Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Operasi Uranus ialah pengepungan Soviet dalam Perang Dunia II atas angkatan Jerman selama Pertempuran Stalingrad. Penyelimutan ganda diluncurkan pada 19 November 1942 dengan serangan kembar yang bertemu di Kalach 4 hari kemudian.


Persiapan untuk pengepungan itu benar-benar seksama. Stalin dipengaruhi untuk mengizinkan Zhukov dan Vasilevsky untuk kondisi dan akal yang diperlukan. Strategi Zhukov ialah memasok Stalingrad yang dikepung dengan sumber cukup untuk ditarik ke dalam, dan melemahkan Pasukan VI Jerman Paulus sedangkan asupan dan peralatan pasukan Soviet yang segar digunakan untuk membangun 5 pasukan tank baru. (Dari saat ini produksi perang Soviet jauh melampaui perkiraan Jerman.) Kemudian pasukan baru itu 'didarahi' di manapun di garis depan. Sekali pasukan Jerman terkumpul di Stalingrad, Uni Soviet memutuskan pengepungan luas atas 2 alasan utama: menyerang front yang lebih lemah yang dipegang oleh pasukan Rumania yang kurang persenjataannya dan menghindari campur tangan Pasukan VI. Kerahasiaannya efektif secara mengejutkan, sebagian karena aksi tipuan Soviet dan skeptisisme dalam Jerman tentang kemampuan Soviet mengadakan operasi seperti itu.

Setelah pertahanan Rumania diobrak-abrik, angkatan Soviet maju menembus asap dingin. Tidak ada angkatan Jerman yang signifikan berada di tempat untuk bertahan dan penyepit utara dan selatan bertemu di Kalach, merebut utuh jembatan vitalnya di atas Don.


Lebih dari seperempat juta pasukan Blok Poros terpupus dari pasokan karena musim dingin yang keras mulai turun. Keadaan penyerang Jerman di Stalingrad nampaknya menyedihkan dan pada 22 November Jenderal Friedrich Paulus mengirim Adolf Hitler sebuah telegram yang mengatakan bahwa Pasukan VI Jerman dikepung. Penerobosan dalam kriptografi Soviet berperan dalam keberhasilan operasi ini.

Dilarang keluar dari pengepungan itu, Pasukan Keenam Jerman mengalami serangan bawah tanah Soviet, bermula pada 31 Januari 1943. Janji pasokan kembali oleh Luftwaffe tak pernah bertemu dan ada kerugian serius atas pesawat pengangkut. Keadaan cuaca yang keras amat genting dalam melemahkan kesehatan pasukan dan keefektifan perlengkapan.

Front Timur pada saat Operasi Uranus.
Pada 2 Februari, Pasukan VI yang terdiri atas sekitar 100.000 pasukan, menyerah pada Uni Soviet, meski hanya sekitar 6.000 tahanan yang masih hidup yang dikembalikan kepada Jerman pada tahun-tahun setelah berakhirnya perang. Operasi ini diadakan dalam koordinasi penuh dengan Operasi Mars dekat Moskow.

Tentara Merah terhubung begitu cepat di Kalach yang harus dilakukan kembali untuk pemfilman propaganda beberapa hari kemudian. Angkatan Soviet merebut jembatan itu pada mars karena pembela Jermannya tidak bisa memahami tank-tank yang sedang maju, dengan cahaya yang sepenuhnya nyala, bisa berguna namun pasukannya sendiri (satuan-satuan Jerman sering menggunakan tank T34 yang direbut seperti mereka amat disegani seluruh pihak.)

Kemerosotan moral kekalahan Jerman, khususnya di Rusia, amat signifikan. Jerman telah menderita kekalahan skal besar dalam perang itu begitu jauh.

Selama pengepungan, Paulus telah dipromosikan ke Panglima Tertinggi. Lalu ia menjadi marsekal Jerman pertama yang menyerah. Menurut beberapa sumber Hitler mmerintahkan pengangkatannya dengan harapan bahwa ia akan bunuh diri untuk menghindari penyerahan baton marsekalnya.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Pertempuran Kursk disebut-sebut sebagai pertempuran terdashyat antara pasukan Jerman dan Pasukan Soviet karena kedua belah pihak menggunakan kekuatan tank yang besar. Pertempuran ini sendiri terjadi di dekat kota Kursk yang merupakan garis pertahanan Soviet. Pertempuran terjadi pada 4 Juli 1943 dan berlangsung hampir 1 bulan lamanya. Jerman mengerahkan angkatan perangnya yang mencakup 800.000 pasukan infanteri, 2.700 tank lapis baja dan 2.000 pesawat tempur, dan berhadapan dengan pihak Soviet yang memiliki kekuatan mencakup 1.300.000 pasukan infanteri, 3.600 tank dan kendaraan lapis baja, 20.000 artileri darat dan 2.400 pesawat tempur. Pasukan Jerman dipimpin oleh dua orang jenderalnya, yaitu Erich von Mansteim dan Walther Model.


Pendahuluan

Hitler memerlukan kemenangan di front timur sehingga ia mengumumkan operasi Zitadelle yang diharapkan dapat mengubah peta kekuatan di front timur dimana akan membalas kekalahan di Stalingrad sebelumnya yang terjadi di awal tahun. Rencana ini sempat ditentang oleh ahli strategi hebat Jerman, Heinz Guderian karena menurutnya tidaklah penting untuk menyerang Kursk. Akan tetapi rencana Hitler ini didukung penuh oleh Kurt Zeitzler dengan mengungkapkan data bahwa Jerman harus menguasai obyek-obyek penting akibat dari pendudukan kota Kharkov pada bulan Maret sebelumnya.

Obyek penting ini letaknya di selatan dari Orel, dengan Maloarkangelsk sebagai pangkalan utaranya, Kursk sebagai base tengah dan Belgorod sebagai base selatan. Pihak Soviet telah mencium adanya rencana ofensif dari Jerman ini dari peningkatan kekuatan Jerman secara besar-besaran di sekeliling titik tersebut dan dari mata-mata mereka di Jerman, "Lucy", dan dari kode ULTRA yang dapat diterjemahkan oleh pihak Inggris dan diberikan langsung kepada Stalin. Stalin sempat bermaksud untuk menyerang Jerman terlebih dahulu sebelum serangan Jerman ini terjadi. Akan tetapi Marsekal Zhukov menyarankan untuk membiarkan Jerman menyerang terlebih dahulu dan mengalahkan mereka dengan pertahanan yang telah dia rencanakan. Pertahanan ini dibuat dengan skala yang belum pernah ada sebelumnya, dimana pihak Soviet dengan cepat menambah jumlah pasukan militer dan merekrut 300.000 orang sipil untuk bekerja bersama-sama membuat jebakan tank, ladang ranjau, senjata anti tank dan posisi defensif lainnya sebagai antisipasi dari serangan Jerman.

Pertempuran

Seharusnya, waktu Jerman melakukan penyerangan adalah 4 Mei 1943, tetapi Hitler ingin menunggu tank Panther dan Elefant siap dioperasikan. Setelah itu sempat terjadi beberapa kali pengunduran waktu penyerangan. Tanggal 12 Juni merupakan tanggal yang direncanakan selanjutnya akan tetapi kekalahan dari front Afrika di Tunisia memaksa Hitler untuk mengundurkan waktu penyerangan selama hampir tiga minggu hingga bulan Juli 1943. Pada malam tanggal 3 Juli 1943, sehari sebelum penyerangan, pasukan Jerman menyusup untuk membersihkan dan menyiapkan jalan melalui beberapa ladang ranjau, dengan cara menusuk ranjau yang ada dengan bayonet, mengangkatnya dan mengamankan dengan tangan. Menurut testimoni dari insinyur Großdeutschland, 10 orang prajurit dari pasukan pekerja ke-2 telah mengamankan sebanyak 2.700 ranjau pada malam itu, yang dikerjakan rata-rata satu ranjau per-menit setiap orangnya.


Pada tanggal 4 Juli 1943, pukul 14.45 waktu setempat, ratusan pesawat Stuka Jerman yang tergabung dalam lima Grup Armada Udara ke 4 menyerang area sekitar Butovo yang terletak 500 yard didalam garis pertahanan Soviet sepanjang 2 mil. Serangan ini berlangsung selama 10 menit dan dilanjutkan dengan gempuran meriam artileri dan Nebelwerfers untuk membuka posisi pasukan Uni Soviet. Armada Panzerkorps ke-III bergerak menyerang posisi Soviet di sekitar Savidovka, Alekseyevka dan Luchanino. Dan pada waktu yang bersamaan di Butovo, Resimen Pertahanan Senapan Soviet ke 199 diserang oleh Resimen Panzergrenadier ke 3. Dataran tinggi sekitar Butovo mampu dikuasai oleh Divisi Panzer ke 11. Di arah barat Butovo, Divisi Panser ke 3 menghadapi perlawanan berat dari pihak Soviet sehingga tidak mampu untuk mengamankan sasarannya hingga larut malam.

Sementara itu, armada Panzerkorps ke-II melancarkan serangan pendahuluan untuk mengamankan pos pengamatan yang akan digunakan untuk pertempuran selanjutnya. Disini mereka mendapatkan perlawanan yang kuat hingga dipersenjatai dengan penyembur api untuk mengamankan bunker dan pos penjagaan. Pada pukul 22.30, Marsekal Zhukov memerintahkan Tentara Merah untuk membalas dengan melancarkan serangan artileri bertubi-tubi ke posisi Jerman, yang mampu memperlambat gerak dari Jerman.

Esok harinya, secara mengejutkan serangan balasan yang dilakukan pesawat tempur Soviet berhasil membombardir sejumlah pangkalan Luftwaffe Jerman dan menimbulkan korban yang tidak sedikit pula dari serangan mendadak tersebut.

Di medan perang Utara, pergerakan pasukan Jerman ke-9 mengalami hambatan yang jauh lebih berat. Ratusan ribu ranjau yang ditanam Tentara Merah berhasil menciptakan kesulitan besar bagi pasukan Marsekal Walther Model. Kemajuan yg diperoleh terlalu sedikit, perlu ahli dan teknisi ranjau serta kendaraan anti-ranjau untuk mengatasi rintangan itu. Sialnya, Model tidak memiliki teknisi dan armada yang cukup. Apalagi, jumlah tank yang dimiliki Model lebih sedikit dibanding armada tank yang dikerahkan untuk menggempur kawasan selatan Kursk. Selain itu, moril dan mental pasukan Model juga tidak setangguh pasukan von Manstein. Akibatnya, daya gempur pasukan Model cepat melemah.

Setelah bertempur selama satu minggu, pasukan Jerman hanya mampu bergerak maju sejauh 10 kilometer. Tapi, serangan balik Tentara Merah yang dilancarkan dari kawasan Orel justru berhasil memukul mundur pasukan Nazi, bahkan mengakibatkan Pasukan ke 9 ditarik mundur. Pertempuran antara tentara Soviet dan Jerman diwarnai dengan duel tank dari jarak dekat, sehingga kerugian yang dialami oleh kedua belah pihak sama besarnya. Jerman sendiri kehilangan 300 Panzer III dan IV, setengah lusin tank Tiger dan 50 tank lainnya rusak parah. Namun, bedanya kendati jumlah total kerugian yang dialami Soviet lebih besar, dengan cepat Tentara Merah sanggup mengganti armada tanknya, sedangkan Jerman tidak.

Soal keunggulan tempur, tank Soviet seperti T-34 kadang-kadang lebih unggul daripada tank-tank Jerman. Keunggulannya terletak pada kecepatan, lapisan baja dan desain bodi tank. Berkat tank produksi terbaru itulah kekuatan Soviet menjadi superior dan menimbulkan ketakutan tentara Jerman setiap kali armada T-34 muncul. Jerman pun akhirnya berhasil dipukul mundur atau dengan kata lain mengkhianati doktrin tempur Jerman yang pantang mundur. Manstein dan Model memilih mundur mengingat mereka masih dibutuhkan untuk mempertahankan tanah Jerman sendiri.

Kendati pasukan Jerman berhasil dipukul mundur dari Kursk, kekuatan keduanya sebenarnya masih sebanding. Tapi mengingat Jerman tidak memiliki lagi tentara baru yang segar sedangkan tentara Soviet dan persenjataannya justru makin melimpah, inisiatif pertempuran langsung berpindah tangan ke Soviet. Akibat serbuan yang gagal itu, kekuatan Jerman terus merosot. Selama bertempur untuk menguasai Kursk, setiap divisi yang dikerahkan Jerman kehilangan antara 2.000 hingga 3.500 tentara terlatih. Sedangkan jumlah total tank dan panser yang hancur mencapai 500-an buah.

Penutup

Operasi Zitadelle merupakan pertaruhan Jerman di front timur yang sangat menelan biaya dan memiliki kemungkinan sukses yang kecil. Setelah operasi ini Jerman terbukti tidak mampu untuk mengembalikan dan membalas kekalahan mereka. Total korban di pihak Jerman mencapai 200.000 orang meninggal dan terluka. Sedangkan di pihak Soviet tercatat 182.000 orang meninggal dan 424.000 orang terluka. Kedua belah pihak sama-sama kehilangan lebih dari 50% kekuatan tank mereka, dimana Jerman kehilangan 500 tank dan 200 pesawat tempur, sedangkan Soviet kehilangan 1,500 tank serta 1,000 pesawat tempur.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Perbatasan Oder-Neisse (Jerman: Oder-Neiße-Grenze; bahasa Polandia: Granica na Odrze i Nysie Łużyckiej) adalah batas di antara Jerman dan Polandia. Garis perbatasan ini kebanyakan menurut aliran sungai Oder/Odra dan Neisse/Nysa Łużycka, tetapi menyimpang di sebelah utara untuk memasukkan kota Szczecin/Stettin, di Tepi Barat Oder/Odra di Polandia.

Sejarah Perbatasan

Sebelum Perang Dunia II, batas Barat Polandia dengan Jerman sudah diperbaiki di bawah syarat-syarat Perjanjian Versailles 1919 dan secara umum menyusuri batas provinsi Polandia Besar, tetapi dengan penyesuaian tertentu yang dimaksudkan untuk memantulkan susunan etnik yang lebih sesuai. Tetapi Pomerania, Silesia dan Masuria dibagi, membiarkan wilayah besar di daerah pedesaan yang dihuni penduduk-penduduk Slavia berada di wilayah Jerman sementara beberapa pusat perkotaan yang sebagian besar dihuni etnik Jerman berada di pihak Polandia. Selain itu, batas adalah salah satu kemungkinan perbatasan yang paling panjang dan meninggalkan dua eksklave di utara Polandia (Kota Bebas Danzig dan Prusia Timur).

Pada 1945, di bawah ganti teritorial diminta oleh Uni Soviet, batas dipindahkan ke barat ke dalam Jerman sebelum perang, ke garis Oder-Neisse, melingkungi sebagian besar Silesia dan Pomerania, termasuk Stettin, di sebelah barat Oder, tambah wilayah timur Brandenburg dalam Polandia. Di wilayah timur perbatan Polandia-Jerman, kota Danzig dan bagian selatan Prusia Timur, Masuria dan Warmia diberikan kepada Polandia.

Perbatasan Oder-Neisse di tepi barat sungai Neisse dekat Bahren.
Ganti ini diikuti oleh serah-terima penduduk umum di antara Polandia dan Jerman, termasuk orang Jerman yang tinggal di wilayah Polandia dan orang tergusur Polandia di zona pekerjaan Jerman. Selain itu penduduk Polandia dari setengah Timur Polandia, yang sekarang dicaplok oleh Uni Soviet dideportasi dan dipindahkan ke wilayah Polandia Barat yang baru.

Alasan perubahan batas Jerman-Polandia, adalah pencaplokan Jerman pada 1939 yang melebihi batas Jerman tahun 1914 dan keputusan Uni Soviet untuk mencaplok belahan tmur Polandia, yang sudah disetujui oleh Sekutu Barat. Karena peristiwa baru pendudukan Polandia oleh Jerman, termasuk deportasi brutal sebanyak 800.000 jiwa yang masip tersisa hidup di antara puing Warsawa setelah Pemberontakan Warsawa, tidak banyak orang yang menentang perubahan perbatasan Polandia-Jerman ini.

Sekutu Menentukan Perbatasan Polandia

Keputusan tak bisa diganggu-gugat untuk memindahkan batas Barat Polandia ke barat dibuat oleh AS, Britania dan Soviet pada Konferensi Yalta, tetapi tanpa keterlibatan atau izin pihak Polandia, sesaat sebelum akhir Perang Dunia II. Lokasi persis perbatasan dibiarkan terbuka; Sekutu Barat juga menyetujui prinsip umum garis Oder-Neisse sebagai perbatasan barat Polandia di masa depan dan deportasi atau peralihan penduduk sebagai cara untuk mencegah perselisihan perbatasan di masa depan.

Pertanyaan yang masih terbuka ialah apakah sebaiknya sungai Neisse timur (Glatzer Neiße) atau barat (Lausitzer Neiße) yang dijadikan perbatasan dan apakah kota Stettin diberikan kepada Polandia atau tidak. Semestinya Jerman tetap memegang Stettin dan orang Polandia seharusnya mendapatkan Prusia Timur termasuk Königsberg dan sekitarnya, namun Stalin menentukan bahwa dia memerlukan Königsberg sebagai pelabuhan air hangat yang sepanjang tahun bisa dipakai. Lalu orang Polandia Stettin yang lalu disebut Szczecin sebagai kompensasi.

Orang Polandia juga bersikeras untuk tetap menguasai Lwów di Galicia, tetapi Stalin menolak dan menawarkan Silesia dengan Breslau sebagai gantinya (sebagai catatan menarik untuk dikemukakan bahwa banyak mantan warga Lwów dipindahkan ke Wrocław, selain ke Gdańsk). Di Konferensi Potsdam Amerika Serikat, Britania Raya, dan Uni Soviet memutuskan untuk menyita wilayah Jerman di sebelah timur garis Oder-Neisse dan membaginya kepada Polandia dan Uni Soviet (propaganda Partai Komunis Uni Soviet di Polandia merujuknya sebagai "Wilayah Barat" atau "Wilayah Yang Dimenangkan Kembali").

Perbatasan lama dan baru Polandia, 1945
Kemudian diharapkan kedatangan bahwa perjanjian perdamaian terakhir akan menyusul dengan cepat dan baik akan menegaskan batas atau menentukan batas persis. Lalu juga diputuskan bahwa orang Jerman yang tinggal di Polandia sebaiknya dipindahkan ke Jerman (pengusiran Jerman). Persetujuan terakhir memberikan ganti rugi kepada Polandia untuk 187.000 km² yang berada sebelah timur garis Curzon dengan 112.000 km² mantan wilayah Jerman.

Bagian utara Prusia Timur secara langsung dicaplok oleh Uni Soviet. Salah satu sebab untuk versi terakhir garis batas adalah fakta bahwa perbatasan ini mungkin yang paling pendek di antara Polandia dan Jerman. Panjangnya hanya 472 km, karena meregang dari titik paling utara Ceko ke salah satu ujung paling selatan Laut Baltik di muara sungai Oder. Batas sebelumnya sudah adalah salah satu batas yang paling panjang di Eropa, terdiri dari lebih dari 1400 km.

Pengakuan Perbatasan Oder-Neisse oleh Pemerintah Jerman

Pemerintah Jerman Timur menandatangani perjanjian dengan Polandia pada tahun 1950 dan mengakui garis Oder-Neisse, dan secara resmi menyebutnya "Perbatasan Damai dan Persahabatan." "Pada sebuah perjanjian baru yang ditanda-tangani pada 1989 oleh Polandia dan Jerman Timur, batas laut ditentukan." Di tahun 1952, pengakuan garis Oder-Neisse sebagai batas permanen adalah salah satu kondisi bagi Uni Soviet untuk menyetujui Jerman yang dipersatukan kembali. Penyatuan kembali ditolak oleh Kanselir Jerman Barat Konrad Adenauer untuk beberapa sebab. Di Jerman Barat, pengakuan garis permanen awalnya dianggap tak dapat diterima.

Sebenarnya, Jerman Barat sebagai bagian Doktrin Hallstein tidak mengakui baik Polandia ataupun Jerman Timur. Sikap Jerman Barat berganti dengan kebijakan Ostpolitik yang diprakarsai oleh Willy Brandt; di 1970 Jerman Barat menandatangani perjanjian dengan Polandia dan Uni Soviet yang mengenali garis Oder-Neisse sebagai batas faktual Polandia, dengan begitu membuat kunjungan keluarga oleh orang Jerman tergusur ke daerah tanah air mereka yang dahulu menjadi mungkin.

Pada tanggal 14 November 1990 sebagai pelaksanaan persyaratan persatuan dengan Jerman Timur, Republik Federal Jerman memperbaiki undang-undang dasarnya, Konstitusi Jerman, untuk menyingkirkan artikel mengenai wilayah Jerman sebelum Perang Dunia II, seperti diminta oleh Polandia dan mantan negara-negara yang menduduki Jerman atau pemenang Perang Dunia II.

Persetujuan perbatasan Jerman-Polandia 1991 mengakui garis Oder-Neisse sebagai perbatasan Jerman-Polandia. Sebagai bagian dari persetujuan, kedua negara mengakui hak-hak politik dan kebudayaan dasar baik untuk minoritas-minoritas Jerman maupun Polandia yang tinggal di salah satu dari kedua sisi perbatasan.

Kota-kota yang Terbagi

Kota lama Görlitz dilihat dari sisi Polandia.
Setelah Perbatasan Oder-Neisse ini ditetapkan, beberapa kota terbagi menjadi dua. Bagian barat berada di Jerman dan bagian timur menjadi terletak di Polandia. Kota-kota ini adalah:
  1. Frankfurt an der Oder - Slubice
  2. Guben - Gubin
  3. Görlitz - Zgorzelec
Sumber: http://id.wikipedia.org/
    Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

    Pertempuran Halbe terjadi pada akhir bulan April 1945 di hutan Spree di dekat desa Halbe, sebelah tenggara Berlin. Jenderal Theodor Busse yang memimpin 80.000 tentara dari AD ke-9 Jerman yang terkepung mencoba untuk bergabung dengan AD ke-12 Jerman yang dipimpin oleh Jenderal Walther Wenck dengan tujuan mundur ke arah barat dan menyerah kepada tentara AS.


    Pendahuluan

    Pada tanggal 16 April Soviet memulai Pertempuran Berlin dengan serangan tiga Front Soviet di sepanjang Garis Oder-Neisse. Pada tanggal 21 April mereka telah menembus garis depan Jerman di dua tempat dan mulai mengepung Berlin. AD ke-9 Jerman berada di antara dua gerak putar pasukan Soviet yang menuju ke Berlin. Gerak putar selatan yang terdiri dari Front Ukraina ke-1 (1UF) di bawah komando Ivan Konev telah menembus wilayah terjauh dan telah memotong wilayah di belakang garis depan AD ke-9 Jerman.

    Komando untuk Korps ke-5 Jerman yang terjebak bersama AD ke-9 di utara Forst, dipindah dari AD Panzer ke-4 Jerman (bagian dari Grup AD Tengah) ke AD ke-9 (bagian dari Grup AD Vistula di bawah pimpinan Jenderal Gotthard Heinrici). Korps ini masih mempertahankan Cottbus. Pada saat sebagian besar Grup AD Tengah dipaksa bergerak ke barat daya di sepanjang garis komunikasinya ke Cekoslowakia, sisi selatan AD Panzer ke-4 berhasil menyerang balik 1UF di utara, Hitler memberi perintah yang menunjukkan pemahaman militernya sudah hilang. Dia memerintahkan AD ke-9 untuk mempertahankan Cottbus dan mempersiapkan garis depan yang menghadap barat untuk menyerang pasukan Soviet yang bergerak ke utara. Ini menyebabkan mereka bisa membentuk gerak putar utara yang akan bertemu dengan AD Panzer ke-4 dari selatan dan mengepung 1UF sebelum menghancurkannya. Kemudian mereka akan membantu AD Panzer ke-3 untuk menyerang ke selatan dan bersiap untuk menjadi sisi selatan dari gerak putar yang akan mengepung Front Belorusia ke-1 (1BF) yang akan dihancurkan oleh Korps ke-3 SS di bawah pimpinan Letjen SS Felix Steiner yang bergerak dari utara Berlin. Kemudian Steiner menjelaskan bahwa dia tidak mempunyai divisi untuk melakukan hal tersebut. Heinrici menjelaskan kepada staf Hitler bahwa kecuali AD ke-9 mundur dengan segera maka mereka akan terkepung oleh Soviet. Dia menekankan bahwa sudah terlambat untuk bergerak ke barat laut (Berlin) dan harus mundur ke barat. Heinrici kemudian berkata bahwa jika Hitler tidak mengijinkannya bergerak ke barat maka dia ingin mengundurkan diri.

    Pada tanggal 22 April pada saat rapat sore Hitler marah besar saat menyadari bahwa rencananya yang dirancang kemarin tidak akan terwujud. Dia menyatakan bahwa Jerman sudah kalah perang, dia menyalahkan para Jenderal dan mengumumkan bahwa dia akan tinggal di Berlin sampai saat akhir dan kemudian bunuh diri. Jenderal Alfred Jodl yang mencoba untuk meredakan amarah Hitler berspekulasi bahwa AD ke-12 yang menghadapi Amerika bisa bergerak ke Berlin karena tentara Amerika yang sudah mencapai sungai Elbe sepertinya tidak akan bergerak ke timur. Hitler dengan segera memahami pemikiran ini dan dalam beberapa jam Jenderal Walther Wenck diperintahkan untuk menghentikan pertempuran melawan Amerika dan menggerakkan AD ke-12 ke timur laut untuk membantu Berlin. Kemudian disadari bahwa jika AD ke-9 bergerak ke barat maka mereka bisa bergabung dengan AD ke-12. Pada malam harinya Heinrici diperintahkan untuk bergerak. Jauh di luar ruang peta Fuhrerbunker, Soviet mulai memenangkan perang.

    Meskipun dalam pikiran Hitler AD ke-12 dan AD ke-9 akan membantu mereka, tidak ada bukti bahwa Jenderal Heinrici, Busse atau Wenck berpikir bahwa hal ini mungkin. Tetapi persetujuan Hitler untuk membolehkan AD ke-9 untuk bergabung dengan AD ke-12 telah membuka jendela bagi sejumlah tentara Jerman untuk mundur ke barat dan menyerah kepada Amerika, persis seperti yang diinginkan oleh Wenck dan Busse. Ini dipermudah lagi setelah pada tengah malam tanggal 25 April Busse diberi wewenang "untuk memutuskan sendiri arah serangan yang terbaik"

    Keseluruhan terdapat 80.000 tentara di kantong tersebut, sebagian besar adalah anggota AD ke-9 (termasuk Korps ke-5 yang disinggung di atas), tetapi ada juga Korps Panzer SS ke-11, Korps Gunung SS ke-5, dan Garisun Frankfurt.

    Pertempuran

    Pertempuran dimulai pada tanggal 24 April dimana Korps ke-20 yang dipimpin Jenderal Wenck menyerang ke arah timur. Malam itu Divisi Theordor menyerang Korps Mekanis Pengawal ke-5 yang dipimpin Jenderal I. P. Yermakov di dekat Truenbrietzen. Hari berikutnya Divisi Scharnhorst mulai menghadapi Soviet di sekitar Beelitz. Pada saat Divisi Hutten mencoba untuk mencapai Potsdam dan membuka koridor ke Berlin, elemen lain dari AD ke-12, seperti yang disetujui Wenck dan Busse, bergerak ke timur untuk bergabung dengan AD ke-9 yang bergerak ke barat seperti - kata Busse pada Wenck - "katerpilar".

    AD ke-9 mempunyai sisa 31 tank termasuk 10 tank King Tiger milik Batalyon Panzer Berat SS 502 yang digunakan Busse untuk memimpin katerpilar. Masalahnya adalah pertempuran di bagian belakang sama hebatnya dengan di bagian depan karena pasukan Soviet mengikuti dan pasukan Jerman berusaha mengusir mereka.

    Sumber: http://id.wikipedia.org/
    Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

    Pertempuran Berlin adalah salah satu pertempuran terakhir dari Teater Eropa Perang Dunia II. Angkatan darat Soviet yang besar di bawah pimpinan Georgy Zhukov dan Ivan Konev menyerang Berlin dari timur. Pertempuran ini berlangsung dari akhir April 1945 sampai awal Mei. Sebelum pertempuran berakhir, Adolf Hitler telah bunuh diri, dan Jerman menyerah setelah lima hari pertempuran berakhir.

    Pada permulaan tahun 1945, Front Timur semakin stabil semenjak Agustus 1944 setelah peluncuran Operasi Bagration. Jerman telah kehilangan Budapest dan beberapa negara seperti Hungaria, lalu Rumania dan Bulgaria dipaksa untuk menyerah dan mengumumkan perang terhadap Jerman, serta akses ke Polandia telah terbuka bagi Tentara Merah.

    Komandan Soviet, setelah aksi mereka selama Pemberontakan Warsawa, merebut Warsawa pada Januari 1945. Selama tiga hari, di garis depan yang lebar menggunakan empat Front, Tentara Merah mulai menyerang menyeberangi Sungai Narew dari Warsawa. Setelah empat hari Tentara Merah membagi-bagi pasukannya dan mulai bergerak tiga puluh sampai empat puluh kilometer per hari, mengambil negara-negara Baltik, Danzig, Prussia Timur, Poznan, dan menggambar garis 60 km timur dari Berlin sepanjang sungai Oder.

    Satu serangan balasan oleh Grup Tentara Vistula yang baru dibentuk di bawah komando Reichsführer-SS Heinrich Himmler, gagal pada 24 Februari 1945, dan Uni Soviet terus bergerak maju ke Pomerania dan membersihkan sisi kanan sungai Oder. Di sebelah selatan, tiga kali usaha Jerman menggagalkan pengepungan kota Budapest telah gagal dan Budapest akhirnya jatuh pada tanggal 13 Februari 1945 ke tangan Soviet. Lalu Jerman kembali melakukan serangan balasan. Hitler memaksakan suatu tugas yang tidak mungkin untuk menduduki kembali sungai Danube. Pada tanggal 16 Maret serangan itu gagal dan Tentara Merah kembali melakukan penyerangan di hari yang sama. Pada 30 Maret mereka memasuki Austria dan menduduki Wina pada 13 April 1945.

    Saat itu hanya kurang dari seperdua belas bahan bakar yang tersedia dari jumlah dibutuhkan Wehrmacht. Produksi pesawat tempur dan tank menurun tajam dan kualitasnya hanya tinggal separuhnya dibandingkan dengan tahun 1944.

    Sangat jelas bahwa kekalahan Jerman akan terjadi dalam beberapa minggu, tetapi pertempuran semakin bergejolak. Nasionalisme, persyaratan menyerah tanpa syarat yang tidak diterima pihak Sekutu, dan usaha mengulur waktu agar pengungsi bisa diselamatkan ke daerah barat sebelum datangnya Tentara Merah membuat pasukan Jerman bertempur hingga akhir. Hitler sendiri bersikeras untuk bertahan di dalam kota.

    Pihak Sekutu di Blok Barat sebenarnya berniat menurunkan pasukan penerjun payung untuk mengambil alih Berlin, tetapi kemudian membatalkannya. Eisenhower melihat bahwa tidak ada gunanya mengorbankan pasukan untuk menyerang kota yang sudah pasti akan diambil alih pihak Soviet. Selain itu, perintah ini tidak masuk akal jika mempertimbangkan jumlah pasukan yang tersisa dan cadangan makanan yang tersedia untuk mendukung keberadaan pasukan di dalam kota.

    Penyerangan Jerman Timur

    Serangan pihak Soviet ke daerah yang kemudian dikenal dengan nama Jerman Timur (DDR, Deutsche Demokratische Republik) memiliki dua tujuan. Karena kecurigaan Stalin terhadap tujuan Sekutu Barat untuk mengambil alih wilayah yang belum diinjak tentara Soviet, maka serangan ini terus maju ke depan dan berusaha secepatnya menyerang ke arah barat agar bisa menghentikan gerak Sekutu Barat untuk bergerak ke timur. Keduanya memiliki pikiran hampir serupa karena penguasaan atas wilayah tersebut tidak bisa dilakukan secepatnya kecuali jika Berlin telah diambil alih oleh salah satu blok. Pertimbangan lain adalah Berlin sendiri memiliki banyak aset strategis, contohnya Hitler sendiri dan program pengembangan bom atom Jerman.

    Pada 9 April 1945, Königsberg di Prussia Selatan akhirnya jatuh ke tangan Tentara Merah. Hal ini membebaskan gerak pasukan Marsekal Konstantin Rokossovsky (2nd Belorussian Front, Front Kedua Belarusia atau 2BF) dari barat ke timur lembah sungai Oder . Selama dua minggu pertama bulan April, Soviet berhasil melakukan gerak penempatan kembali front mereka. Marsekal Georgy Zhukov berkonsentrasi di 1st Belorussian Front (Front Pertama Belarusia atau 1BF) yang ditugaskan di sepanjang sungai Oder dari Frankfurt di daerah selatan hingga ke wilayah Baltik, sampai wilayah di front Seelow Heights. Front 2BF bergerak menuju posisi yang telah dikuasai 1BF di bagian utara Seelow Heights. Saat penempatan ulang ini, beberapa kantong kosong terjadi, menyebabkan Pasukan Jerman Ke-II, yang telah terkepung di Danzig, berhasil keluar dan menyeberangi sungai Oder.

    Di selatan Marsekal Ivan Konev membawa Front Pertama Ukrainia (1UF) keluar dari bagian luar Silesia ke arah barat laut menuju sungai Neisse.

    Ketiga front Soviet ini berjumlah 2,5 juta orang (termasuk 78,556 prajurit dari Pasukan Polandia Pertama), 6.250 tank, 7.500 pesawat, 41.600 meriam artileri dan mortir, 3.255 truk bermuatan peluncur roket Katyusha (disebut juga dengan nama Orgen Stalin), dan 95.383 motor tempur, kebanyakan buatan Amerika Serikat.

    Jenderal Gotthard Heinrici menggantikan Himmler sebagai komandan grup Vistula pada 20 Maret. Dia adalah salah satu ahli strategi bertahan di pasukan Jerman dan memulai rencana pertahanan. Dia (dengan tepat sekali) berpendapat bahwa serangan utama Soviet pasti akan terjadi melalui sungai Oder dan di sepanjang utara hingga barat autobahn. Dia memutuskan untuk tidak mempertahankan lembah di sekitar Sungai Oder dengan lebih dari sekedar pertahanan kamuflase. Sebaliknya ia memerintahkan insinyur untuk membentengi Seelow Heights yang memberikan akses pengawasan Sungai Oder di bagian mana autobahn akan melewatinya. Ia mulai mengurangi kekuatan di garis lain untuk berkonsentrasi di Seelow Heights.

    Pasukan Jerman kemudian merekayasa rencana membanjiri wilayah Oder, yang telah basah di musim semi menjadi rawa dengan melepaskan air dari bendungan utama. Di belakangnya mereka membangun tiga lingkaran pertahanan yang menjangkau daerah lembah dari daerah luar Berlin. Garis ini diperkuat dengan parit anti-tank, penempatan senjata anti-tank, dan jaringan besar pagar dan bungker.

    Pertempuran Oder-Noisse

    Dini hari tanggal 16 April 1945, serangan ke Berlin dibuka oleh bombardiran hebat dari 16.000 artileri dan roket Katyusha oleh Soviet sepanjang hari. Tidak lama kemudian sebelum fajar, Front 1BF menyerang dengan menyeberangi Sungai Oder. Front 1UF menyerang melalui Neisse juga sebelum fajar. Front 1BF memiliki kekuatan lebih besar, tetapi memiliki penugasan lebih sulit dan harus menghadapi kekuatan terbesar Jerman.

    Wajah kota Berlin setelah pertempuran berakhir.
    Serangan awal Front 1BF menjadi bencana. Heinrici mengantisipasi serangan ini dan menarik pasukan bertahannya dari pagar garis pertahanan pertama tepat sebelum Soviet menghujani mereka dengan artileri. Sinar pencari dari 143 lampu yang sebenarnya dimaksudkan untuk membutakan pasukan bertahan tertahan oleh kabut pagi dan malah memperlihatkan siluet pasukan Soviet. Lumpur rawa yang terjadi terbukti menjadi tempat persembunyian efektif dan serangan balik Jerman membuat korban di pihak Soviet menjadi bertambah banyak.

    Frustrasi oleh perkembangan yang lebih lambat dari keinginan Stalin, Zhukov meenurunkan pasukan cadangan, yang sebelumnya dimaksudkan untuk mendukung gerak merangsek maju. Pada sore harinya, pasukan berhasil mendesak sejauh enam kilometer di beberapa area, tetapi garis pertahanan Jerman tetap tidak tersentuh. Di selatan, Zhukov dengan Front 1UF terpaksa melaporkan bahwa Pertempuran Seelow Heights tidak berjalan sesuai rencana. Stalin, untuk menyemangati Zhukov, mengatakan padanya bahwa ia akan memberikan izin kepada Konev untuk menggerakkan pasukan tank menuju Berlin dari arah selatan.

    Pada hari kedua, jumlah anggota Front 1BF dikurangi untuk menambah dukungan bagi pasukan yang terlibat pertempuran langsung. Taktik Soviet untuk menggunakan serangan masif terbukti memberi kerugian yang sangat banyak daripada yang diperhitungkan.

    Pada awal malam tanggal 17 April 1945 front Jerman di belakang Zhukov masih tersisa, tetapi hampir hancur. Di selatan, Pusat Grup Pasukan yang dikomandani Jenderal Ferdinand Schorner tidak bisa bertahan dengan bantuan persembunyian. Bagian flank Pasukan Panser Jerman Ke-IV di utara terdesak secara jumlah oleh serangan Front 1UF. Ia memutuskan untuk tetap menyimpan cadangan dua divisi panser daripada menggunakannya untuk mendukung Pasukan Panser Ke-IV. Di sinilah titik balik pertempuran terjadi, di mana saat malam, posisi Grup Vistula dan sektor selatan Pusat Grup Pasukan menjadi terpisah. Kecuali mereka bisa mengusahakan bergabung dengan Pasukan Panser Jerman Ke-IV, mereka akan dihabisi. Sebagai efek keberhasilan serangan Konev atas pertahanan pasukan Schorner yang buruk, membuat pertahanan pasukan Heinrichi yang brilian menjadi sia-sia.

    Pada 18 April, kedua Front Soviet berhasil membuat perkembangan berarti, tetapi kerugian yang dialami Soviet terlalu besar dari yang seharusnya. Menjelang malam, Front 1BF berhasil mendesak ke garis pertahanan terakhir Jerman dan Front 1UF yang berhasil menguasai Forst bersiap untuk perang terbuka.

    Pada 19 April Front 1BF berhasil merusakkan garis akhir pertahanan Seelow Heights dan tinggal sedikit pasukan Jerman yang menghalangi mereka dari Berlin. Sisa Pasukan Jerman Ke-IX yang mempertahankan area tersebut dan sisa Pasukan Panser Jerman Ke-IV berada dalam bahaya menghadapi penghancuran oleh Front 1UF.

    Sumber: http://id.wikipedia.org/
    Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

    Pengepungan Leningrad (bahasa Rusia: блокада Ленинграда, blokada Leningrada), pada Perang Dunia II, berlangsung dari 8 September 1941, sampai 8 Januari 1944, merupakan pengepungan Jerman terhadap kota Leningrad (sekarang St.Petersburg) di Soviet Rusia. Pengepungan ini merupakan pengepungan terbesar dan paling berdarah dalam sejarah, menewaskan lebih dari 1 juta orang. Pihak Jerman menyebutnya Operation Nordlicht (Operasi Cahaya Utara).

    Diorama pengepung 900 hari kota Leningrad.
    Jerman Nazi menginvasi Rusia dengan Operasi Barbarossa pada 22 Juni 1941 — dan bagi Uni Soviet, peristiwa ini merupakan awal Perang Soviet-Jerman. Sebuah front kedua dibuka setelah Soviet mengebom beberapa kota di Finlandia pada 25 Juni, yang mengawali Perang Soviet-Finlandia. Pada Agustus, pasukan Finlandia telah menguasai kembali Tanah genting Karelian, mengancam Leningrad dari arah barat, dan bergerak melalui Karelia timur Danau Ladoga, mengancam Leningrad dari utara. Markas besar Finlandia menolak permohonan Jerman untuk menyerang dari udara terhadap Leningrad dan di selatan tidak bergerak lebih jauh dari Sungai Svir di Timur Karelia. Pergerakan Jerman sangat cepat dan pada September, Wehrmacht telah menyerang Leningrad. Di utara pasukan Finlandia terus bergerak sampai mencapai Sungai Svir pada bulan Desember 1941, 160 km timur laut Leningrad.

    Karena tidak mampu atau tidak bersedia memanfaatkan keunggulan mereka, dan dengan suatu pertahanan kota yang tergesa-gesa namun cemerlang di bawah Marshall Zhukov, tentara Jerman mengepung kota selama 900 hari. Dengan jumlah besar mereka mengepung kota, memblokade semua rute suplai ke Leningrad dan kota-kota satelitnya kecuali satu jalur tunggal pada Danau Ladoga yang dinamai Jalan Kehidupan (Дорога жизни dalam bahasa Rusia, Laatokan elämänlinja dalam bahasa Finlandia). Mayat-mayat di dalam kota akibat tembakan-tembakan meriam dan kelaparan (khususnya pada musim dingin pertama) sangat menyedihkan, namun Adolf Hitler tak pernah bisa mengadakan pesta kemenangannya di kota ini maupun melakukan penghancuran terencananya pada perhiasan dari peradaban Eropa ini.

    Pengepungan berlanjut hingga Operasi Bunga Api — sebuah serangan besar-besaran terhadap Front Leningrad dan Volkhov — dimulai pada pagi hari tanggal 12 Januari 1943. Setelah pertempuran berat dan sengit, satuan-satuan Tentara Merah berhasil mengatasi zona-zona perbentengan Jerman di selatan Danau Ladoga, dan pada 18 Januari 1942, Front Leningrad dan Front Volkhov bertemu, membuka sebuah lorong darat ke kota yang terkepung. Pada Januari 1944, serangan Soviet berhasil mengusir pasukan-pasukan pengepung Jerman dari pinggiran kota di selatan, dan mengakhiri pengepungan. Belakangan, pada musim panas 1944, orang-orang Finlandia terdesak ke sisi lain dari Teluk Vyborg dan Sungai Vuoksi.

    Dalam kekacauan pada musim dingin pertama perang itu, tidak ada rencana evakuasi yang tersedia atau dilaksanakan. Kota dan kota-kota satelitnya praktis kelaparan karena terisolasi penuh hingga 20 November 1941 ketika jalan di atas Danau Ladoga, yang disebut Jalan Kehidupan berhasil dibangun. Salah seorang asisten Nikolai I. Vavilov kelaparan hingga mati sementara dikelilingi oleh biji-bijian yang dapat dimakan sehingga bank benih (dengan lebih dari 200.000 bahan) tersedia untuk generasi mendatang.

    Keberanian para pembela kota merupakan lambang penting dari tekad Uni Soviet untuk melawan - dalam beberapa minggu pertama perang itu Inggris telah begitu putus asa oleh runtuhnya tentara Soviet sehingga mereka mengira kemenangan Nazi tidak terelakkan lagi. Simfoni Leningrad Ketujuh dari Dimitri Shostakovich yang paling terkenal sebagian besar ditulis pada saat kota itu dikepung pada 1941, dan pertama kali dipertujukkan di sana pada musim panas 1942. Simfoni ini sangat populer di Amerika Serikat dan, sebagai alat propaganda, merupakan lambang yang sangat efektif bagi perjuangan sedunia melawan fasisme.

    Peringatan kepada warga kota tentang jalan mana yang harus diambil untuk menghindari penembakan meriam oleh Jerman masih dapat dilihat (direstorasi setelah perang).

    Jumlah total korban pada pengepungan ini dipertentangkan. Setelah perang, pemerintah Soviet melaporkan sekitar 670.000 orang yang mati sejak 1941 hingga Januari 1944, kebanyakan karena kelaparan dan kedinginan. Sebagian perkiraan independen memberikan angka yang lebih tinggi, sekitar 700.000 hingga 1,5 juta korban, dengan kebanyakan perkiraan sekitar 1,1 juta.

    Leningrad menjadi kota Soviet pertama yang diberikan gelar Kota Pahlawan.

    Sebagai sebuah catatan penutup yang menyedihkan, Stalin memerintahkan para pemimpin kota itu dihukum mati dengan berbagai alasan setelah perang — melalui keberanian dan pertahanan mereka yang gagah perwira, mereka telah mendapatkan respek dari warga kota sehingga diktator itu membenci dan mengkhawatirkannya, dan menjadi sangat independen dalam tindakan-tindakan mereka. Misalnya, pada 1944 beberapa jalan di Leningrad dikembalikan namanya ke nama-nama historis mereka, termasuk "Prospek 25 Oktober", yang dikembalikan menjadi nama sebelumnya, Nevsky Prospekt.

    Pengepungan Leningrad diperingati pada akhir tahun 1950-an oleh Sabuk Hijau Kejayaan, sebuah perhimpunan untuk pohon-pohon dan tempat-tempat peringatan di sepanjang garis front bersejarah.

    Pada 2003, penulis AS Elise Blackwell menerbitkan Hunger (Kelaparan), sebuah dramatisasi historis yang terkenal tentang kejadian-kejadian sekitar pengepungan ini.

    Sumber: http://id.wikipedia.org/
    Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

    Perang Kemerdekaan Bangladesh (Bengali: মুক্তিযুদ্ধ Muktijuddho), adalah konflik bersenjata antara Pakistan Barat (kini Pakistan) dan, Pakistan Timur (kini Bangladesh) dan India, yang menyebabkan didirikannya negara Bangladesh. Perang ini berlangsung dari tanggal 26 Maret sampai 16 Desember 1971 dengan Pakistan Barat melancarkan operasi militer terhadap penduduk, pelajar dan personel bersenjata di Pakistan Timur untuk menghancurkan perlawanan mereka menuju kemerdekaan dari Pakistan. Bantuan India terhadap Mukti Bahini menyebabkan konflik bersenjata antara India dan Pakistan (Perang India-Pakistan 1971). Tentara militer India dan Mukti Bahini berhasil mengalahkan pasukan Pakistan Barat di Pakistan Timur. Setelah perang ini, Pakistan Timur merdeka sebagai negara yang kini disebut Bangladesh.

    Latar Belakang

    Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut Pakistan. Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya berada di ujung barat sub benua India, sedangkan yang lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi Timur secara ekonomi, menimbulkan banyak keluhan.

    Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme budaya di Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh pasukan Pakistan Barat yang brutal, yang disebut Operasi Searchlight. Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat menyebabkan pernyataan kemerdekaan Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan dimulainya perang saudara. Perang ini menyebabkan pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta penduduk) membanjiri provinsi timur India. Karena menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.

    Keluhan Pakistan Timur

    Eksploitasi Ekonomi
    Pakistan Barat (terdiri dari empat provinsi: Punjab, Sindh, Balochistan dan Provinsi Perbatasan Barat Laut) mendominasi politik negara dan menerima lebih banyak dana daripada Timur yang lebih padat.

    Tahun Pengeluaran Pakistan Barat (dalam crore Rupee) Pengeluaran Pakistan Timur (dalam crore Rupee) Jumlah pengeluaran di Timur sebagai presentase Barat
    1950–55 1.129 524 46,4
    1955–60 1.655 524 31,7
    1960–65 3.355 1.404 41,8
    1965–70 5.195 2.141 41,2
    Jumlah 11.334 4.593 40,5
    Sumber: Laporan Juri Penasehat Rencana Lima Tahun ke-4 1970-75, Volume I, dipublikasikan oleh Komisi Perencanaan Pakistan (Referensi cepat: crore = 107, atau 10 juta)

    Perbedaan Politik
    Meskipun penduduk Pakistan Timur merupakan mayoritas, kekuatan politik dipegang kuat oleh Pakistan Barat, terutama Punjabi. Karena sistem representasi langsung berdasarkan populasi akan memusatkan kekuatan politik di Pakistan Timur, pendirian Pakistan Barat dilakukan dengan skema "Satu Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat dianggap sebagai satu provinsi. Hal ini semata-mata dilakukan untuk mengimbangi suara sayap Timur. Ironisnya, setelah Timur memisahkan diri untuk membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta dengan tegas bahwa politik di Pakistan Barat kini ditentukan dengan basis suara langsung, karena Punjabi berjumlah lebih banyak dari grup lainnya, seperti Sindhi, Pashtun, atau Baloch.

    Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951, kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan kadang-kadang militer. Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin, Muhammad Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy, terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat. Kediktatoran militer Ayub Khan (27 Oktober 1958 – 25 Maret 1969) dan Yahya Khan (25 Maret 1969 – 20 Desember 1971), yang keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya meningkatkan perasaan seperti itu.

    Situasi mencapai klimaksnya ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik terbesar Pakistan Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan pemilihan umum. Partai ini memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk Pakistan Timur, dan demikian merupakan mayoritas dari 313 kursi Majelis Nasional. Hal ini memberikan Liga Awami hak konstitusi untuk membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang Sindhi), pemimpin Partai Rakyat Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri Pakistan. Ia mengusulkan agar terdapat dua Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini menimbulkan kemarahan di sayap timur. Bhutto juga menolak menerima Enam Poin Rahman. Pada 3 Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap bersama dengan Presiden Jenderal Yahya Khan bertemu di Dhaka untuk menentukan nasib negara. Pembicaraan akhirnya gagal.

    Pidato bersejarah Sheikh Mujibur Rahman pada tanggal 7 Maret 1971.
    Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda (kini disebut Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, ia menyebutkan empat poin untuk mempertimbangkan pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret:

    1. Dicabutnya darurat militer.
    2. Ditariknya seluruh personel militer ke barak.
    3. Penyelidikan kematian.
    4. Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum pertemuan majelis nasional 25 Maret.

    Ia meminta "rakyatnya" untuk mengubah setiap rumah menjadi bentang perlawanan. Ia menutup pidatonya dan mengatakan "Perlawanan kita untuk kebebasan kita. Perlawanan kita untuk kemerdekaan kita." Pidato ini dianggap sebagai hal utama yang menginspirasi negara untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka. Jenderal Tikka Khan dikirim ke Dhaka untuk menjadi Gubernur Benggala Timur. Hakim Pakistan Timur, seperti Justice Siddique, menolak untuk mengambil sumpahnya.

    Antara 10 dan 13 Maret, Pakistan International Airlines membatalkan semua rute penerbangan internasional mereka karena secara darurat menerbangkan "Penumpang Pemerintahan" ke Dhaka. "Penumpang Pemerintahan" tersebut hampir semuanya merupakan tentara Pakistan yang mengenakan pakaian sipil. MV Swat, kapal dari Angkatan Laut Pakistan, membawa amunisi dan tentara, berlabuh di Pelabuhan Chittagong dan pekerja dan pelaut Benggala di pelabuhan menolak membongkar muatan kapal. East Pakistan Rifles menolak mematuhi komando untuk menyerang demonstran Benggala, memulai pemberontakan tentara Benggala.

    Ketidakseimbangan Militer

    Bengali kurang diwakili dalam militer Pakistan. Perwira yang berasal dari Bengali di sayap angkatan bersenjata yang berbeda hanya 5% dari seluruh pasukan pada tahun 1965; dari 5% tersebut, hanya sedikit yang berada pada posisi komando, dengan mayoritas bertugas dalam hal teknis dan administratif. Pakistan Barat percaya bahwa Bengali tidak seperkasa Pashtun dan Punjabi; pengertian "ras perkasa" dihilangkan dari Bengali. Lebih lagi, meskipun biaya pertahanan besar, Pakistan Timur tidak menerima keuntungan, seperti kontrak, pembelian dan pekerjaan pendukung militer. Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan wilayah Kashmir juga menunjukan ketidakamanan militer Bengali, sebab hanya terdapat divisi infantri dibawah kekuatan dan 15 pesawat tempur tanpa bantuan tank yang berada di Pakistan Timur untuk melawan serangan-serangan India selama konflik.

    Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah, Gubernur Jenderal pertama Pakistan, menyatakan di kota Dhaka bahwa "Urdu, dan hanya Urdu" yang akan menjadi bahasa resmi di seluruh Pakistan. Hal ini menjadi kontroversi besar, karena Urdu adalah bahasa yang hanya dituturkan di Barat oleh Muhajir dan di Timur oleh Bihari. Mayoritas grup di Pakistan Barat menuturkan bahasa Punjabi dan bahasa Sindhi, sementara bahasa Bengali dituturkan oleh mayoritas penduduk Pakistan Timur. Kontroversi bahasa akhirnya mencapai puncaknya ketika Pakistan Timur berevolusi. Beberapa mahasiswa dan penduduk kehilangan nyawa mereka dalam penumpasan oleh polisi pada tanggal 21 Februari 1952. Hari itu disebut sebagai Hari Martir Bahasa di Bangladesh dan Benggala Barat. Selanjutnya, dalam ingatan pembunuhan tahun 1952, UNESCO menyatakan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 1999.

    Di Pakistan Barat, pergerakan ini dianggap sebagai pemberontakan terhadap Pakistan dan ideologi pendiri Pakistan, Teori Dua Negara. Politikus Pakistan Barat menganggap Urdu sebagai hasil karya budaya Islam India, seperti yang dikatakan Ayub Khan pada tahun 1967:
    “ Benggala Timur... masih berada di bawah budaya dan pengaruh Hindu yang cukup besar. ”

    Namun, jatuhnya korban menimbulkan perasaan pahit di antara Pakistan Timur, dan merupakan faktor utama dalam dorongan menuju kemerdekaan.

    Respon Terhadap Siklon Bhola 1970
    Siklon Bhola 1970 tiba di pantai Pakistan Timur pada sore tanggal 12 November, dalam waktu yang sama dengan air pasang lokal, menyebabkan kira-kira 300.000 sampai 500.000 orang tewas. Meskipun jumlah kematian langsung tidak diketahui, siklon ini dianggap sebagai siklon tropis paling mematikan. Satu minggu setelah siklon, Presiden Khan mengakui bahwa pemerintahannya "terpeleset" dan melakukan "kesalahan" dalam menangani usaha bantuan karena kurangnya pengertian mengenai besarnya bencana.

    Jalur siklon Bhola.
    Sebuah pernyataan dikeluarkan oleh sebelas pemimpin politik di Pakistan Timur sepuluh hari setelah siklon menimpa dan membebankan pemerintah dengan "kelalaian bruto, kelalaian tidak berperasaan dan kelalaian penuh". Mereka juga menuduh presiden memainkan ulasan berita. Pada 19 November, mahasiswa melakukan demonstrasi di Dhaka memprotes mengenai lambatnya respon pemerintah dan Maulana Abdul Hamid Khan Bhashani memanggil 50.000 orang pada 24 November, sementara ia menuduh presiden tidak efisien dan meminta pengunduran dirinya sebagai presiden

    Dengan konflik antara Pakistan Timur dan Barat berkembang pada bulan Maret, kantor dua organisasi pemerintahan di Dhaka yang secara langsung terlibat dalam usaha bantuan ditutup selama dua minggu, pertama oleh demonstrasi dan lalu oleh pelarangan bekerja di Pakistan Timur oleh Liga Awami. Dengan meningkatnya ketegangan, personel asing dievakuasi karena ketakutan akan kekerasan. Pekerja sosial terus bekerja di lapangan, tetapi rencana jangka panjang dibatasi. Konflik ini meluas menjadi Perang Kemerdekaan Bangladesh pada bulan Desember dan berakhir dengan didirikannya negara Bangladesh. Siklon Bhola 1970 merupakan peristiwa alam pertama yang menyebabkan terjadinya perang saudara.

    Operasi Searchlight
    Pengamanan militer oleh Angkatan Darat Pakistan — dinamai Operasi Searchlight — dimulai pada tanggal 25 Maret untuk mengendalikan gerakan nasionalis Benggala dengan menguasai kota utama pada 26 Maret, dan lalu menghabisi semua oposisi, politik ataupun militer, dalam waktu satu bulan. Sebelum dimulainya operasi, semua jurnalis asing secara sistematis dideportasi dari Pakistan Timur.

    Fase utama Operasi Searchlight berakhir dengan jatuhnya kota utama terakhir Benggala pada pertengahan bulan Mei. Operasi ini juga memulai kekejaman di Bangladesh 1971. Pembunuhan sistematis tersebut membuat marah orang Bengali, yang menyebabkan penarikan pasukan dari Pakistan Timur pada tahun yang sama. Media internasional dan buku referensi mempublikasikan jumlah korban, dari 5.000–35.000 di Dhaka, dan 200.000–3.000.000 di seluruh Bangladesh.

    Menurut Asia Times,
    Pada pertemuan petinggi militer, Yahya Khan menyatakan: "Bunuh 3 juta dari mereka dan sisanya akan menyerah pada kita." Pada malam 25 Maret, Tentara Pakistan melancarkan Operasi Searchlight untuk menghancurkan perlawanan Benggala dengan anggota pelayanan militer Benggala dilucuti dan dibunuh, pelajar dan kaun cendekiawan secara sistematis dibunuh dan pria Benggala yang sehat dan tidak cacat dibawa dan ditembak.
    Meskipun kekerasan terpusat di ibukota provinsi, Dhaka, proses pembunuhan etnis juga dilakukan di seluruh Bangladesh. Balai Universitas Dhaka menjadi sasaran. Satu-satunya balai Hindu — Balai Jagannath — dihancurkan oleh Angkatan Darat Pakistan, dan diperkirakan 600 hingga 700 orang tewas dibunuh. Tentara Pakistan membantah adanya pembunuhan di universitas, meskipun komisi Hamood-ur-Rehman di Pakistan menyatakan bahwa terlalu banyak tentara yang dikirim ke universitas. Fakta mengenai pembantaian di Balai Jagannath dan asrama pelajar Universitas Dhaka terdekat dikuatkan oleh video yang diam-diam direkan oleh Prof. Nurul Ullah dari Universitas Tekhnik Pakistan Timur, yang kediamannya secara langsung berseberangan dengan asrama pelajar.

    Wilayah Hindu di seluruh Bangladesh mengalami pukulan keras. Pada tengah malam, Dhaka terbakar, terutama kota bagian timur yang didominasi oleh orang Hindu. Majalah Time melaporkan pada 2 Agustus 1971, "Warga beragama Hindu, yang merupakan 3/4 dari pengungsi dan mayoritas korban yang tewas, telah mendapat kemalangan besar dari kebencian militer Pakistan."

    Sheikh Mujibur Rahman ditangkap oleh Tentara Pakistan. Yahya Khan menunjuk Brigadir Rahimuddin Khan (nantinya Jenderal) untuk memimpin pengadilan khusus Mujib dengan dua tuduhan. Pemimpin Liga Awami lainnya juga ditangkap, sementara sebagian melarikan diri dari Dhaka agar tidak ditangkap. Liga Awami dilarang oleh Jenderal Yahya Khan.

    Deklarasi Kemerdekaan
    Kekerasaan yang disebabkan oleh tentara Pakistan pada 25 Maret 1971, membuat marah orang Bengali. Dengan kemarahan tersebut, Sheikh Mujibur Rahman menandatangani deklarasi resmi yang berisi:
    Hari ini, Bangladesh adalah negara yang merdeka dan berdaulat. Pada Kamis malam, Angkatan Darat Pakistan Barat tiba-tiba menyerang barak polisi di Razarbagh dan markas EPR di Pilkhana, Dhaka. Banyak rakyat tak berdosa dan tak bersenjata dibunuh di kota Dhaka dan tempat lainnya di Bangladesh. Pecahnya kekerasan antara E.P.R. dan Polisi dalam satu tangan dan Angkatan Darat Pakistan di tangan lainnya, sedang terjadi. Rakyat Benggala bertempur melawan musuh dengan keberanian besar untuk kemerdekaan Bangladesh. Semoga Allah membantu kita bertempur untuk kebebasan. Joy Bangla.
    Melalui pesan di radio, Sheikh Mujib juga mengajak rakyat untuk melawan tentara pendudukan. Mujib ditangkap pada tanggal 25-26 Maret 1971 sekitar pukul 1:30 pagi (menurut berita di Radio Pakistan tanggal 29 Maret 1971).

    Telegram berisi deklarasi Sheikh Mujibur Rahman didapat oleh mahasiswa di Chittagong. Pesan tersebut diterjemahkan ke bahasa Bengali oleh Dr. Manjula Anwar. Para mahasiswa gagal untuk mendapat izin untuk menyiarkan pesan dari Stasiun Agrabad milik Radio Pakistan. Mereka menyebrangi Jembatan Kalurghat ke wilayah yang dikuasai oleh Resimen Bengal Timur dibawah Mayor Ziaur Rahman. Tentara Bengal menjaga stasiun ketika sedang mempersiapkan transmisi. Pada pukul 19:45 tanggal 27 Maret 1971, Mayor Ziaur Rahman menyiarkan pengumuman mengenai deklarasi deklarasi kemerdekaan atas nama Sheikh Mujibur yang berisi sebagai berikut:
    Ini adalah Shadhin Bangla Betar Kendro. Saya, Mayor Ziaur Rahman, atas pengarahan sheikh Bangobondhu Mujibur Rahman, mendeklarasikan bahwa Republik Rakyat Bangladesh yang merdeka telah didirikan. Atas arahannya, saya telah mengambil komando sebagai Kepala Republik sementara. Atas nama Sheikh Mujibur Rahman, saya mengajak semua rakyat Bengal untuk bangkit melawan serangan Tentara Pakistan Barat. Kita akan bertempur sampai akhir untuk membebaskan Tanah Air kita. Atas kemuliaan Allah, kemenangan milik kita. Joy Bangla. Suara pengumuman Zia (wawancara - Belal Mohammed)
    Kemampuan transmisi Stasiun Radio Kalurghat terbatas. Pesan ini dibawa oleh kapal Jepang di Teluk Benggala. Pesan ini lalu ditransmisikan kembali oleh Radio Australia dan nantinya oleh British Broadcasting Corporation.

    M A Hannan, pemimpin Liga Awami dari Chittagong, dikatakan telah mengumumkan deklarasi kemerdekaan di radio pada tanggal 26 Maret 1971. Terdapat kontroversi mengenai deklarasi tersebut. Sumber BNP menyatakan bahwa deklarasi dinyatakan pada tanggal 26 Maret, dan tidak terdapat pesan berisi deklarasi kemerdekaan dari Mujibur Rahman. Sumber Pakistan, seperti Siddiq Salik dalam Witness to Surrender telah menulis bahwa ia mendengar mengenai pesan Mujibor Rahman di radio sementara Operasi Searchlight berlangsung, dan Mayor Jenderal Hakeem A. Qureshi di bukunya, The 1971 Indo-Pak War: A Soldier's Narrative, memberikan tanggal pidato Zia pada 27 Maret 1971.

    26 Maret 1971 secara resmi adalah Hari Kemerdekaan Bangladesh, dan nama Bangladesh digunakan untuk selanjutnya. Pada Juli 1971, Perdana Mentri India, Indira Gandhi secara terbuka menyebut bekas Pakistan Timur sebagai Bangladesh. Beberapa orang Pakistan dan pejabat India terus menggunakan nama "Pakistan Timur" sampai 16 Desember 1971.

    Perang Kemerdekaan

    Maret - Juni
    Awalnya, perlawanan dilakukan spontan dan tidak terorganisir, dan tidak diduga akan berlangsung lama. Namun, ketika Tentara Pakistan mengambil tindakan keras terhadap penduduk, perlawanan mulai meningkat. Keaktifan Mukti Bahini meningkat. Militer Pakistan berusaha menumpas mereka, tetapi jumlah tentara Bengal yang berkhianat ke "tentara Bangladesh" meningkat. Tentara Bangladesh tersebut pelan-pelan bergabung dengan Mukti Bahini dan mendukung persenjataan mereka dengan bantuan dari India. Pakistan merespon dengan mengirim dua divisi infantri dan mereorganisir tentara mereka. Mereka juga memanggil tentara paramiliter di Razakar, Al-Badr dan Al-Sham (yang kebanyakan merupakan anggota dari Jamaat-e-Islami dan grup Islamis lainnya), dan juga rakyat Bengal yang melawan kemerdekaan, dan Muslim Bihar yang menetap selama pembagian India. Pemerintahan Bangladesh dalam pembuangan didirikan pada 17 April di Mujib Nagar.

    Selebaran dan pamflet memainkan peran penting dalam mengarahkan opini publik selama perang.

    Juni - September
    Komando tentara Bangladesh didirikan pada 11 Juli, dengan Kolonel M A G Osmani sebagai kepala komando, Letnan Kolonel Abdur Rab sebagai kepala Petugas Tentara dan Kapten A K Khandker sebagai Wakil Kepala Petugas Tentara dan kepala Angkatan Udara.

    Sebelas sektor di Bangladesh.
    Bangladesh terbagi menjadi Sebelas Sektor, dengan tiap sektor terdapat komandan yang dipilih dari perwira yang berkhianat dari tentara Pakistan untuk melakukan operasi gerilya dan melatih tentara. Kebanyakan dari kemah pelatihan terletak di dekat wilayah perbatasan dan beroperasi dengan bantuan India. Sektor ke-10 secara langsung dibawah Panglima Tertinggi dan termasuk Panglima Tertinggi Angkatan laut dan Panglima Tertinggi pasukan khusus. Maka tiga brigade (11 batalion) dibentuk untuk peperangan konvensional; sedangkan pasukan gerilya yang besar (diperkirakan 100.000) juga dilatih.

    Operasi gerilya, yang berkurang selama fase pelatihan, diangkat setelah Agustus. Sektor ekonomi dan militer di Dhaka di serang. Kisah sukses utama adalah Operasi Jackpot, dengan komando angkatan laut mensabotase kapal Pakistan di Chittagong dengan ranjau pada 16 Agustus 1971. Pembalasan dendam Pakistan merenggut nyawa ribuan nyawa penduduk. Tentara India memberikan bantuan kepada Mukti Bahini melalui BSF. Mereka mengorganisir enam sektor untuk pemberian bantuan kepada tentara Bangladesh.

    Oktober - Desember
    Tentara Bangladesh menyerang pos perbatasan. 90 dari 370 pos perbatasan jatuh ke tangan tentara Bangladesh. Serangan gerilya diperkuat, namun pembalasan dendam Pakistan dan Razakar terhadap penduduk juga meningkat. Tentara Pakistan diperkuat dengan delapan batalion dari Pakistan Barat. Pejuang kemerdekaan Bangladesh bahkan berhasil merebut landasan terbang di Lalmonirhat dan Shalutikar untuk sementara waktu. Kedua landasan tersebut digunakan untuk menerima bantuan dan senjata dari India. Pakistan mengirim 5 batalion dari Pakistan Barat sebagai bantuan.

    Kooperasi dengan India

    Khawatir akan meningkatnya keterlibatan India, Angkatan Udara Pakistan melancarkan serangan terhadap India. Serangan ini dilakukan seperti Operasi Focus yang dilakukan oleh Angkatan Udara Israel selama Perang Enam Hari. Namun, rencana Pakistan untuk mencapai keberhasilan gagal dan dianggap sebagai agresi terhadap India. Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menyatakan perang terhadap Pakistan dan mendukung Mukti Bahini. Ia memerintahkan mobilisasi tentara dan melancarkan invasi skala penuh. Hal ini menandai dimulainya Perang India-Pakistan tahun 1971.

    Ilustrasi menunjukan pergerakan tentara dan satuan militer selama perang.
    Tiga korps India terlibat dalam invasi Pakistan Timur. Mereka didukung oleh tiga brigade Mukti Bahini. Tentara ini lebih besar daripada tiga divisi tentara Pakistan. India dengan cepat mengacaukan negara, melewati benteng-benteng yang sangat dilindungi. Tentara Pakistan tidak dapat melakukan serangan balasan, karena mereka didistribusikan dalam satuan kecil di sekitar perbatasan untuk membalas serangan gerilya Mukti Bahini. Tidak dapat melindungi Dhaka, Pakistan menyerah pada 16 Desember 1971. Intelijen eksternal India, R.A.W., memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan logistik ke Mukti Bahini selama perang.

    Respon Pakistan
    Pakistan melancarkan beberapa serangan ke front barat India agar tentara India menjauh dari Pakistan Timur. Pakistan mencoba melawan dan meningkatkan moral dengan menggunakan Special Services Group dalam misi sabotase dan penyelamatan. Hal tersebut tidak dapat menghentikan serangan India, yang kecepatan dan kekuatannya terlalu besar untuk Pakistan.

    Perang Laut dan Udara
    Angkatan Udara India melakukan beberapa serangan terhadap Pakistan, dan dalam waktu satu minggu, India berhasil mendominasi udara Pakistan Timur. India mencapai keunggulan udara pada akhir minggu pertama dengan semua kontingen udara Pakistan di timur, PAF No.14 Squadron, jatuh karena serangan udara India di Tejgaon, Kurmitolla, Lal Munir Hat dan Shamsher Nagar. Sea Hawks dari INS Vikrant juga menyerang Chittagong, Barisal, Cox's Bazar, menghancurkan sayap timur Angkatan Laut Pakistan dan memblokade pelabuhan Pakistan Timur, sehingga memotong jalur tentara Pakistan untuk melarikan diri. Angkatan Laut Bangladesh (terdiri dari perwira dan pelaut yang berkhianat dari Pakistan) membantu India dalam peperangan laut, membantu melakukan serangan, terutama dalam Operasi Jackpot.

    Menyerah dan Dampak

    Letjen Pakistan A. A. K. Niazi menandatangani instrumen menyerah pada 16 Desember.
    Pakistan menyerah kepada India dan Bangladesh pada tanggal 16 Desember 1971. Rakyat Bangladesh gembira akan pembebasan mereka. Bangladesh kini memerlukan pengakuan internasional, karena hanya sedikit negara yang mengakui Bangladesh. Bangladesh meminta pengakuan di PBB, tetapi Tiongkok memveto hal ini karena Pakistan adalah sekutu mereka. Amerika Serikat adalah salah satu dari negara terakhir yang mengakui Bangladesh. Untuk memperlancar transisi, pada tahun 1972, Persetujuan Simla ditandatangani antara India dan Pakistan. Persetujuan ini menyatakan bahwa Pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh dan sebaliknya tahanan perang Pakistan dilepaskan.

    Untuk menunjukkan itikad baik, hampir 200 tentara Bengal yang dicari karena kejahatan perang diampuni India. Persetujuan ini juga mengembalikan lebih dari 13.000 km² wilayah yang dikuasai India di Pakistan Barat selama perang, meskipun India tetap menahan beberapa wilayah strategis; terutama Kargil (Kargil merupakan tempat terjadinya perang antara India dan Pakistan tahun 1999). Hal ini dilakukan sebagai sebuah langkah untuk mengangkat "perdamaian kekal" dan diakui oleh banyak pengamat sebagai tanda kedewasaan India. Namun, beberapa di India merasa bahwa traktat ini terlalu toleran terhadap Bhutto. Mereka menganggap bahwa demokrasi yang retak di Pakistan akan hancur jika persetujuan ini dirasa kejam oleh Pakistan.

    Reaksi Pakistan barat terhadap Perang
    Lepasnya Pakistan Timur merupakan sebuah hantaman bagi petinggi militer dan sipil. Tidak ada yang menduga bahwa Pakistan akan kalah dalam perang dan juga sangat marah karena menyerahnya tentara di Pakistan Timur. Kediktatoran Yahya Khan jatuh dan memberikan kesempatan kepada Bhutto untuk mendapatkan kekuasaan. Jenderal Niazi, yang menyerah bersama 93.000 tentara, diperlakukan dengan sinis setelah ia kembali ke Pakistan. Ia dihindari dan dianggap sebagai penghianat. Perang ini juga membuka kelemahan doktrin yang dinyatakan Pakistan bahwa "pertahanan Pakistan Timur bergantung pada Pakistan Barat". Pakistan juga gagal mengumpulkan dukungan internasional, dan bertempur sendiri dengan hanya Amerika Serikat yang menyediakan bantuan. Hal ini semakin menyakiti hati Pakistan yang telah menghadapi kekalahan.

    Kegagalan segera mendorong diadakannya penyelidikan yang dikepalai oleh Hamdoor Rahman. Disebut Komisi Hamoodur Rahman, penyelidikan ini ditekan oleh Bhutto karena membuat militer terlihat buruk. Penyelidikan menunjukan banyak kegagalan dari kegagalan strategis hingga siasat. Penyelidikan ini juga mengutuk kekejaman dan kejahatan perang yang dilakukan. Penyelidikan ini mengkonfirmasi perampasan, pemerkosaan dan pembunuhan oleh tentara Pakistan dan menghitung jumlah warga Bangladesh yang tewas akibat kekejaman. Menurut sumber Bangladesh, 200.000 wanita diperkosa dan lebih dari 3 juta orang tewas, sementara Komisi Rahman melaporkan 26.000 orang tewas dan ratusan wanita diperkosa.

    Kekejaman

    Selama perang, terjadi pembunuhan dan kekejaman lainnya - termasuk pemindahan penduduk di Bangladesh (Pakistan Timur pada saat itu) dan pelanggaran hak asasi manusia - dilakukan oleh tentara Pakistan dengan dukungan dari milisi politik dan religius. Kekejaman ini dimulai dengan dilaksanakannya Operasi Searchlight tanggal 25 Maret 1971. Bangladesh mengklaim bahwa tiga juta orang tewas, sementara Komisi Hamoodur Rahman, grup investigasi resmi pemerintah Pakistan, menyatakan hanya sekitar 26.000 penduduk. Media dan buku referensi internasional dalam bahasa Inggris juga mempublikasikan perkiraan yang bervariasi dari 200.000 sampai 3.000.000 orang. Diperkirakan delapan sampai sepuluh juta orang melarikan diri ke India.

    Banyak kaum intelektual Bangladesh yang dibunuh, kebanyakan oleh pasukan Al-Shams dan Al-Badr, atas instruksi tentara Pakistan. Hanya dua hari sebelum menyerah, tanggal 14 Desember 1971, tentara Pakistan dan milisi Razakar (pendukung lokal) membawa sekitar 100 sampai 300 dokter, profesor, penulis dan insinyur di Dhaka dan mengeksekusi mereka, meninggalkan mayat mereka dalam kuburan massal. Terdapat banyak kuburan massal di Bangladesh, dan masih terus ditemukan (seperti kuburan di sumur tua dekat masjid di Dhaka, ditemukan pada Agustus 1999). Malam pertama perang terhadap Bengal, yang didokumentasikan dalam telegram dari Konsulat Amerika Serikat di Dhaka kepada Departemen Negara Amerika Serikat, berisi pembunuhan terhadap mahasiswa di Universitas Dhaka dan penduduk lainnya.

    Beberapa wanita disiksa, diperkosa dan dibunuh selama perang; jumlah korban pasti tidak diketahui. Sumber Bangladesh memperkirakan sekitar 200.000 wanita diperkosa, menyebabkan lahirnya ribuan bayi. Tentara Pakistan juga menyimpan beberapa wanita Bangladesh sebagai budak seks. Kebanyakan gadis ditangkap di Universitas Dhaka dan rumah pribadi. Terdapat beberapa kekerasan yang tidak hanya dilakukan dan disebabkan oleh tentara Pakistan, tetapi juga oleh nasionalis Bengal terhadap minoritas non-Bengal, terutama orang Bihari.

    Pada 16 Desember 2002, Arsip Keamanan Nasional Universitas George Washington menerbitkan koleksi dokumen yang kebanyakan berisi komunikasi antara pejabat kedutaan besar Amerika Serikat dan United States Information Service di Dhaka dan India, dan pejabat di Washington DC. Dokumen tersebut menunjukan bahwa pejabat AS bekerja di institusi diplomatik di Bangladesh dan menggunakan istilah genosida selektif adan genosida untuk mendeskripsikan kejadian yang mereka ketahui pada saat itu. Genosida adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kejadian yang ada hampir di seluruh koran dan media utama di Bangladesh, meskipun di tempat lain, terutama di Pakistan, jumlah kematian, motif, jangkauan dan dampak tindakan tentara Pakistan masih diperdebatkan.

    Reaksi Internasional

    Amerika Serikat dan Uni Soviet
    Amerika Serikat mendukung Pakistan baik secara politik maupun kebendaan. Presiden AS Richard Nixon membantah terlibat dalam perang ini, menyatakan bahwa keadaan tersebut merupakan masalah internal Pakistan. Namun ketika kekalahan Pakistan semakin terlihat, Nixon mengirim USS Enterprise ke Teluk Benggala, tindakan yang dianggap oleh India sebagai ancaman nuklir. Enterprise tiba pada tanggal 11 Desember 1971. Pada 6 Desember dan 13 Desember, Angkatan Laut Soviet mengirim dua grup kapal, dipersenjatai dengan senjata nuklir, dari Vladivostok; mereka mengikuti U.S. Task Force 74 di Samudra Hindia dari 18 Desember hingga 7 Januari 1972.

    Pemerintahan Nixon memberikan bantuan kepada Presiden Pakistan Yahya Khan selama Perang Kemerdekaan Bangladesh.
    Nixon dan Henry Kissinger takut akan ekspansi Soviet ke Asia Selatan dan Tenggara. Pakistan adalah sekutu dekat Republik Rakyat Cina. Nixon telah menegosiasikan pemulihan hubungan dan ia akan mengunjungi Tiongkok pada Februari 1972. Nixon takut bahwa invasi India ke Pakistan Barat akan berarti dominasi penuh Soviet terhadap wilayah tersebut, dan akan menggerogoti posisi global Amerika Serikat dan posisi regional Tiongkok. Untuk menunjukan Tiongkok bona fides Amerika Serikat sebagai sekutu, Nixon mengirimkan bantuan militer ke Pakistan dan mengirimkannya melalui Yordania dan Iran, yang juga mendorong Tiongkok meningkatkan bantuan bersenjatanya ke Pakistan. Pemerintahan Nixon juga mengacuhkan laporan aktivitas genosida tentara Pakistan di Pakistan Timur.

    Uni Soviet bersimpati dengan Bangladesh, dan mendukung tentara India dan Mukti Bahini selama perang, menganggap bahwa kemerdekaan Bangladesh akan melemahkan posisi musuh Soviet - Amerika Serikat dan Tiongkok. Soviet memberi jaminan pada India bahwa jika konfrontasi dengan Amerika Serikat dan Tiongkok berkembang, Uni Soviet akan memberikan tindakan balasan. Hal ini memperkuat traktat persahabatan India-Soviet yang ditandatangani pada Agustus 1971. Soviet juga mengirim kapal selam nuklir untuk menangkis ancaman USS Enterprise di Samudra Hindia.

    Republik Rakyat Cina
    Sebagai sekutu Pakistan, Republik Rakyat Cina gelisah dengan situasi di Pakistan Timur dan prospek India menginvasi Pakistan Barat dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Yakin bahwa serangan India akan terjadi, Nixon mendorong Tiongkok mememobilisasikan tentaranya di perbatasan Tiongkok dengan India untuk mencegah hal tersebut; Tiongkok tidak melakukannya. Namun, Tiongkok terus membantu Pakistan. Dipercaya jika Tiongkok bertindak melawan India untuk melindungi Pakistan Barat, Soviet akan melakukan tindakan militer terhadap Tiongkok. Seorang penulis Pakistan menspekulasikan bahwa Tiongkok memilih tidak menyerang India karena jalan di Himalaya tertutup salju pada bulan musim dingin November dan Desember.

    Perserikatan Bangsa-bangsa
    Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk pelanggaran hak asasi manusia, PBB gagal untuk menenangkan situasi politik sebelum dimulainya perang. Dewan Keamanan rapat pada tanggal 4 Desember untuk mendiskusikan situasi di Asia Selatan. Uni Soviet memveto resolusi dua kali. Setelah diskusi panjang pada tanggal 7 Desember, Dewan Keamanan dengan segera menetapkan resolusi utama yang meminta "gencatan senjata dan ditariknya pasukan." Amerika Serikat pada tanggal 12 Desember meminta Dewan Keamanan berkumpul kembali. Namun pada saat Dewan Keamanan berkumpul kembali dan menyelesaikan proposal, perang telah berakhir. Ketidakbecusan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menghadapi krisis di Pakistan Timur telah menuai kritik.

    Sumber: http://id.wikipedia.org/
    • RSS
    • Facebook
    • Twitter
    • Promote Your Blog

    Recent Posts

    Recent Comments