Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Serangan udara NATO menargetkan pusat kursi kekuasaan Moammar Gaddafi pada Senin pagi, menghancurkan sebuah perpustakaan bertingkat dan kantor dan dengan parah merusak ruang resepsi yang biasanya digunakan untuk menjamu pejabat yang datang mengunjungi, dalam apa yang seorang pejabat pers dari pemerintah Qaddafi mengatakan merupakan upaya keras mengakhiri hidup pemimpin Libya itu.

Keberadaan Gaddafi di saat serangan terhadap pekarangan Bab al-Azizya yang luas itu terjadi tidak diketahui. Seorang pejabat keamanan di tempat kejadian mengatakan empat orang terluka ringan.

Seorang pejabat pers, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan 45 orang luka-luka, termasuk 15 orang yang serius terluka, dan beberapa masih belum ditemukan setelah serangan itu. Belum ada verifikasi independen dari jumlah korban.

Koresponden CBS News David Martin melaporkan bahwa serangan itu adalah bagian dari serangan yang telah direncanakan sebelumnya terhadap fasilitas komando dan kontrol, dan sangat tidak mungkin bahwa NATO akan tahu lokasi Gaddafi jauh sebelumnya.

Pihak berwenang mengatakan antara dua dan empat rudal besar atau bom meledak di kompleks tersebut pada Senin pagi. Bangunan, yang digambarkan sebagai lokasi di mana Gaddafi mengadakan rapat, rusak parah dengan atap dari salah satu struktur lubang

Pada awal kampanye serangan udara terhadap Gaddafi, sebuah rudal jelajah menghantam sebuah gedung administrasi di Bab al-Azizya bulan lalu, merobohkan setengah bangunan tiga lantai tersebut. Kompleks ini juga ditargetkan dalam pemboman AS pada bulan April 1986, setelah Washington meminta Libya bertanggung jawab atas ledakan di sebuah diskotik Berlin yang menewaskan dua prajurit Amerika.

Sebuah bangunan bertingkat yang oleh penjaga dikatakan menjabat sebagai perpustakaan dan kantor Gaddafi berubah menjadi tumpukan logam bengkok dan beton rusak dalam serangan pada hari Senin tersebut. Puluhan pendukung Qaddafi naik di atas reruntuhan, mengibarkan bendera hijau Libya dan nyanyian untuk mendukung pemimpin mereka.

Sebuah bangunan kedua, di mana Qaddafi menerima pejabat yang berkunjung, mengalami kerusakan parah. Pintu utama terbuka, pecahan kaca berserakan di tanah dan bingkai-bingkai foto berhamburan.

Serangan terjadi sehari setelah pasukan Gaddafi melepaskan berondongan tembakan dan roket di Misrata di akhir pekan, dan permintaan segar untuk lebih banyak tindakan agresif NATO oleh beberapa politisi Amerika.

Senator Lindsey Graham (R-SC) mengatakan pada akhir pekan: "Rekomendasi saya untuk NATO dan administrasi adalah untuk menyerang langsung pada pusatnya, pergi ke Tripoli, mulai melakukan pemboman pada lingkaran dalam Gaddafi, kompleks mereka, markas militer mereka di Tripoli."

Karena meningkatnya kekerasan di Misrata, yang menurut para dokter itu telah sejauh ini menewaskan 32 dan puluhan luka-luka dalam dua hari, koresponden CBS News Allen Pizzey melaporkan bahwa kapal yang membawa para warga sipil menjauh dari kota yang terkepung telah menjadi penyelamat hidup yang sangat penting.

Makanan dan obat-obatan telah menjadi langka di kota, dan satu-satunya cara bagi kebanyakan orang untuk menolong dirinya sendiri adalah untuk pergi.

Pemberontak mengatakan bahwa mereka mengusir pasukan pro-pemerintah terakhir dari pusat kota Libya terbesar ketiga tersebut. Namun semangat pertempuran pasukan Gaddafi di Misrata masih tetap kuat.

Pertempuran untuk Misrata, yang telah merenggut ratusan jiwa dalam dua bulan terakhir, telah menjadi titik fokus pemberontakan bersenjata melawan Gaddafi sejak pertempuran di tempat lain menemui jalan buntu.

Sementara itu para pemimpin senior Kongres AS menggunakan penampilan di program CNN "State of the Union" kemarin (24/04) untuk menyerukan pembunuhan pemimpin Libya Moammar Gaddafi dan peningkatan besar serangan udara untuk mencapai tujuan sebenarnya dari perang tersebut, sebuah rezim boneka yang penurut.

Senator Republik dan mantan calon presiden John McCain, yang mengunjungi Benghazi Jumat lalu untuk bertemu dengan anggota Dewan Nasional Transisi, menyerukan pengakuan AS langsung akan badan pemberontak itu sehingga uang dan persenjataan dapat dikirim. McCain menyatakan bahwa mantan menteri Gaddafi, seorang tokoh yang terkait dengan CIA yang diketahui berada di dewan, "mewakili aspirasi sah rakyat Libya."

Selain menuntut upaya meninggkatkan pelatihan dan mempersenjatai pasukan anti-Gaddafi untuk memerangi saudara mereka, McCain bersikeras bahwa kekuatan udara AS seperti AC-130 dan jet tempur Apache digunakan dengan "cara lebih berat".

Menanggapi seruan Graham untuk pembunuhan, McCain menyatakan kesepakatan umum dengan menargetkan pemimpin Libya, tetapi menyatakan strategi AS harus didasarkan pada "memenangkan pertempuran di tanah" bukan pada "kesempatan untuk membunuhnya keluar dengan serangan udara yang beruntung." (iw/cbsn/wsws)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Putri Kolonel Moammar Gaddafi mengecam Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

Ia mengatakan bahwa sang presiden tidak mampu meraih apa-apa dan mengecam Clinton karena tidak meninggalkan Bill Clinton yang sudah terlibat skandal perselingkuhan.

Menanggapi serangan sekutu terhadap Libya, Aisha Gaddafi mengecam kepemimpinan Amerika.

Sembari menyerukan diawalinya dialog terbuka untuk coba mengakhiri konflik di Libya, Aisha mengatakan bahwa Presiden Obama "sejauh ini belum mencapai apa-apa."

Pengacara glamor yang dulu pernah disemati julukan "Claudia Schiffernya Afrika Utara" karena rambut pirang panjangnya itu kemudian mempertanyakan keputusan Menlu Clinton terkait skandal Bill Clinton dengan Monica Lewinsky saat masih menjadi presiden AS.

"Kenapa kau tidak tinggalkan saja Gedung Putih saat mengetahui suamimu selingkuh?" tanya Aisha secara retoris sambil kemudian tertawa.

Dalam keterangan di hadapan pers Barat untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, Aisha Gaddafi, 36, menjelaskan mengenai pandangan rezim Libya. Ia menerangkan bahwa anak-anaknya sudah diberi penjelasan mengenai kematian agar mereka siap.

Aisha mengatakan bahwa dirinya sering bercerita mengenai peperangan kepada ketiga anaknya sebelum tidur. "Karena, di masa perang kita tidak pernah tahu. Kapan saja bisa dihantam roket atau bom dan mati."

Putri pemimpin Libya tersebut menyampaikan komentar tersebut dalam wawancara dengan New York Times pada hari Minggu, beberapa jam sebelum NATO meningkatkan skala serangan udara terhadap Tripoli dan kembali menghantam bangunan Gaddafi.

Aisha Gaddafi, yang pernah belajar hukum di Paris dan pernah menjadi anggota tim penasihat hukum Saddam Hussein, menyebut para pemberontak sebagai teroris. Tapi, ia juga mengindikasikan bahwa sebagian pemimpin pemberontak yang merupakan bekas pejabat Gaddafi masih tetap menjalin hubungan dengan rezim Libya.

"Mereka (pemberontak) mengatakan kepaa kami bahwa mereka punya keluarga, putri, putra, pasangan, dan khawatir terhadap keselamatan mereka. Oleh karena itu mereka melakukannya," kata Aisha.

"Ada banyak anggota dewan yang sudah bekerja selama 42 tahun untuk ayah saya dan mereka setia kepadanya. Apa Anda pikir mereka tiba-tiba saja seperti itu?" katanya.

Aisha menerima fakta bahwa mungkin pasukan Gaddafi menembak demonstran tak bersenjata, namun ia mengatakan bahwa hal itu tidak signifikan.

Ia juga mendesak agar semua pihak duduk bersama untuk berdialog.

Dengan mengenakan jins ketat dipadukan dengan sepatu Gucci, Aisha mengecam PBB karena mencabut gelarnya sebagai duta besar meski sebelumnya memohon dirinya menjadi utusan perdamaian.

Aisha mengatakan, perang di Libya telah menyatukan keluarganya dan keluarganya akan tetap berkuasa karena mereka punya harapan besar kepada Tuhan.

Aisha juga bersikeras bahwa ayahnya masih sekuat dulu. Dia juga yakin rakyat Libya setia kepada Gaddafi.

Tanpa adanya kepemimpinan Gaddafi, Aisha mempredikikan bahwa para imigran ilegal Afrika akan membanjiri negara-negara Barat dan kelompok-kelompok radikal akan mendirikan pangkalan di Mediterania.

Aisha menyebut Barat bersalah karena mencampuri urusan Libya saat pemerintah Libya sudah hendak mengumumkan konstitusi sebagai langkah awal menuju reformasi demokratis.

Ia juga menyebut kekerasan di Irak merupakan peringatan bagi Amerika.

"Perlawanan di Irak membuktikan bahwa saat mereka datang ke Irak, mereka akan disambut dengan bunga," kata Aisha. "Nyaris 10 tahun sesudahnya, Amerika disambut dengan peluru," tambahnya.

"Percayalah, situasi di Libya akan jauh lebih buruk," tambahnya. (dn/dm)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pemimpin Libya Moammar Gaddafi mencapai sebuah catatan konsiliasi pada hari Sabtu, mengatakan bahwa ia siap untuk sebuah gencatan senjata dan negosiasi yang membuat NATO "menghentikan pesawat-pesawatnya mematikannya."

Di dalam sebuah pidato langsung di televisi Libya yang mulai pada pagi hari Sabtu dan berlangsung selama 80 menit, Gaddafi mengatakan bahwa ia tidak bermaksud untuk turun atau pergi meninggalkan negara tersebut dan bahwa warga Libya dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri jika serangan NATO berakhir.

"Libya siap sampai sekarang untuk memasuki sebuah gencatan senjata namun sebuah gencatan senjata tidak bisa berasal dari satu sisi," ujar Gaddafi, berbicara dari balik sebuah meja dan dibantu oleh banyak kertas yang nampaknya catatan tulisan tangan.

"Kami adalah yang pertama menyambut sebuah gencatan senjata dan kami yang pertama menerima sebuah gencatan senjata namun serangan Perang Salib NATO belum berhenti," ia mengatakan. "Gerbang perdamaian terbuka."

Kelompok pemberontak yang sangat kurang bersenjata dan kurang terlatih telah berjuang sejak pertengahan Februari untuk mengakhiri kekuasaan 41 tahun Gaddafi.

Pasukan NATO mengatakan bahwa sebuah resolusi PBB memperbolehkan mereka untuk menyerang posisi pemerintah untuk melindungi penduduk sipil; namun dukungan tersebut belum membawa jatuhnya Gaddafi seperti yang diharapkan beberapa orang.

Gaddafi mengatakan bahwa serangan-serangan NATO dan patroli angkatan laut di bawah mandat PBB dan mendesak Rusia, China dan negara-negara Afrika dan Amerika Latin untuk menekan Dewan Keamanan untuk melihat kembali resolusi tersebut.

Gaddafi mengatakan bahwa serangan-serangan dan sanksi mempengaruhi penduduk sipil dan menghancurkan infrastruktur negara tersebut.

Berbeda dari pidato sebelumnya, di mana ia menyebut pemberontak "tikus" dan berjanji untuk mengejar dan menangkap dari rumah ke rumah, Gaddafi mendesak para pemberontak untuk meletakkan senjata mereka dan mengatakan bahwa rakyat Libya tidak seharusnya berjuang satu sama lain.

Ia menyalahkan pemberontakan tersebut pada para tentara bayaran dan orang-orang asing. "Kita tidak bisa bertarung satu sama lain," ia mengatakan. "Kita satu keluarga."

Gaddafi membantah serangan massal pada penduduk sipil dan menantang NATO untuk menemukan 1.000 orang yang telah terbunuh di dalam konflik tersebut.

"Kami tidak menyerang mereka atau melewati batas, mengapa mereka menyerang kami?" tanya Gaddafi, merujuk pada negara-negara Eropa yang terlibat di dalam serangan udara tersebut. "Mari kita negosiasi dengan Anda, negara-negara yang menyerang kita. Mari bernegosiasi."

Jika kekuatan NATO tidak tertarik dengan pembicaraan, bagaimanapun juga, rakyat Libya tidak akan menyerah dan berkeinginan untuk mati menolak apa yang ia sebut serangan "teroris"nya. Ia memperingatkan NATO bahwa pasukannya akan melawan balik jika pihaknya menginvasi dengan jalur darat.

"Baik itu kebebasan atau kematian. Tidak ada kata menyerah. Tidak ada rasa takut. Tidak ada kepergian," ia mengatakan.

Berbicara tiga bulan setelah mantan Presiden Tunisia Zine Al-Abidine Ben Ali melarikan diri dari negara Afrika Utara setelah berminggu-minggu protes, Gaddafi mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki hak untuk memaksanya keluar.

"Saya tidak akan meninggalkan negara saya," ia mengatakan. "Tidak ada seorangpun yang dapat memaksa saya untuk meninggalkan negara saya dan tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan untuk tidak berjuang untuk negara saya."

Setelah penyiaran tersebut, televisi pemerintah mengatakan bahwa pesawat tempur NATO telah mengebom sebuah tempat di ibukota Libya, Tripoli di dekat gedung televisi tersebut selama pidato Gaddafi.

"Sebuah gedung berada di dekat bangunan Jamahiriya dibom selama penyiaran pidato Moammar Gaddafi dan yang menunjukkan sebuah target pada pemimpin revolusi sendiri," televisi tersebut mengatakan setelah Gaddafi menyelesaikan pembicaraannya. (ppt/dw)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pasukan elite Inggris, SAS, tengah dihadapkan pada krisis karena para prajurit yang terbaik merasa terlalu takut untuk melamar sebagai anggota. Hal itu diungkapkan oleh seorang personel senior pasukan khusus tersebut.

Dalam sebuah surat internal, kepala pasukan infanteri, Brigadir Richard Dennis, juga mengatakan bahwa posisi pasukan elite tersebut dalam militer Inggris semakin sulit karena operasi-operasi yang paling menarik, seperti di Afghanistan, tidak lagi dianggap sebagai lahannya pasukan khusus.

SAS, yang berperan penting di Afghanistan dan Irak serta operasi anti-terorisme, kabarnya kekurangan sepertiga tenaga di garis depan.

Meski rincian catatan SAS dirahasiakan, kabarnya di tubuh SAS juga jatuh korban dalam jumlah yang sama tingginya dengan satuan militer lain, termasuk dalam sebuah peristiwa tahun lalu di Afghanistan saat ada delapan orang prajurit yang luka parah akibat serangan tunggal.

Dalam suratnya kepada kepala militer Jenderal Sir Peter Wall, Brigadir Dennis menyebutkan bahwa dirinya amat khawatir dengan tantangan memimpin SAS dan diperlukan tindakan mendesak untuk memperbaiki kualitas calon personel.

Dennis mengutip ucapan 22 orang personel Resimen Khusus Pasukan Udara yang mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak sukarelawan yang muda dan berkualitas.

Brigadir Dennis menambahkan, "Saya merasa puas, meskipun ada kebutuhan untuk menghindari kepuasan, bahwa komunitas infanteri mengirimkan para prajurit dan personel sukarelawan untuk diseleksi."

"Saya tidak yakin bagaimana cara kami menjamin kualitas lebih baik untuk meningkatkan tingkat kelulusan seleksi," tambahnya.

"Memang, agar langkah yang diambil berhasil, mungkin Anda akan menganggap tindakan yang diambil militer penting untuk meningkatkan keberhasilan seleksi dan kualitas pasukan khusus," katanya.

Brigadir Dennis menambahkan bahwa banyak prajurit yang merasa khawatir melamar SAS karena ketakutan untuk gagal masih tetap besar. Ia juga mengatakan bahwa para komandan harus melihat para calon anggota yang potensial.

Patrick Mercer, seorang anggota parlemen Partai Konservatif dan mantan personel militer, mengatakan bahwa hal itu akan menjadi "hantaman menakutkan" bagi gengsi Inggris jika pasukan khusus Inggris lemah.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, "Biasanya, kami tidak memberikan komentar perihal pasukan khusus, dan kami tidak melihat ada alasan mengubah kebijakan itu dalam hal ini."

Sebelumnya, tiap tahunnya, ada sekitar 150 orang yang melamar untuk bergabung SAS, dan hanya sekitar satu dari sepuluh yang lolos dari proses seleksi yang ketat.

Tapi, pada 2009 saja angkanya turun menjadi 93 orang pelamar, dan hanya delapan yang lolos.

Para petinggi militer mengatakan bahwa para prajurit terlalu banyak melihat pertempuran di Afghanistan sehingga bergabung dengan SAS tidak lagi menggiurkan. Dalam masa kampanye menjaga perdamaian di Balkan pada 1990-an, menjadi bagian dari resimen tersebut diaggap sebagai cara untuk bisa bertempur.

Tapi, karena pertempuran di Afghanistan begitu intens, maka tidak lagi banyak prajurit yang ingin bergabung dengan pasukan khusus. (dn/dm/gd/mr)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Arsip-arsip amat rahasia Nazi mengungkapkan bahwa fantasi Adolf Hitler yang ingin menciptakan armada UFO Nazi yang bisa menghancurkan London dan New York memang kenyataan.

Perintah itu disampaikan saat pasukan Hitler di berbagai lokasi mundur.

Lokasi yang diduga sebagai tempat produksi UFO Nazi tersebut adalah serangkaian terowongan terowongan yang terkubur di bawah Lembah Jonas di Thuringia, pusat Jerman.

Di bawah komando Jenderal SS (polisi khusus Nazi) Hans Kammler, sejumlah kelompok pekerja budak bekerja keras untuk merealisasikan mimpi Hitler.

Majalah sains Jerman, PM, mengungkapkan betapa canggihnya program tersebut saat para ilmuwan bekerja keras di sejumlah pabrik rahasia untuk memproduksi UFO untuk memenangkan perang.

Majalah itu mengutip keterangan sejumlah saksi mata yang mengaku melihat sebuah piring terbang dengan tanda salib besi Jerman yang terbang rendah di atas Sungai Thames, Inggris, pada 1944 silam.

"Amerika juga menganggap serius keberadaan senjata tersebut. Agaknya, meskin tersebut mampu menempuh jarak 2.000 kilometer pada penerbangan perdananya," demikian dilansir The Sun.

AS yakin bahwa Jerman bisa menggunakan piring terbang untuk menjatuhkan senjata ke New York, sebuah target yang ingin diserang Hitler saat perang berlanjut.

Kala itu, New York Times melaporkan terlihatnya "piring terbang misterius" dengan foto-foto benda tersebut yang terbang dengan kecepatan amat tinggi di atas gedung-gedung di kota itu yang menjulang tinggi.

"Jerman telah menghancurkan sebagian besar berkas yang berisi aktivitas mereka, tapi ada sejumlah petunjuk yang membuktikan bahwa (armada UFO Nazi) memang ada," tambah harian tersebut.

Proyek UFO Nazi dipimpin oleh dua orang insinyur, Rudolf Schriever dan Otto Habermohl, dan berbasis di Praha, Ceko, antara tahun 1941 hingga 1943.

Proyek yang berawal dari sebuah proyek Luftwaffe tersebut akhirnya berada di bawah kendali menteri persenjataan Albert Speer sebelum kembali diambil alih oleh Kammler pada 1944.

Para saksi mata yang ditangkap pasukan sekutu setelah perang mengklaim pernah melihat piring terbang dalam beberapa kejadian.

Joseph Andreas Epp, seorang teknisi yang menjadi konsultan untuk proyek Schriever-Habermohl, mengklaim ada 15 prototipe UFO yang sudah dibuat.

Ia menjelaskan tentang bentuk pesawat berupa kokpit setral yang dikelilngi sayap dan baling-baling yang berputar dan membentuk sebuah lingkaran.

Baling-baling tersebut direkatkan dengan sebuah pita di sisi luarnya dan dibuat berputar dengan roket-roket kecil yang dipasang di sekitar lingkaran.

Ketika kecepatan rotasinya cukup dan piring terbang mengangkasa, kemudian dinyalakan jet atau roket horizontal untuk menggerakkannya.

Dalam bukunya terbitan tahun 2000, Prawda O Wunderwaffe, Igor Witkowski, seorang sejarawan dan jurnalis Polandia yang mendalami bidang militer dan teknologi luar angkasa, mengklaim bahwa Hitler ingin para ilmuwannya tetap ada untuk membuat pesawat berbentuk bel.

Sedemikian mengesankannya teknologi Nazi yang ditemukan di akhir perang, para ilmuwan roket V-2 sampai diburu oleh AS dan Uni Soviet untuk dipekerjakan dalam program peluru kendali dan luar angkasa masing-masing.

Lebih dari 120 ilmuwan roket, termasuk Wernher von Braun, yang menjadi tokoh sentral di NASA, menemui teknisi Jerman Georg Klein dan mengklaim bahwa ada dua jenis piring terbang yang diciptakan Nazi.

Klein, yang setelah perang berkarier sebagai insinyur aeronautika, mengatakan, "Saya tidak gila, eksentrik, atau berfantasi. Ini yang saya lihat dengan mata kepala sendiri, sebuah UFO Nazi!"

Sejumlah kru pesawat pengebom Amerika dan Inggris juga melaporkan penampakan aneh di atas wilayah musuh. (dn/nk/ts)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Pemimpin Nazi, Adolf Hitler ingin Nazi menjadi operator tur terbesar di dunia dengan mendirikan kamp liburan seperti kamp liburan Inggris Butlins. Hal tersebut diungkapkan sejumlah dokumen rahasia.

Rencana yang lama menghilang tersebut berisi tujuan untuk mendirikan rangkaian "resor super" yang mampu mengakomodasi 20.000 anggota Nazi yang berlibur sekaligus. Rencana tersebut ditemukan dalam arsip negara di Greifswald di timur laut Jerman, demikian diwartakan Daily Mail.

Tapi, keinginan sang diktator Jerman tersebut tersisihkan oleh rencana-rencana perangnya.

Salah satu dokumen mengungkapkan keinginan Nazi membangun "kamp liburan Inggris yang dirancang untuk memberikan liburan yang terjangkau bagi para pekerja pada umumnya."

Berkas setebal 62 halaman yang ditemukan pekan lalu tersebut menjabarkan rencana dari Robert Ley, pemimpin Front Buruh Jerman Nazi, mengenai tempat peristirahatan Prora.

Kompleks beton yang dibangun di Pulau Ruegen, Baltik, itu merupakan satu-satunya kamp liburan yang dibangun berdasarkan proyek tersebut dan masih bertahan hingga saat ini.

Tapi, lokasi sepanjang 2,5 mil yang menghadap laut tersebut tidak pernah sempat ditinggali orang-orang yang berlibur karena perang pecah hanya selang beberapa pekan sebelum para turis pertama dijadwalkan tiba.

Dokumen-dokumen Greifswald tersebut menunjukkan rincian rencana pembentukan batalion buruh berkekuatan puluhan ribu orang untuk membangun hotel-hotel di sepanjang garis pantai Baltik Jerman dan Laut Utara.

Rencana-rencana tersebut sudah dilanjutkan dan ditemukan surat izin mendirikan bangunan di dalam arsip tersebut, yang merupakan izin pendirian bangunan hanya berselang beberapa bulan sebelum Perang Dunia II pecah pada September 1939 dengan invasi Jerman ke Polandia.

Dokumen-dokumen tersebut menjabarkan bagaimana Hitler memerintahkan pendirian lokasi liburan yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri dengan sejumlah generator untuk menghasilkan listrik dan lokasi penyulingan air di kawasan tersebut.

Juergen Rostock, pemimpin pusat dokumentasi Prora, menyebutkan, "Rencana-rencana tersebut merupakan tambahan yang amat berharga untuk memahami sejarah Nazi untuk membangun tempat peristirahatan yang dirancang Nazi dalam skala besar."

Total ada lima tempat yang direncanakan Nazi untuk membawa para pekerja pabrik berlibur. Liburan yang dirancang murni berisi propaganda dan kegiatan di pagi dan siang hari dilakukan berdasarkan latihan, kursus, dan dialog yang disetujui Nazi.

Konsep totalnya diperuntukkan bagi 110.000 pekerja Nazi dan anggota partai untuk berlibur di tepat-tempat peristirahatan tersebut.

Tapi, dokumen-dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa Nazi mengalami masalah biaya, sama seperti perencana proyek besar saat ini.

Robert Ley, pengorganisasi yang diberi tugas menyediakan tenaga buruh untuk mengerjakan pembangunan tempat-tempat peristirahatan tersebut, memerintahkan bahwa Prora, yang mulai dibangun pada 1936, jika dikurskan dengan biaya sekarang, semestinya tidak menelan biaya lebih dari 25 juta pounds, namun membengkak menjadi 750 juta pounds.

Dalam sebuah memo, Ley menuliskan, "Tidak boleh ada kesan bahwa sejumlah besar uang dibuang di sini, yang mungkin lebih baik dipergunakan untuk persenjataan."

Hanya Prora yang dibangun, sementara tempat-tempat peristirahatan lain yang direncanakan dibangun di dekat Hamburg, Wilhelmshaven, Bremen, dan Usedom tidak pernah terselesaikan. (dn/nk/dm)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Sebuah sumber pemerintah kota Israel mengungkapkan bahwa komite distrik untuk perencanaan dan pembangunan akan membahas rencana untuk membangun 386 unit perumahan sebagai ganti rumah-rumah Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.

Sumber itu menegaskan bahwa agen perumahan Zionis, yang dikenal dengan nama Arieh King, bekerjasama dengan asosiasi sayap kanan Yahudi mengajukan rencana itu ke komite distrik untuk disetujui.

Sumber-sumber Palestina memperingatkan bahwa jika rencana itu diterapkan, lebih dari 30 keluarga Palestina yang terdiri atas 280 individual akan terusir dari rumah mereka di Sheikkh Jarrah.

Keluarga-keluarga itu mulai menerima pemberitahuan yang memerintahkan mereka untuk meninggalkan rumah sebelum dirobohkan.

Menurut rencana, rumah-rumah Palestina di dekat Kubaniyet Umm Haroun di Sheikh Jarrah akan dihancurkan sebelum membangun "simbol penjajahan" berupa 386 unit perumahan, sekolah, TK, dan sinagog.

Pemukiman itu adalah bagian dari lima proyek pemukiman besar di kota suci itu dan akan dikelilingi oleh tembok tinggi yang dijaga ketat oleh petugas keamanan swasta.

Dalam konteks terkait, Asosiasi Youth for Jerusalem mengecam keras peningkatan pelanggaran Israel terhadap kota suci dan Masjid Aqsa.

Dalam sebuah rilisan pers di hari Rabu (27/4), asosiasi itu mengatakan serangan yang dilakukan pasukan dan pemukim Israel atas Yerusalem dan penduduknya menjadi semakin agresif dan intensif bulan ini.

Asosiasi itu mencatat serangan pembakaran terbaru oleh para pemukim terhadap pepohonan di dalam komplek Masjid Aqsa, penerobosan berulangkali ke dalam halamannya, dan upaya untuk mengusir warga Palestina dari kota mereka.

Youth for Jerusalem juga mengecam negara-negara Arab dan Islam atas diamnya mereka terhadap pelanggaran Israel di Yerusalem dan keasyikan dengan urusan internal mereka.

Sementara itu, Israel telah menyelesaikan pekerjaan di salah satu situs penggalian terbesar dan paling penting, sebuah terowongan yang menghubungkan bagian selatan dan barat dari kota bersejarah Yahudi di bawah Masjid Aqsa dan area sekitarnya.

Dengan proyek yang hampir sepenuhnya selesai itu, Israel bisa mengorganisir tur kota Yahudi tanpa menyebabkan perselisihan dengan warga Palestina, ujar sebuah laporan dari Jerusalem Foundation International.

Laporan berjudul "Negara Yerusalem" itu merinci bahwa penghancuran Hotel Shepherd di distrik Sheikh Jarrah adalah bagian dari proyek pemukiman terbesar di sekitar Kota Tua sampai saat ini setelah pendudukan Israel atas Yerusalem di tahun 1967.

Proyek itu dirancang untuk melewati salah satu hambatan paling sulit dalam meyahudisasi lingkungan di dekat Kota Tua dan Masjid Aqsa, sebuah proses yang bertujuan mengisolasi lingkungan Arab di Yerusalem pusat dari lingkungan Yahudi di luar, yang akhirnya menutup koneksi geografis antara kedua lokasi dan mencegah kedaulatan Palestina di masa mendatang. (rin/pic)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Revolusi palsu yang terjadi di Mesir dan penggulingan para pemimpin Arab yang lama memimpin bukan disebabkan oleh rakyat, melainkan operasi dari Amerika Serikat dan Israel, demikian diterangkan oleh penulis Mark Glenn.

Dalam wawancara dengan Press TV, Mark Glenn dari Gerakan Solidaritas Bulan Sabit dan Salib membahas mengenai kerusuhan Arab serta tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan Israel di kawasan Timur Tengah.

Amerika Serikat dan Uni Eropa memberikan dukungan terhadap proses mediasi Arab, namun banyak pihak yang beranggapan bahwa keputusan yang diambil terhadap krisis di Yaman sudah terlambat dan terlalu sedikit.

"Menurut saya, tawaran dukungan terhadap mediasi pada titik ini hanyalah tindakan teatrikal dari Amerika dan Barat. Mereka berencana membuat keadaan sejalan dengan keinginan mereka dengan Saleh, dan mereka membuat dia dipinggirkan dari kekuasaan seperti Mubarak dan Ben Ali, sementara mereka tengah berusaha mencari tempat di Libya. Kita perlu ingat, ada bermacam pergerakan, setidaknya sejak 2008, untuk menyingkirkan semua pemimpin Arab ini melalui berbagai gerakan demokratis yang mendapat dana dari pemerintah Amerika Serikat, kadang jumlahnya sebanyak 100 hingga 150 juta dolar," kata Glenn.

"Mereka sudah banyak berinvestasi dalam hal ini, dan jangan lupa bahwa Hollywood berada di Amerika. Pemerintah kami (AS) tidak beda dengan itu. Mereka membaca naskah di sini (AS) dan berpura-pura mendukung Saleh, tapi pada akhirnya mereka akan menggulingkannya, sama seperti para pemimpin Arab lain," tambahnya.

Menurut Glenn, kekhawatiran mengenai keadaan di Yaman relevan dengan yang ada di Mesir.

"Tentu saja kekhawatiran itu relevan dan punya dasar yang kuat, karena ada kekuatan, Amerika Serikat dan Israel, yang tidak akan membiarkan negara ini (Yaman) atau negara lain di belahan bumi tersebut (Timur Tengah) jatuh ke tangan yang tidak diinginkan. Jadi, meski mereka membiarkan rakyat turun ke jalanan saat ini, itu tidak menghapuskan fakta bahwa AS dan Israel akan memastikan pemerintahan yang muncul sebagai pengganti nantinya adalah pemerintahan yang akan melayani kepentingan Israel dan Amerika," kata Glenn.

"Ingat, dua bulan sudah unjuk rasa harian berlangsung. Itu artinya, hal ini menimbulkan dampak ekonomi yang amat negatif terhadap sebuah negara yang sudah amat miskin. Jadi, negara-negara yang mengalami revolusi, seperti apa pun pemerintahan yang akan muncul nantinya, harus berurusan dengan dampak ekonomi berat yang diakibatkan revolusi. Itu berarti, tindakan paling awal yang harus diambil pemerintahan yang baru setelah berkuasa nantinya adalah meminta bantuan ekonomi," kata Glenn.

"Siapa lagi yang akan memberikan bantuan ekonomi jika bukan Barat? Jadi, pemerintahan yang baru nantinya sudah disandera dengan kepentingan keuangan Barat. Kita harus mengingat ini. Meski revolusi-revolusi ini merupakan hal bersejarah, di saat bersamaan Israel dan Amerika Serikat sudah menginvestasikan banyak waktu, uang, dan sumber daya untuk memastikan keadaan sejalan dengan kepentingan mereka," tambahnya.

Glenn menambahkan, "Mereka akan melihat upaya sungguh-sungguh selama ratusan tahun disingkirkan hanya karena ada beberapa juta orang membanjiri jalanan di berbagai negara. Kita lihat apa yang terjadi di Mesir, revolusinya tidak terjadi. Militerlah yang berkuasa dan meminta rakyat kembali bekerja dan pergi dari jalanan."

"Satu-satunya yang berubah hanya pencopotan seorang pemimpin, cuma itu. Tidak ada perubahan yang terjadi dan rakyat Mesir kini mulai memahami ini. Inilah kenapa ada banyak ketidakpupasan di jalanan di Mesir. Kita harus ingat, dan saya tidak suka menjadi orang yang harus mengatakan ini, bahwa Israel dan Amerika tidak akan membiarkan hal-hal semacam ini terjadi tanpa punya pengaruh," ucap Glenn.

Mengenai isu al-Qaeda di Yaman, Glenn mengatakan, "Kita harus ingat bahwa segala ketidakstabilan di negara-negara yang dilanda unjuk rasa jalanan, keadaan semacam itu amat mungkin dieksploitasi kelompok-kelompok seperti al-Qaeda. Jadi, faktanya adalah, Amerika Serikat membiarkan ini terjadi, semua ketidakstabilan ini dan pada dasarnya menciptakan keadaan yang memungkinkan eksploitasi unjuk rasa. AS membiarkan ketidakstabilan terjadi. Hal-hal semacam itu harus terjadi agar AS bisa melakukan pengendalian yang harus dilakukan terhadap negara-negara tersebut."

"Para penguasa itu sudah tua dan sekarat, sementara demografi di Timur Tengah, setengah populasinya berusia di bawah 24 tahun. Yang paling ditakutkan AS, Israel, dan negara-negara Barat adalah revolusi akar rumput terjadi di negara-negara ini, seperti yang terjadi di Iran pada 1979. Dalam berbagai rilis pers telah dikatakan berulang-ulang bahwa mereka tidak akan membiarkan yang terjadi di Iran terjadi di negara-negara Arab. Jadi, yang mereka lakukan adalah mencegah terjadinya revolusi semacam itu dengan cara menciptakan revolusi mereka sendiri," kata Glenn.

Glenn menambahkan. "Sebuah artikel New York Times awal pekan lalu pada dasarnya mengakui ada revolusi semacam itu yang terjadi. Disebutkan bahwa setidaknya di Mesir dan Tunisia, revolusinya direncanakan pemerintah Amerika Serikat sejak 2008."

"Saya tidak ragu lagi bahwa rakyat Yaman dan rakyat di Timur Tengah haus akan kebebasan. Tidak perlu dipertanyakan mengenai itu. Itu adalah tindakan sebenarnya, mereka ingin bebas. Pertanyaannya adalah, berhasil atau tidak dan apakah Amerika Serikat dan Israel akan membiarkannya terjadi," papar Glenn.

"Itu pertanyaannya. Pada akhirnya, jika tujuan AS dan Israel hanya menyingkirkan para penguasa tanpa ada perubahan substansial di belahan bumi itu (Timur Tengah), khususnya terkait tujuan kebijakan luar negeri Amerika dan Israel, maka kita hanya akan melihat penguasa yang disingkirkan, tidak lebih. Tentu saja, mungkin terjadi mukjizat dan revolusi berhasil. Kita lihat yang terjadi di Iran pada 1979 dan AS dan Israel tidak senang dengan hasil akhirnya. Seandainya mereka bisa mengubah keadaan kala itu, mereka akan melakukannya," pungkas Glenn. (dn/pv)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Kepala Komite Staf Gabungan Amerika Serikat, Laksamana Mike Mullen, memperingatkan bahwa perang di Libya menuju ke arah remis, meski serangan udara yang dilakukan AS dan NATO sudah menghancurkan 30 hingga 40 persen pasukan darat Libya.

Berbicara di hadapan para prajurit Amerika di Irak, Laksamana Mullen mengatakan bahwa kelompok-kelompok radikal mungkin berusaha mengambil keuntungan dari kerusuhan di Libya, namun ia menambahkan, "Kami sudah mengawasinya, berhati-hati dan saya hanya belum pernah melihat begitu banyak. Bahkan, saya tidak melihat ada perwakilan al-Qaeda di sana sama sekali."

Amerika Serikat memberikan izin penggunaan pesawat drone Predator di atas Libya untuk memberikan "akurasi."

Bulan lalu, seorang komandan NATO mengatakan bahwa intelijen AS mendapati "tanda-tanda" aktivitas al-Qaeda di antara pemberontak.

Sementara itu, Senator John McCain mengunjungi markas pemberontak di Benghazi, McCain merupakan pejabat AS paling senior yang melakukan hal tersebut sejak pertempuran di Libya diawali bulan Februari lalu.

Ia meminta semua negara mengakui Dewan Transisi Nasional yang dikendalikan pemberontak sebagai "suara resmi rakyat Libya" serta menawarkan persenjataan dan pelatihan.

Selama berminggu-minggu, pasukan Kolonel Gaddafi membombardir Kota Misrata yang merupakan kawasan utama pemberontak di bagian barat Libya.

Paramedis mengatakan, lebih dari 1.5000 orang meninggal sejak pertempuran dimulai, banyak korban yang jatuh karena tembakan penembak jitu.

BBC menyebutkan bahwa ada bukti telah dipergunakan bom tandan oleh pasukan pro-Gaddafi di Misrata, sebuah tudingan yang hingga sejauh ini dibantah.

Juru bicara pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, memperingatkan pasukan asing agar tidak masuk ke Misrata. Ia mengatakan bahwa pemerintah Libya akan memberikan neraka jika pasukan asing masuk ke kota itu.

AS berharap pesawat-pesawat tanpa awak yang terbang rendah akan mampu menarget pasukan Gaddafi dengan lebih akurat di kawasan seperti Misrata yang memiliki kemungkinan besar jatuhnya korban sipil.

Pentagon mengatakan bahwa serangan drone pertama terjadi pada hari Kamis, namun dibatalkan karena cuaca buruk.

Paul Adams, koresponden BBC di Washington, mengatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak, yang dikendalikan dari sejumlah pangkalan di AS, memungkinkan AS menepati kata-katanya untuk tidak mengerahkan pasukan darat di Libya.

Tapi, Adams menambahkan bahwa drone bukan tanpa cela. Sudah ada kesalahan-kesalahan mengerikan yang terjadi saat pesawat tanpa awak dipergunakan di Pakistan, Yaman, dan Afghanistan.

Pengiriman drone disambut oleh pemberontak, namun deputi menteri luar negeri Libya memperingatkan bahwa penggunaan drone hanya akan meningkatkan korban sipil dan tidak akan mengubah hasil akhir peperangan.

"Pesawat-pesawat itu akan membunuh lebih banyak warga sipil, dan hal ini amat menyedihkan," kata Khaled Salim kepada BBC. "Rakyat Libya yang harus menentukan nasib, bukan dengan pengiriman lebih banyak pasukan atau serangan udara, atau uang dan persenjataan untuk pemberontak."

"Menurut saya, yang mereka (negara-negara asing) lakukan tidak demokratis dan tidak sah. Saya harap mereka akan membalikkan keputusan mereka." (dn/nk/bbc)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Sebuah potret komentar di balik layar tentang isu-isu Palestina dirinci dalam serangkaian laporan koran Israel mengenai dokumen non-publik AS yang dimulai minggu lalu.

Kabel itu dirilis oleh pendiri website pembocor WikiLeaks Julian Assange pada koran Israel beberapa minggu terakhir. Cerita-cerita itu mulai diterbitkan pada hari Rabu (4/5) tapi segera tersingkirkan dalam agenda berita oleh meningkatnya kekerasan Israel di Gaza.

Laporan diplomatik itu mencantumkan bualan-bualan ke pejabat AS dari petinggi Israel, di parlemen, militer, dan gerakan pemukiman.

Kabel itu memperlihatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkritik Presiden Mahmoud Abbas di bulan November 2009 karena "ngambek", menyatakan dalam percakapan dengan sekelompok legislator AS bahwa ngambek bukan sebuah kebijakan yang bagus.

Laporan itu melanjutkan, "Perdana menteri juga menuduh Palestina mengeksploitasi stereotip bahwa Netanyahu adalah seorang penghalang perdamaian, meskipun dia telah banyak bergerak ke arah mereka."

Netanyahu mengeluh bahwa dia telah mendukung solusi dua pihak, menghapus pembatasan pergerakan di Tepi Barat, dan melunakkan pembangunan pemukiman dengan sedikit respon.

"Apa yang telah mereka (Palestina) lakukan?" keluh perdana menteri. "Persyaratan di atas persyaratan."

Tepat sebelum Netanyahu menjabat di bulan Maret 2009, Perdana Menteri Ehud Olmert saat itu memberikan evaluasi yang berbeda terhadap para pemimpin Palestina, juga bertemu dengan anggota Kongres AS.

Abbas tidak seperti Arafat, kabel itu mengutipnya mengatakan, "Arafat adalah pembunuh, tapi Abbas adalah ‘orang yang menyenangkan’."

Abbas dan perdana menteri Israel menghabiskan banyak waktu dalam "pembicaraan yang menyenangkan," ujar Olmert.

Mayoritas pemilih Abbas di tahun 2005 memberinya kewenangan, tapi dia tidak menggunakannya, menurut opini Olmert.

"Namun, pengurus Perdana Menteri Salam Fayyad adalah seorang manajer yang baik, bukan politisi," ujar Olmert.

Ditanya nasihat apa yang akan diberikan Olmert pada penerusnya, dia mengatakan tidak mau mempermalukan Netanyahu, memperhatikan bahwa penerusnya akan memberikan ide-idenya pada Abbas tapi presiden mungkin akan mengabaikannya.

Serangkaian pengungkapan itu didasarkan pada 10,000 kabel yang terkait dengan Israel, termasuk dokumen dari kedutaan AS di Tel Aviv dan konsulat di Yerusalem, yang mengandung beberapa informasi militer paling sensitif, menurut koran The Guardian.

Gelombang pertama dokumen yang bocor disebarkan di media internasional pada bulan November 2010, setelah mana Netanyahu mengatakan bahwa "Israel tidak terganggu sama sekali dengan publikasi di WikiLeaks."

Assange mengatakan pada Al Jazeera di bulan Desember 2010 bahwa dia memiliki 2,500 arsip terkait ke Mossad, badan intelijen Israel. (rin/mn)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Otorita Palestina di Tepi Barat di bawah pimpinannya akan "runtuh" jika Israel memaksakan menempatkan pasukan di setiap sudut negara Palestina di masa depan, Pemimpin Fatah, Mahmoud Abbas mengatakan.

Abbas, dalam sebuah wawancara eksklusif, mengatakan ia tidak akan membiarkan pasukan Israel ditempatkan di negara Palestina merdeka di masa depan, meskipun ada desakan oleh Israel bahwa mereka mampu mempertahankan kehadiran militer di sepanjang perbatasan dengan Tepi Barat Yordan.

Ini adalah pertama kalinya Abbas berbicara tentang kemungkinan jatuhnya Otorita Palestina.

Israel bersikeras akan membutuhkan semacam kehadiran mereka untuk menjaga keamanan rezimnya selama sekitar 40 tahun untuk memastikan perbatasan antara negara Palestina dan Yordan aman.

Abbas mengatakan ia memberitahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada September lalu bahwa kehadiran pasukannya akan menghancurkan kemungkinan sebuah negara Palestina yang merdeka, dan efektif akan menghancurkan Otoritas Palestina (PA).

"Jika dia ingin tetap tinggal selama 40 tahun, itu berarti bahwa itu adalah suatu penjajahan, maka itu berarti ia akan tetap mempertahankan penjajahannya," kata Abbas. "Saya katakan kepadanya 'Jika anda bersikeras akan hal tersebut, pertahankan saja pasukan Anda di sini dan teruslah Anda menjajah selamanya'."

Abbas berkata Netanyahu telah menolak alternatif pengerahan pasukan Israel, seperti penggunaan pasukan internasional atau penyebaran NATO.

Sebuah pengerahan pasukan Israel di dalam Palestina di masa depan secara efektif akan membawa "keruntuhan" PA, Abbas mengatakan.

Netanyahu mengatakan kepada AFP secara eksklusif selama akhir pekan: "Kita perlu kehadiran jangka panjang Israel di sepanjang perbatasan Yordan. Kita membutuhkan penghalang fisik untuk mencegah penetrasi oleh Iran dan operator nya.."

Dia menambahkan: "Ketika kami keluar dari Gaza (tahun 2005), kami meninggalkan pasukan Eropa di sepanjang perbatasan dengan Mesir, yang pergi tak lama setelah Hamas mengambil alih (tahun 2007).

"Catatan dari pasukan internasional di Libanon sama buruknya. Berapa banyak koperasi Hizbullah yang telah ditangkap oleh UNIFIL? Apakah UNIFIL mencegah Hizbullah dari memperluas arsenalnya menjadi 60.000 rudal?"

Pasukan interim PBB di Libanon ditempatkan di Libanon selatan, pusat dari gerakan Hizbullah di Libanon.

Netanyahu bersikeras awal tahun ini bahwa Israel tidak dapat menarik diri dari perbatasan antara Tepi Barat dan Yordania seluruhnya.

"Perbatasan keamanan kami adalah di sini pada (sungai) Yordania dan garis pertahanan kita dimulai di sini," katanya pada bulan Maret selama perjalan ke daerah perbatasan, yang saat ini di bawah kendali erat Israel.

"Jika baris itu dilanggar, mereka akan mampu untuk menyusupkan teroris, roket dan misil sampai ke Tel Aviv, Yerusalem, Haifa, Beersheva dan seluruh negara," tuduhnya.

Dihadapkan dengan kebuntuan dalam proses perdamaian, para pemimpin Palestina, yang berulang kali mengacu pada emansipasi tanpa kekerasan berdasarkan "model Afrika Selatan", bertekad untuk mendeklarasikan negara merdeka sebelum September. (iw/meo)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Pakistan tidak memiliki rencana yang kuat untuk dapat mengalahkan Taliban, dan pasukan keamanan negara tersebut juga berusaha keras mempertahankan kawasan yang sudah "dibersihkan" dari para gerilyawan terkait al Qaeda, hal itu disebutkan dalam laporan Amerika Serikat yang dirilis kamis (5/5).

AS ingin Pakistan mampu mengatasi para pejuang Taliban yang bersemayam di kawasan suku dan menggunakan lokasi itu untuk menyerang pasukan AS di seberang perbatasan, di Afghanistan.

"Masih belum ada jalur yang jelas untuk mengalahkan pemberontakan di Pakistan meski sudah dikerahkan lebih dari 147.000 orang prajurit," kata pemerintahan Presiden Barack Obama dalam sebuah laporan untuk para anggota parlemen di Kongres AS.

Serbuan besar-besaran oleh pasukan Pakistan di sepanjang perbatasan Afghanistan yang tak memiliki hukum tidak mampu melemahkan Taliban, fakta itu diperkuat dengan dua aksi bom bunuh diri di sebuah situs Sufi di timur Pakistan pada hari Minggu yang menewaskan 41 orang.

Laporan itu menyoroti kekhawatiran AS bahwa meski sejumlah kawasan sudah "dibersihkan", masih ada gerilyawan yang bisa masuk.

"Operasi pembersihan besar-besaran oleh militer adalah yang ketiga kalinya dalam dua tahun terakhir. Hal itu jelas memperlihatkan ketidakmampuan militer dan pemerintah Pakistan untuk membersihkan kawasan-kawasan yang menolak kembalinya pemberontak," demikian disebutkan dalam laporan itu.

Doktrin merebut kawasan yang diduduki militan, mempertahankannya, kemudian membangun infrastruktur dan layanan umum untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat setempat dilakukan secara efektif oleh pasukan AS di Irak.

Satu hal yang menjadi masalah adalah "rendahnya kesiapan operasional" dari armada helikopter militer Pakistan yang dianggap sebagai perangkat vital dalam strategi melawan pemberontakan yang efektif. Laporan itu menyebutkan bahwa keadaan semakin diperparah oleh keengganan Pakistan menerima tim teknisi untuk melakukan pemeliharaan helikopter.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa kerja sama militer antara AS dan Pakistan mampu bertahan dari guncangan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang kontraktor CIA.

"Meski ada ketegangan dalam hubungan (kedua negara) terkait penangkapan ‘pejabat’ AS Raymond Davis, kerja sama militer bilateral dapat dilanjutkan secara positif," tambah laporan itu.

Sebuah pengadilan di Pakistan bulan lalu membebaskan Davis dari tuduhan pembunuhan setelah tercapai kesepakatan pembayaran kompensasi, atau disebut "uang berdarah", kepada keluarga dua orang pria yang ditembak mati Davis.

Mengenai Afghanistan, laporan itu mengkritik tajam krisis keuanga yang melibatkan KabulBank di Afghanistan yang disebut bisa merusak kepercayaan penyandang dana internasional di negara tersebut.

"Sejauh ini, ketidakmampuan pemerintah Afghanistan menanggapi dan memproses ppihak-pihak yang bertanggung jawab dalam krisis keuangan KabulBank membuat para penyandang dana amat resah," tambah laporan itu.

Pemerintah Afghanistan setuju memutuskan pemberi pinjaman swasta terbesar Afghanistan setelah terungkap skandal penipuan berjuta-juta dolar saat Afghanistan terancam kehilangan dukungan Dana Moneter Internasional (IMF) dan bantuan miliaran dolar. (dn/reu)

Sumber: http://suaramedia.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pada tanggal 29 Juni, Kerensky, pemimpin Pemerintahan Provisional, mengumumkan kepada angkatan darat dan angkatan laut untuk memulai serangan baru. Kaum Bolshevik telah menjelaskan kepada Konggres Soviet-Soviet, di dalam satu deklarasi yang ditulis oleh Trotsky, pada tanggal 4 Juni, bahwa "serangan tersebut merupakan sebuah petualangan yang mengancam eksistensi tentara". Seperti yang dijelaskan oleh Trotsky dalam "My Life", tidak akan ada pidato-pidato yang mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh tentara.

Ketika serangan tersebut mengalami kekalahan yang tidak terelakkan, kaum Bolshevik disalahkan dan diburu dengan kejam. Tetapi pada saat yang sama, kepercayaan massa terhadap Pemerintahan Provisional ini menurun drastis.

Pada tahap ini, kesadaran politik para tentara dan para pekerja di Petrograd sangatlah lebih maju daripada seluruh Rusia, bahkan agak terlalu maju. Lenin dan Trotsky tahu benar tentang hal ini dan mencoba mengembangkan kekuatan dari tendensi-tendensi radikal diantara para pekerja, tentara, dan pelaut, pada saat yang sama mengumandangkan slogan "All power to the Soviets" (Semua Kekuasaan kepada Soviet!) yang akan mengekspresikan proses radikalisasi tersebut.

Pada tanggal 21 Juni, suatu pemogokan berkobar diantara para pekerja ahli di sebuah pabrik raksasa, Putilov. Pemogokan ini timbul dari perjuangan demi kenaikan upah pada saat periode kekurangan bahan makanan dan inflasi. Menghadapi keadaan politik yang ada pada saat itu, sebuah perjuangan ekonomi dalam skala kecil tidak akan berhasil dan pemimpin Bolshevik serta komite-komite pabrik menasehati para pekerja untuk menahan diri. Tetapi dalam beberapa hari, menjadi jelas bahwa ada gejolak massal di seluruh kota. Kemarahan ini ditujukan kepada pemerintah. Seperti yang dilaporkan oleh Serikat Buruh Brigade Lokomotif yang mengatakan kepada pemerintah, "Untuk terakhir kalinya kami beritahukan: kesabaran ada batasnya; kami benar-benar tidak dapat hidup dalam kondisi seperti ini..."

Distrik Vyborg

Pada saat yang sama, beberapa laporan telah sampai ke ibukota mengenai pembubaran seluruh resimen tentara yang tidak patuh. Ada gejolak diantara para tentara yang berada di ibukota. Resimen di distrik Vyborg secara terus-menerus berada dibawah pengaruh kelas pekerja, terutama para pekerja perempuan. Seperti yang dijelaskan oleh Krupskaya, istri Lenin, "Yang pertama kali melaksanakan propaganda Bolshevik kepada para tentara adalah para penjual bibit bunga matahari, kvas (minuman ringan Rusia), dsb. Banyak dari mereka adalah isteri dari para tentara". Trotsky menggambarkan proses ini seperti "disirami oleh sumber air panas kaum proletar secara terus-menerus."

Tekanan diantara para tentara sangat besar, masalah mereka sangattlah mendesak dan mereka kurang paham akan situasi politik. Sebagaimana yang Trotsky jelaskan dalam "Sejarah Revolusi Rusia", mereka mempunyai tendensi untuk terlalu percaya dengan kekuatan senjata.

Pertemuan demi pertemuan dari resimen-resimen menghendaki aksi final melawan pemerintah, delegasi-delegasi datang dari pabrik-pabrik mendesak tentara untuk turun ke jalan, dan Resimen Senapan Mesin, yang menghadapi ancaman pengiriman 500 kru senapan mesin ke garis depan, mengirim delegasinya ke resimen-resimen yang lain, menyerukan kepada mereka untuk bangkit menentang perang yang tetap berlanjut.

Di bawah kondisi ini, Komite Sentral Bolshevik, seringkali terpaksa mengirim beberapa delegasi ke para pekerja dan tentara, menyerukan kepada mereka untuk menahan diri, karena kekawatiran kalau-kalau suatu kebangkitan yang prematur dapat dipatahkan dengan konsekuensi yang sangat besar. Seksi-seksi dari militer dan pekerja mulai mengembangkan struktur informal baru, di bawah soviet-soviet, ini menunjukkan ketidaksabaran mereka, tetapi juga sekaligus suatu peringatan terhadap kaum Bolshevik bahwa otoritas politik mereka ada batasnya, bahkan diantara lapisan-lapisan yang paling maju pun.

Kaum Bolshevik Vyborg mengeluh bahwa mereka harus "memainkan peran sebagai pemadam api". Akhirnya Bolshevik tidak dapat menahan gelombang kemarahan para pekerja dan tentara dan pada tanggal 3 Juli, ribuan pekerja, tentara dan pelaut tumpah ruah ke jalan, siap bertempur, seksi-seksi dari pekerja dengan mobil-mobil lengkap dengan senapan mesin dan meriam, yang diberikan oleh para tentara.
Pada jam tujuh, aktivitas industrial ibukota sudah berhenti total. Buruh pabrik demi pabrik keluar, berbaris dan mempersenjatai detasemen Garda Merahnya. "Di tengah-tengah massa buruh yang tak terhitung jumlahnya," ingat seroang pekerja Vyborg, Meletev, "ratusan Garda Merah muda sedang bekerja keras mengumpulkan senapan-senapan mereka. Yang lainnya mengisi peluru ke dalam kotak peluru, mengencangkan ikat pinggang, mengikatkannya pada ransel-ransel atau pada kotak-kotak peluru, menyetel bayonet-bayonet mereka. Dan para pekerja yang tidak punya senjata membantu Garda Merah mempersiapkannya..." Samsonevsky Prospect, arteri utama wilayah Vyborg, dipenuhi oleh massa. Di kiri kanannya berdiri barisan-barisan buruh yang ketat. Di tengah-tengah barisan Prospect, berbarislah Resimen Senapan Mesin yang merupakan tulang punggung arak-arakan ini. Di bagian depan tiap-tiap detasemen terdapat sebuah mobil truk dengan senapan mesin Maxim. Barisan buruh berada di belakang barisan resimen Senjata Mesin. Detasemen dari resimen Moskow bertugas melindungi garis belakang barisan demonstrasi ini. Setiap detasemen membentangkan sebuah spanduk "All Power to the Soviets!" (Trotsky, The History of the Russian Revolution Vol. 2. Chapter 1).
Gerakan ini adalah gerakan yang spontan yang dipicu oleh kondisi yang dihadapi oleh para tentara dan para pekerja, tetapi gerakan ini tidak memiliki tujuan atau strategi yang jelas. Dengan memperhitungkan mood kelas buruh, Komite Sentral Bolshevik, Komite Partai di Petrograd dan Komite Revolusioner Militer Soviet Petrograd yang didominasi oleh Bolshevik akhirnya setuju untuk ambil bagian dalam demonstrasi ini, untuk "memberikannya suatu ekspresi yang terorganisir". Kaum Bolshevik mencoba secara efektif untuk mencegah supaya gerakan ini tidak terhancurkan saat ia mengalami kemunduran yang tidak terelakkan karena kurangnya fokus. Pada saat yang sama, sangatlah perlu untuk mengambil kepemimpinan di dalam situasi seperti ini, bersama-sama dengan para pekerja. Bila kaum Bolshevik berdiam diri saja, ini akan menghancurkan otoritas kaum Bolshevik diantara lapisan yang paling maju.

Gerakan dari Bawah

Arak-arakan demonstrasi menjejali istana Tauride, dimana Eksekutif Sentral Soviet bermarkas. Mengapa? Para pekerja dan para tentara sudah jemu akan ketidaktegasan para pemimpin partai-partai reformis ini, Menshevik dan Sosial Revolusioner. Seperti gerakan bulan Februari yang menggulingkan pemerintahan Tsar, gerakan ini datang dari bawah, bangkit dari kebuntuan yang dihadapi oleh Pemerintahan Provisional dan para pemimpin reformis ini. Para pemimpin reformis ini tercengang, dan kaum Bolshevik tetap mencoba mengendalikan massa dengan segala upaya. Satu kejadian di bawah ini menggambarkannya dengan sangat jelas.
Di halaman depan istana, sekelompok orang yang mencurigakan, yang sebelumnya menjauh dari kerumunan, menangkap Chernov, menteri pertanian, dan membawanya ke dalam sebuah mobil. Kerumunan massa melihatnya dengan acuh tak acuh; tidak ada simpati dari mereka terhadapnya. Berita mengenai penangkapan Chernov dan mengenai bahaya yang mengancamnya mencapai istana Tauride. Kaum populis (SRS) memutuskan untuk menggunakan kendaraan lapis baja bersenapan mesin untuk menyelamatkan pemimpin mereka. Kehilangan popularitas membuat mereka gelisah; mereka ingin menunjukkan ketegasan. Saya memutuskan untuk mencoba pergi bersama dengan Chernov di dalam mobil, menjauh dari kerumunan, agar supaya saya bisa melepaskannya kemudian. Tetapi, seorang Bolshevik, Raskolnikov, letnan Angkatan laut Baltik, yang telah membawa para pelaut Kronstadt ke demonstrasi ini, dengan bersemangat menuntut untuk melepaskan Chernov seketika itu juga, guna menghindari anggapan masyarakat bahwa dia telah ditangkap oleh orang-orang Kronstadt. Saya memutuskan untuk mencoba menuruti keinginan Raskolnikov. Saya akan membiarkan dia menjelaskan situasi saat itu.

"Sulit untuk mengatakan berapa lama pergolakan massa akan terus berlangsung," kata Letnan yang impulsif ini di dalam memoarnya, "kecuali dengan intervensi Kamerad Trosky. Dia meloncat ke muka mobil tersebut, dengan penuh semangat melambaikan tangannya, seperti seorang yang telah jemu menunggu, memberikan isyarat kepada massa untuk diam sejenak. Dengan serta merta semuanya tenang, dan menjadi hening. Dengan suara yang tegas, jelas dan lantang, Lev Davydovich membuat pidato pendek, yang diakhiri dengan ‘angkat tanganmu bila kamu setuju dengan kekerasan terhadap Chernov' Tak seorang pun membuka mulutnya." lanjut Raskonikov, "tak ada satu oraungpun yang protes. ‘Chernoz, anda bebas,‘ kata Trotsky, sambil berbalik ke arah menteri pertanian itu dan dengan melambaikan tangannya, mempersilahkannya meninggalkan mobil. Chernov terlihat seperti setengah mati dan setengah hidup. Saya menolongnya keluar dari mobil, dia kehabisan tenaga, wajahnya tanpa ekspresi dan kosong, jalannya sempoyongan, dia menaiki tangga dan masuk ke ruang depan istana. Puas dengan kemenangan ini, Lev Davydovich berjalan menuju ruang depan istana bersama dengan Chernov.

Jika kita mengabaikan betapa menyedihkannya Chernov, kejadian tersebut digambarkan dengan benar. Ini tidak mencegah pernyataan dari pers bahwa saya menangkap Chernov untuk menghukum mati dia. Dengan rasa malu, Chernov diam seribu bahasa; bagaimana mungkin seorang menteri "rakyat" mengakui bahwa dia berhutang budi, bukan kepada popularitasnya, tetapi kepada intervensi kaum Bolshevik yang menyelamatkan kepalanya? (Trotsky, My Life, Chapter 26).
Pada jam 7 malam sekelompok orang bersenjata dan para pekerja Putilov yang marah menyerbu masuk untuk menemui para pemimpin soviet yang ketakutan. Seorang pekerja melompat ke podium dan berteriak pada para deputi:

"Kamerad! Berapa lama kami, para pekerja, harus menerima pengkhianatan ini? Kalian semua disini bercengkerama dan membuat persekutuan dengan para borjuis dan para tuan tanah... Kalian semua sibuk mengkhianati kelas pekerja. Ketahui-lah bahwa kelas pekerja tidak akan menerima ini begitu saja! Kami berjumlah 30,000, semua kesini dari Putilov. Kami akan mendapatkan apa yang kami inginkan. Semua kekuasaan kepada Soviet! Kami menggengam erat senjata kami! Kerensky-Kerensky dan Tsereteli-Tereteli kalian tidak akan mengelabuhi kami!" (dari The Essential Trotsky)

Terpaksa bernegosiasi, para pemimpin Soviet membeli waktu bagi Kerensky guna mencari pasukan tentara yang masih setia terhadap Pemerintahan Provisional. Tetapi segera setelah para prajurit setia tersebut muncul, para pemimpin reformis ini membuka topeng wajah demokratis mereka. Partai Bolshevik dinyatakan sebagai "partai kontra-revolusi" yang telah mencoba melakukan pemberontakan bersenjata. Pasukan Cossack dan polisi menembaki para demonstran, ada ratusan yang terbunuh dan menyebabkan terjadinya kepanikan.

Reaksi kelas menengah menampilkan wajahnya setelah para tentara yang memberontak dilucuti. Para pekerja dipukuli dan dibunuh oleh preman-preman yang berbaju mewah. Pravda, surat kabar Bolshevik, diberedel, mesin-mesin cetaknya dirusak dan para tentara yang memberontak dikirim ke garis depan sebagai umpan meriam.

Peristiwa-peristiwa pada minggu pertama bulan Juli menunjukkan kelemahan dari para pemimpin reformis di Petrograd, tetapi mereka juga mengindikasikan seberapa jauh Petrograd berada di depan propinsi-propinsi lain. Para pemimpin reformis masih memiliki dukungan besar di dalam negeri secara keseluruhan, persis seperti yang dipercayai oleh para pemimpin Bolshevik. Peristiwa Juli ini juga menunjukkan mood yang berbeda-beda di antara lapisan-lapisan prajurit di Petrograd. Banyak unit-unit yang berdiri di satu sisi dari gerakan, tetapi yang terpenting, tak satupun datang membela Kerensky atau para pemimpin Soviet reformis.

Reaksi

Kaum reaksioner bergerak dengan cepat, para menteri Cadet meninggalkan pemerintah Koalisi dan kaum Borjuis menyerukan kepada menteri-menteri reformis untuk memutuskan hubungan mereka dengan Soviet. Surat kabar sayap kanan meraung-raung menuntut darah kaum Bolshevik, meluaskan propaganda anti-Yahudi, dan menuduh Lenin sebagai mata-mata Jerman. Bahkan para pemimpin SR dan Menshevik bergabung dengan mereka, meminta Lenin untuk menyerahkan diri. Meskipun mereka tahu benar bahwa tuduhan-tuduhan terhadap Lenin tersebut samasekali tidak benar.

Lenin pergi bersembunyi setelah dibujuk oleh para pemimpin Bolsherik yang lain untuk tidak menyerahkan diri, yang akan berarti bunuh diri. Walaupun begitu, dia setuju bahwa dia akan menyerahkan dirinya jika surat penangkapannya ditandatangani oleh Eksekutif Sentral Soviet. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa ini merupakan tindakan yang terlalu jauh bahkan bagi kaum refomis sekalipun.

Bagi kaum borjuis, pendulum ini belum mengayun cukup jauh ke kanan. Pada sebuah pertemuan komite provisional Duma, kaum reaksioner membabi buta; Maslenikov menyerukan pengakhiran Dwi Kuasa, peran dari soviet-soviet dan bahkan: "jika seribu, dua ribu, mungkin lima ribu bajingan yang ada di garis depan, dan beberapa lusin lagi yang ada di belakang, bisa dienyahkan, kita tidak akan menderita suatu aib yang sungguh memalukan."(Alexander Rabinowitch, The Bolshevik Come to Power : The Revolution of 1917 in Petrograd ).

Dalam usahanya untuk memulihkan keadaan, kaum reaksioner secara terus menerus menghendaki dikembalikannya hukuman mati. Mereka melakukan ini untuk memulihkan keadaan dalam masyarakat, tetapi secara fundamental untuk memulihkan keadaan di dalam angkatan bersenjata, yaitu "kumpulan orang-orang bersenjata" yang dibutuhkan untuk mempertahankan pemerintah dan seluruh aparatus negara. Hanya berdasarkan ini kaum reaksioner dapat menghancurkan Dwi Kuasa dan kelas pekerja.

Setiap kali gerakan rakyat mengambil langkah mundur, kaum reaksioner mengambil sebuah langkah maju. Kaum reaksioner semakin bertambah berani dan para pekerja di Petrograd merasa semakin terisolasi dan lemah.

Perspektif Lenin

Dengan dikeluarkannya surat perintah penangkapan bagi Lenin, Kamenev, Zinoviev dan dengan terpukul kebelakangnya gerakan rakyat, Lenin pertama kali berpendapat bahwa kaum reaksioner telah meraih kemenangan mutlak. Dia bahkan mempertimbangkan pada satu tahap bahwa Bolshevik akan beroperasi di bawah tanah "untuk waktu yang lama." Trotsky, yang sedang dalam proses mencoba membawa organisasinya, Mezhrayontsi (Organisasi Inter Distrik) ke dalam Bolshevik, membuat pernyataan solidaritas terhadap Bolshevik yang dibuat secara sangat publik dan sebagai akibatnya, dia langsung ditangkap.

Beberapa minggu berlalu sebelum situasi berubah. Lenin merasa bahwa sebuah kesempatan untuk suatu transformasi masyarakat secara damai telah lewat dan bahwa kaum Bolshevik perlu mempersiapkan kemungkinan perang sipil. Untuk sesaat, dia berpendapat bahwa soviet-soviet telah kehilangan nilainya sebagai organ perjuangan, karena kepemimpinan soviet telah menyebrang ke kubu kontra-revolusi. Dia bahkan ingin mengganti slogan "Semua Kekuasaan kepada Soviet" menjadi "Semua kekuasaan kepada komite pabrik," dan bahwa partai Bolshevik harus mempersiapkan pemberontakan berdasarkan ini.

Bahkan di dalam situasi ini, Lenin melihat ke depan dan mempersiapkan sebuah pemberontakan, berdasarkan pada pemahaman bahwa tidak ada dasar bagi kaum reaksioner untuk mengkonsolidasikan kekuatan di dalam kondisi seperti sekarang ini. Tetapi, reaksi setelah peristiwa Juli secara dramatis mempengaruhi keseimbangan kekuatan di dalam kelas pekerja. Para pemimpin reformis duduk di bangku kepemimpinan soviet-soviet dengan sangat kuatir, dan pada saat yang sama secara efektif menyokong kontra-revolusi dan mempersiapkan kondisi bagi perang sipil.

Bolshevik mulai pulih. Kekuatan kontra-revolusi ternyata lebih lemah dari yang diperkirakan oleh Lenin. Kebijakan Kerensky sangat tidak popular, khususnya bagi para tentara yang ada di garis depan dimana para tentara hanya ingin pulang ke rumah. Suatu usaha untuk memperkenalkan kembali disiplin tsaris kepada tentara mandeg pada para perwira, yang sudah dipaksa untuk diam pada bulan-bulan setelah Februari.

Para pemimpin Menshevik dan SR mulai kehilangan kendali mereka terhadap para pekerja dan tendensi-tendensi kiri; kaum internasionalis Menshevik, Mezhrayontsi dan Bolshevik, mulai membangun pengaruh di Soviet-soviet. Pada akhirnya, dimana lagi para pekerja bisa pergi selain ke organisasi massa mereka sendiri?

Seiring dengan terbangunnya kembali partai Bolshevik, menjadi jelas bahwa represi sebelumnya tidak menghancurkan partai Bolshevik. Sebaliknya, partai Bolshevik mulai berkembang lagi. Pada Kongres keenam, Trotsky membawa Mezhrayontsi ke dalam Bolshevik dan ia dipilih sebagai anggota Komite Sentral dengan dukungan penuh dari Lenin. Hari-hari masihlah sangat sulit, kantor-kantor dan dokumen-dokumen yang dihancurkan oleh kaum reaksioner mengakibatkan disorganisasi sementara. Pravda hanya dapat memulai kembali publikasinya pada awal bulan Agustus.

Lenin mencoba mempersiapkan Komite Sentral untuk menghadapi kondisi politik yang baru ini dan perlunya mempersiapkan pemberontakan bersenjata. Dari 15 anggota Komite Sentral yang hadir, 10 suara menolak analisanya. Merasa kawatir terhadap sikap Komite Sentral yang kurang tegas, esok harinya Lenin mengatakan: "Rakyat harus tahu apa yang yang sebenarnya terjadi sekarang - mereka harus tahu siapa yang sebenarnya memegang kendali negara"..." Kekuasaan berada di tangan segelintir tentara Cavaignacs (Kerensky, beberapa jenderal, para perwira, dll), yang didukung oleh kelas borjuis yang dipimpin oleh partai Cadet, dan oleh seluruh kaum monarki, yang beraksi lewat selebaran-selebaran milik Black Hundreds".

Kornilov

Cavaignac, seorang Menteri Perang Perancis dalam Pemerintahan Provisional setelah revolusi Februari tahun 1848, memimpin aksi penindasan terhadap para pekerja Paris pada bulan Juli. Seperti yang diramalkan oleh Lenin, kekuatan kontra-revolusi sekarang mencari solusinya melalui Jenderal Kornilov.

Kornilov yang dikenal memiliki hati singa tetapi berotak kambing, merefleksikan seberapa jauh ke kanan pendulum politik telah berayun. Bersikeras menerapkan hukuman mati dan menembaki para serdadu pembelot, dia juga memaksa Kerensky untuk melarang segala macam pertemuan di garis depan perang. Ini, bersama-sama dengan pembubaran unit-unit revolusioner dan usaha mengakhiri kekuatan komite-komite tentara, merupakan resep untuk memulihkan "orde" borjuis di garis depan. Memberlakukan hukuman mati, hokum darurat militer dan larangan mogok dengan ancaman hukuman mati, adalah program dari kontra-revolusi.

Meskipun Kerensky bahagia dengan hal ini, dia juga sadar mengenai posisinya dan curiga terhadap rencana jangka panjang Kornilov. Partai Cadet, seksi-seksi dari para perwira dan kaum borjuis sedang mempersiapkan kudeta yang akan menghabisi Pemerintahan Provisional.

Sikap Korrnilov menjadi ambigu terhadap Kerensky, kemudian provokatif, dan pada tanggal 24 Agustus dia, secara formal, mendeklarasikan perang terhadap Pemerintahan Provisional. Memerintahkan pasukannya untuk memasuki Petrograd, dia menyombongkan mengenai bagaimana ia akan menghabisi revolusi. Kerensky dan kaum Menshevik sadar bahwa mereka tidak akan bisa mengalahkan kekuatan reaksioner ini tanpa Bolshevik. Sama seperti halnya dengan peristiwa Juli dimana mereka tidak akan bisa mengalahkan Bolshevik tanpa para jenderal.

Pemerintah mempersenjatai Garda Merah dan bahkan mendatangi pelaut-pelaut Kronstadt. Pelaut-pelaut Kronstadt ini mengirimkan delegasinya untuk mengunjungi Trotsky dalam sel penjaranya guna meminta nasehatnya. Haruskah mereka mendukung Kerensky melawan Kornilov, atau melawan keduanya? Trotsky menasehati mereka untuk sementara membantu Kerensky melawan Kornilov. Pada saat yang sama, Lenin menyerukan bahwa Bolshevik harus menggunakan Kerensky sebagai "penahan senapan" untuk melawan Kornilov.

Front Persatuan

Ini adalah front persatuan, sebuah gerakan dimana tendensi-tendensi politik yang berbeda dapat berbaris secara terpisah tetapi bersama-bersama berjuang melawan musuh yang sama. Kaum Bolshevik menawarkan kepada kaum buruh Menshevik dan SR suatu front persatuan. Mereka mempertahankan sebuah posisi independen melawan Kornilov, tetapi tidak memberikan dukungan kepada Pemerintahan Provisional. Dalam proses ini mereka membeberkan kelemahan para pemimpin reformis dan pemerintah. Tetapi juga berdampingan dengan kaum buruh Menshevik dan SR, mereka mendemonstrasikan bahwa hanya Bolshevik yang mampu, secara efektif, melawan kontra-revolusi.

Bolshevik memobilisasi para pekerja melawan Kornilov dengan menggunakan metode-metode revolusioner. Kaum reaksioner dengan cepat langsung terhenti langkahnya. Para pekerja rel kereta api menyabotase kereta api. Pasukan-pasukan Kornilov didekati oleh para agitator dan bahkan "Savage Division", sebuah pasukan gerak cepat yang terdiri dari suku-suku perang disapa dengan bahasa mereka sendiri oleh kaum Muslim Caucasian. Para perwira yang memberontak diisolasi dan ditundukkan. Pemberontakan Kornilov jatuh dibawah tekanan revolusi. Banyak perwira ditangkap oleh tentara mereka sendiri dan perwira yang paling dibenci langsung ditembak.

Bulan Juli dan Agustus mendemonstrasikan bahwa revolusi merupakan suatu hal yang kompleks, suatu proses yang saling berhubungan antara kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. Ia mengilustrasikan kesiapan tempur kelas pekerja dan tentara, tetapi ia juga mendemonstrasikan perlunya strategi dan taktik revolusioner. Tetapi yang paling penting, ia mendemonstrasikan peran Partai Bolshevik. Tanpa Partai Bolshevik, peristiwa Juli dapat menjadi sebuah kekalahan yang lebih telak. Kaum reaksioner dapat menjadi lebih kuat. Dalam realitasnya, peristiwa-peristiwa setelah hari-hari Juli menggambarkan kelemahan kaum reaksioner dan peran dari kelompok reformis.

Pemberontakan Kornilov memberikan suatu dorongan yang kuat bagi revolusi dan memperjelas keadaan politik di dalam pikiran para pekerja. Sekarang, perjuangan kelas buruh guna mengambil alih kekuasaan negara menjadi hal yang utama.

Oleh: Terry McPartlan

Diterjemahkan oleh Shane dan Ted. Sumber: "Russian Revolution - From July to September: Revolution and Counter Revolution", oleh Terry McPartlan, 27 Agustus 2007 (In Defence of Marxism)
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments