki memiliki penjaga dan penjamin, yang akan melindungi nilai-nilai itu, khususnya dari setiap ancaman yang ingin menggantinya, yaitu militer. Militer Turki menjadi "garda" paling depan, dan akan bertindak terhadap apa saja, dan siapa saja yang akan mengganti prinsip sekulerisme dengan nilai lainnya. Dari manapun. Karena militer Turki dapat bertindak dengan dasar konstitusi yang ada. Inilah yang memperpanjang umur sekulerisme di Turki.

Maka, sejak lahirnya Republik Turki yang sekuler, yang ada hanyalah entitas politik sekuler, tidak ada yang lain. Semua partai yang berkuasa hanyalah partai-partai sekuler tidak ada yang lain. Partai-partai sekuler dengan dukungan dan penjagaan dari militer, yang akan selalu menjadi pembela dan penjaganya. Semua itu, berlangsung hingga menjelang akhir abad ke 20.

Satu-satunya gerakan yang menyalamatkan rakyat Turki dari kehancurannya, dan tetap melestarikan nilai-nilai dan prinsip Islam, tak lain, gerakan sufi, yang dipimpin seorang ulama sufi, Badi'uzzaman atau Said Nursi. Dengan sembunyi-sembunyi Said Nursi mengajarkan Islam kepada rakyat Turki. Badi'uzzaman alias Said Nursi, menjauhkan diri dari politik, dan tetap mangajarkan Islam dengan caranya.

Kemudian belakangan lahir Gerakan Milli Gurus, yang mirip dengan Gerakan Ikhwan di Mesir, dan berkembang pesat di Turki dan daratan Eropa. Mehmed Sabri yang merupakan keponakan Erbakan menjadi pemimpin Milli Gurus, dan kemudian Sabiha anak Mehmed Sabri menikah dengan seorang tokoh muda Ikhwan, Ibrahim Zayad, yang sekarang menjadi tokoh penting dalam Gerakan Islam di Eropa.

Milli Gurus mempunyai peranan yang sangat penting menghidupkan kembali Islam di Turki, bahkan di daratan Eropa. Kelompok Milli Gurus yang tidak lepas dari peranan Erbakan, kemudian melakukan re-Islamisasi kembali di Turki dan daratan Eropa. Sehingga, tidak menjadi sesuatu yang aneh, bila Turki dan Timur Tengah, sekarang kembali memiliki kedekatan, karena telah memiliki akar dan dasar, yang dibangun oleh entitas Gerakan Islam, di mana antara Ikhwan dan Milli Gurus memiliki kesamaan tujuan dan kemiripan dalam gerakan.

Erbakan kembali ke Turki tahun 1965, sesudah menyelesaikan Phd, di Aachen dibidang Tehnik, kemudian mengajar di Istambul University, di bidang teknik. Kemudian Erbakan menjadi deputi tahun 1969.

Erbakan yang jenius dan ahli membuat tank itu, justru menjadi pemikir dan aktivis, dan selanjutnya mendirikan partai politik. Mungkin Erbakanlah yang pertama kali membidani lahirnya gerakan politik Islam di Turki. Karena, sejak dibangku mahasiswa, ketika kuliah tehnik di Jerman, Erbakan sudah bergelut dengan para aktivitas Islam, dan mempelajari berbagai ideologi, dan pandangan politik, termasuk pemikirannya, yang banyak menyerap dari pemikiran dan ideologi Ikhwan, yang kemudian ditransformasikan melalui Gerakan Milli Gorus.

Pertama kali Erbakan mendirikan partai politik di tahun l978, ketika sudah merasa memiliki kemampuan, dan dukungan yang kuat. Tahun l980, mendirikan Partai Salvation (Partai Penyelamat), sesudah ikut pemilu, dan mendapat suara yang signifikan di parlemen, dibubarkan oleh militer. Sampai Jendral Kenan Evren melakukan kudeta, membubarkan Partai Salvation , dan memasukkan penjara Erbakan, di tahun 1980-1987.

Berikutnya, Erbakan mendirikan Partai Refah, di tahun 1990, dan kemudian mengikuti pemilu tahun 1994, dan memperoleh suara yang mayoritas tipis di parlemen, serta melakukan koalisi dengan Partai Republik, yang dipimpin Tansu Ciller, dan membentuk pemerintahan.

Waktu Erbakan menang pemilu tahun 1994 itu, pertama kali, ia melakukan perayaan besar-besaran di Istambul, memperingati jatuhnya Konstatinopel, dan dihadiri seluruh tokoh Gerakan Islam dari seluruh dunia. Acara itu yang berlangsung di sebuah stadion di Istambul, memvisiualkan kembali, bagaiaman Sultan Mohammad al-Fatih merebut Konstatinopel, yang menjadi pusat imperium Romawi.

Kalau membaca konsep Erbakan dalam membangun Turki menjadi sebuah imperium baru, sangat jelas, dan rinci. Erbakan ingin membuat mata uang sendiri bagi seluruh negara-negara Islam, membuat sistem ekonomi dan perdagangan, membuat sistem kerjasama bidang pertahanan, keamanan dan militer, membuat sistem kerjasama dibidang budaya dan sosial. Konsep itu ditulis dengan komprehensif dan lengkap. Mungkin Erbakan ingin mewujudkan sebuah kekuatan Islam dengan satu sistem, yang banyak ditunggu itu.

Bahkan, Erbakan yang baru berkuasa itu, mempunyai langkah yang sangat luar biasa, di mana ia menginginkan agar Turki keluar dari keanggaotaan Nato, thaun 1995. Sehingga, menciptakan kekawatiran dikalangan anggota Nato dan negara-negara sekutu di Eropa.

Tetapi, semuanya impian itu kandas, karena militer Turki membubarkan pemerintahannya, karena dituduh menyimpang dari prinsip-prinsip sekuler, tahun 1997. Bahkan Partai Refah dilarang, dan Erbakan tidak boleh melakukan aktivitas politik selama 5 tahun. Berakhirkah cita-cita politik Erbakan?

Salah seorang murid Erbakan, ketika berkuasa, yaitu Recep Tayyib Erdogan, kala itu diangkat menjadi walikota Istanbul.

Erdogan tahun 2000 mendirikan partai politik baru, yang diberi nama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Kemudian ikut pemilu berturut-turut, tahun 2002, menang dengan dukungan suara 37 persen, tahun 2007 naik suaranya menjadi 46,5 persen, dan tahun 2011 menjadi 50,3 persen.

AKP menargetkan mayoritas mutlak, dan ingin mengganti konstitusi Turki, dan mengubah sistem sekuler, tetapi gagal.

Keberhasilan AKP tidak lain, karena langkah-langkah strategis yang dilakukan Erdogan, memperbaiki Turki secara ekonomi dan politik. Langkah yang dilakukannya sangat jelas. Berhasil mengatasi krisis ekonomi, dan sekarang di tengah-tengah krisis global, ekonomi Turki tetap tumbuh, dan inflasi hanya satu digit. Seluruh sektor ekonomi dan perdagangan mengalami kemajuan yang signifiqan. Turki menjadi kekuatan ekonomi keempat di Eropa.

Tetapi, catatan yang paling penting dari semua yang dilakukan Erdogan dan AKP, adalah memasukan militer Turki ke dalam kotak. Militer Turki tidak lagi dapat melakukan intervensi dibidang politik. Inilah pencapaian yang paling penting dalam sejarah politik Turki yang dilakukan oleh Erdogan.

Sekarang militer berada di bawah supremasi sipil. Tidak hanya itu, Erdogan menyeret puluhan jenderal yang akan melakukan kudeta, dan memenjarakannya. Perdana Menteri Turki Erdogan dan Presiden Abdullah Gul, memimpin militer Turki, dan menjadi Ketua Dewan Militer Tertinggi Turki. Berakhirlah supremasi militer Turki yang sudah berlangsung sejak zamannya Kemal Attaturk.

Erdogan dan AKP hanya memanfaatkan demokrasi, dan melakukan perubahan yang lebih luas. Bukan hanya perubahan dalam skala nasional Turki, tetapi yang diinginkan Erdogan perubahan kawasan, dan bahkan perubahan secara global. Karena itu, Turki terus memainkan perananannya secara regional dan global. Langkah-langkah yang dilakukan Erdogan difinitif dan tegas. Pembelaan terhadap dunia Islam dan negeri-negeri Muslim juga sangat tegas.

Tentu, Erdogan belum mampu atau tidak mampu membuat seruan tegaknya Khilafah, Daulah, atau Sistem Syari'ah. Tetapi, perubahan secara gradual terus berjalan, dan nampak sedikit demi sedikit. Termasuk pandangan-pandangannya yang selama ini menjadi sangat tabu, yaitu penggunaan kerudung alias jilbab di Turki. Isterinya Emina, terlibat aktif memperjuangkan agar perempuan Turki bebas menggunakan kerudung.

Kehidupan Islam di Turki terus nampak, dan berkembang dengan pesat. Tidak ada lagi ristriksi pembatasan terhadap rakyatnya. Termasuk bagi mereka yang ingin melaksanakan prinsip-prinsip Islam. Masjid Aya Shopia yang sudah lebih dari 600 tahun ditutup, sekarang dibuka kembali, dan digunakan shalat tarawih selama bulan Ramadhan.

Pernyataan Erdogan yang mengundang kritik, seruannya kepada Mesir dan Tunisia menjadi negara sekuler. Maksudnya, menurut Erdogan, "Negara sekuler tidak mesti rakyatnya harus menganut sistem sekulerisme. Saya misalnya, bukan penganut paham sekulerisme. Tetapi, saya adalah perdana negara sekuler", kata Erdogan.

Situasi mungkin akan sangat berbeda, jika Erdogan saat berkunjung ke Mesir dan Tunisia, menyerukan kepada Mesir dan Tunisia bersama dengan Turki, menegakkan kembali sistem Khilafah, Daulah dan Syari'ah Islam. Mungkin baru sebatas itu, yang dapat dilakukan oleh Erdogan dan Turki, yang mungkin dapat kita maafkan.

Kita menghormati kepada mereka yang penuh pengorbanan, khususnya para syuhada yang berjihad ingin menegakkan sistem Khilafah, Daulah dan Syari'ah, serta mereka yang terus istiqomah dengan jalannya masing-masing ingin mewujdukan cita-citanya itu. Semoga semuanya menjadi amal shalih.

Tetapi, langkah-langkah yang dilakukan Turki dan Erdogan, di tengah-tengah situasi yang sangat penuh dengan ancaman orang-orang kafir, kegagalan, perpecahan, dan kekecawaan, masih ada sosok pribadi, sebagai pemimpin yang dengan sungguh-sungguh melakukan pembelaan dengan cara yang dilakukannya itu.

Mungkin banyak diantara kita yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan Erdogan. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments